Drama All England, Menpora: BWF Harus Tanggung Jawab
Menpora memaklumi peraturan Pemerintah Inggris terhadap penanganan Covid-19, tetapi meminta BWF menjelaskan dugaan ketidakadilan yang menimpa tim Indonesia. Dalam kasus serupa, pemain dari negara lain masih bisa tampil.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali meminta penjelasan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) terkait harus mundurnya tim Indonesia dari All England 2021. Dugaan ketidakadilan muncul terutama karena pemain tunggal putri Turki, Neslihan Yigit, masih diizinkan berlaga meski satu pesawat dengan tim Indonesia.
BWF, dalam rilis pada Kamis (18/3/2021) pagi WIB, menjelaskan, tim Indonesia tidak bisa berlaga di All England 2021. Hal itu karena 20 dari 24 anggota tim menerima pemberitahuan dari Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris bahwa mereka harus melakukan isolasi selama sepuluh hari. Sebab, mereka berada satu pesawat dengan orang yang terpapar positif Covid-19.
Menpora menegaskan, BWF perlu menjelaskan lebih lanjut. Sebab, dalam keterangan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Yigit berada dalam satu pesawat bersama tim Indonesia. Namun, Yigit masih diperbolehkan bertanding. Adapun seluruh pemain Indonesia dinyatakan harus mundur.
”Yang dipermasalahkan ini adil atau tidak karena informasinya ada pemain dari negara lain boleh main. Kita harus dalami lagi ke BWF. Mereka yang menentukan orang yang boleh main atau tidak, apalagi BWF kan penanggung jawab kegiatan ini,” kata Zainudin dalam konferensi pers virtual, Kamis.
Zainudin meminta PBSI mempertanyakan dugaan ketidakadilan tersebut kepada BWF, termasuk penjelasan soal adanya 4 dari 24 anggota tim Indonesia yang tidak mendapatkan pemberitahuan dari NHS. Padahal, mereka juga berada dalam satu pesawat bersama 20 anggota tim lain.
”BWF saat ini tidak bisa buang badan (kepada Pemerintah Inggris) karena penyelenggara turnamen ini kan BWF. Jadi, mereka harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Kami dukung PBSI untuk mempertanyakan BWF,” katanya.
Pada saat yang sama, di pesawat yang sama, ada pemain dan pelatih dari Turki. Namun, mereka dapat bertanding.
Sementara itu, Menpora sama sekali tidak bermasalah dengan peraturan Pemerintah Inggris dalam penanganan Covid-19. Sesuai peraturan Pemerintah Inggris, orang yang berada dalam satu pesawat dengan kasus terinfeksi Covid-19 diwajibkan menjalani isolasi selama sepuluh hari.
”Setiap negara punya cara menangani pandemi Covid-19. Apa yang dilakukan Pemerintah Inggris termasuk cara memperlakukan orang luar negeri. Tentu itu bisa kamu pahami karena sudah ada ketentuannya,” kata Zainudin.
Secara terpisah, Ketua Umum PB PBSI Agung Firman Sampurna juga menyayangkan kejadian itu. Ia menilai, ada ketidakadilan perlakuan yang menimpa atlet-atlet Indonesia di All England.
”Pagi ini, saya bagaikan disamber geledek mendapatkan informasi ini. Pertama, kita tidak diperbolehkan bertanding lagi karena kita ada dalam satu pesawat dengan penderita Covid-19 di penerbangan dari Istanbul ke Birmingham. Namun, sampai dengan hari ini, kita tidak diberi tahu siapa penumpang tersebut,” ujarnya dalam konferensi pers.
”Pada saat yang sama, di pesawat yang sama, ada pemain dan pelatih dari Turki. Namun, mereka dapat bertanding,” jelasnya.
Terkait polemik itu, Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto sudah berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Indonesia di London, Inggris, Kamis pagi. Adapun Kamis sore Menpora rencananya akan berkomunikasi lewat virtual dengan Kedubes Inggris di Indonesia.
Picu kemarahan
Kasus yang terjadi ini menyulut kemarahan publik Indonesia dan para pebulu tangkis nasional, salah satunya Marcus Fernaldi Gideon. Ia seharusnya berpeluang juara dalam nomor ganda putra bersama Kevin Sanjaya.
”Kami terkejut mendengar berita harus ditarik dari All England karena kasus positif pada penumpang pesawat anonim. Harus diperhatikan BWF telah gagal mengatur masalah ini. Sebelum penerbangan, semua tim Indonesia telah dinyatakan negatif dan kami sudah diuji ulang saat tiba di hotel,” ujar Marcus lewat Instagram.