Atalanta akhirnya merasakan pentingnya faktor pengalaman dalam perkembangan tim setelah disingkirkan Real Madrid di babak 16 besar Liga Champions. Mereka melihatnya dalam tubuh Real yang begitu tenang.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
MADRID, RABU — Harapan Atalanta untuk bisa kembali lolos ke babak perempat final Liga Champions pupus setelah dikalahkan Real Madrid, 1-3, pada laga kedua babak 16 besar di Stadion Alfredo Di Stefano, Rabu (17/3/2021) pagi waktu Indonesia. Mereka mengakui ”El Real” yang sudah makan asam garam kompetisi level Eropa lebih layak mendapatkan tiket ke perempat final.
Atalanta kalah 0-1 pada laga pertama dan sudah bertekad untuk menonjolkan gaya permainan menyerang pada laga kedua ini. Namun, tim berjuluk ”Sang Dewi” ini justru lebih banyak melakukan kesalahan sehingga tekanan berbalik ke arah mereka.
Penyerang Real, Karim Benzema, memanfaatkan kesalahan kiper Atalanta, Marco Sportiello, untuk mencetak gol pertama pada menit ke-34. Sportiello salah dalam menempatkan diri untuk menutup pergerakan Luka Modric yang kemudian memberikan asis kepada Benzema.
Kesalahan kedua terjadi saat Atalanta menjatuhkan Vinicius Junior dan berbuah tendangan penalti yang diambil Sergio Ramos pada menit ke-60. Gol dari tendangan bebas penyerang Atalanta, Luis Muriel, pada menit ke-83 menjadi tidak berarti karena Real kemudian menambah gol lagi melalui Marco Asensio pada menit ke-85.
Pada laga pertama, Atalanta terpaksa bermain defensif karena kehilangan satu pemain, Remo Freuler, yang diganjar kartu merah sejak babak pertama. Pelatih Atalanta Gian Piero Gasperini pun sudah berjanji untuk menampilkan kekuatan Atalanta yang sesungguhnya dalam permainan 11 lawan 11.
Gasperini mampu memenuhi janjinya tersebut karena pada laga kedua, Atalanta bisa terus menyerang dan melepaskan 13 tembakan, sedangkan Real hanya 12 tembakan. Namun, kemampuan Real untuk bisa melepaskan diri dari tekanan itu yang membuat para pemain Atalanta, terutama Muriel, takjub.
Mereka bisa keluar dari tekanan dengan sangat mudah. Saya sangat terkesan dengan ketenangan mereka saat menguasai bola. Padahal, Real punya pertaruhan yang lebih besar apabila kalah.
”Mereka bisa keluar dari tekanan dengan sangat mudah. Saya sangat terkesan dengan ketenangan mereka saat menguasai bola. Padahal, Real punya pertaruhan yang lebih besar apabila kalah,” kata Muriel. Ia pun menyebut kualitas Real tersebut langka dan sulit ditemukan di Italia.
Mental juara
Tantangan yang dihadapi Atalanta pada laga kedua ini lebih berat karena Real sudah kembali memainkan para pemain pilarnya seperti Benzema dan juga bek Sergio Ramos yang absen pada laga pertama. Begitu pula dengan hadirnya duet Modric dan Toni Kroos yang memegang kendali di lini tengah.
Para pemain tersebut masing-masing sudah berusia di atas 30 tahun dan sudah bersama Real selama lima hingga lebih dari 10 tahun. Pengalaman jatuh dan bangun bersama tim sudah mereka rasakan dan mental juara sudah terbentuk dalam diri mereka.
Setelah bisa menjuarai Liga Champions selama tiga musim beruntun, mereka sempat meredup setelah ditinggal Cristiano Ronaldo ke Juventus pada 2018. Bahkan, tim asuhan pelatih Zinedine Zidane ini selalu kandas di babak 16 besar dalam dua musim terakhir. Media di Spanyol, Marca, pun menyebut Sang Raja Eropa kini telah kembali. Tim yang paling banyak meraih trofi ”Si Kuping Lebar” ini (13 trofi) sudah kembali menemukan ritme untuk melangkah lebih jauh.
”Kami berambisi untuk menang, bisa mengontrol bola dan permainan. Jalan yang harus kami lalui musim ini masih panjang,” kata Ramos. Real kini menanti calon lawan mereka pada babak perempat final yang akan diundi, Jumat (19/3/2021), di Swiss.
Zidane menyebut kemenangan ini merupakan hasil dari semangat tinggi dan ambisi para pemainnya. Modric, misalnya, kini sudah berusia 35 tahun, tetapi mengaku masih merasa seperti berusia 27 tahun karena bisa mengimbangi permainan cepat dan keras yang disajikan Atalanta.
”Anda harus memberi selamat kepada para pemain karena telah bermain luar biasa dari awal hingga akhir ketika melawan tim yang mengajak beradu fisik,” kata Zidane. Ia juga memuji pemain muda seperti Vinicius yang berjasa menghasilkan tendangan penalti dan kerap merepotkan pertahanan Atalanta. Zidane menganggap penampilan timnya malam itu sudah komplet, baik dalam bertahan maupun menyerang.
Keberanian Zidane menerapkan formasi tiga bek juga menjadi faktor keberhasilan lainnya. Setelah mencoba formasi ini dalam laga sebelumnya ketika menghadapi Elche di Liga Spanyol, formasi ini masih manjur untuk mengatasi perlawanan Atalanta. Ramos, Raphael Varane, dan Nacho Fernandez sebagai trio bek tengah, dan Ferland Mendy dan Lucas Vazquez bermain di sayap.
Real kini punya kesempatan untuk menyempurnakan formasi ini dalam dua laga Liga Spanyol saat melawan Celta de Vigo dan Eibar sebelum menjalani laga El Clasico melawan Barcelona pada pertengahan April. Sang Raja Eropa ini masih harus melengserkan Barcelona dari posisi kedua klasemen Liga Spanyol sebelum kembali bertarung di Eropa. (AP/AFP/REUTERS)