Pecatur Nasional Ingin Dwitarung Melawan ”Dewa Kipas”
Pecatur nasional bersedia menggelar laga dwitarung dengan Dewa Kipas yang beritanya heboh dua pekan ini. Dengan adanya dwitarung, apalagi ditayangkan langsung, masyarakat akan lebih paham bagaimana kemampuan Dewa Kipas.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Guna meluruskan isu yang terus berkembang, sejumlah pecatur nasional bersedia menggelar laga dwitarung dengan pecatur daring asal Bandung, Jawa Barat, ”Dewa Kipas” alias Dadang Subur yang beritanya telah menghebohkan jagat media sosial dalam dua pekan ini. Dengan adanya dwitarung, apalagi ditayangkan secara langsung, masyarakat akan lebih paham bagaimana kemampuan Dewa Kipas dan mengakhiri pro-kontra berita tersebut.
Salah satu pecatur nasional yang bersedia melakukan laga dwitarung dengan Dewa Kipas adalah Master Internasional (IM) Anjas Novita (ELO rating 2.386). Pecatur kelahiran Indramayu, Jawa Barat, 41 tahun silam itu saat dihubungi Kompas dari Jakarta, Senin (15/3/2021), mengatakan, dirinya telah menyatakan keinginan itu melalui surat terbuka yang diunggah di Instagram-nya sejak Minggu (14/3) malam.
Pecatur yang meraih gelar IM sejak 2018 itu mengatakan, dwitarung itu bukan bermaksud untuk menantang dan saling mempermalukan satu sama lain. Tujuannya adalah ingin mengecek secara langsung bagaimana kemampuan Dewa Kipas yang oleh sejumlah pihak dinilai sangat kuat setelah dia mengalahkan pecatur asal Amerika Serikat, IM Levy Rozman (2.343), yang bernama akun GothamChess dalam laga catur cepat 10 menit di Chess.com, Selasa (2/3/2021).
Saya ini latar belakangnya pelatih catur. Saya ingin melihat langsung kemampuan Pak Dadang. Mana tahu, Pak Dadang memang atlet dengan kemampuan terpendam. Kalau memang demikian, Pak Dadang masih ada harapan menjadi atlet, setidaknya bisa bermain di kategori senior atau usia 55 tahun plus.
”Saya ini latar belakangnya pelatih catur. Saya ingin melihat langsung kemampuan Pak Dadang. Mana tahu, Pak Dadang memang atlet dengan kemampuan terpendam. Kalau memang demikian, Pak Dadang masih ada harapan menjadi atlet, setidaknya bisa bermain di kategori senior atau usia 55 tahun plus. Masih banyak kejuaraan kategori tersebut, di PON juga ada,” tutur Anjas yang aktif bermain catur dari awal 1990-an hingga kini.
Apalagi, isu Dewa Kipas telah membelah pendapat masyarakat antara yang pro dan kontra. Namun, yang pro justru mendiskreditkan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) serta Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) karena dianggap abai ataupun kurang menghargai ”prestasi” Dewa Kipas.
”Nah, sekarang ini, banyak netizen yang menghujat Kemenpora karena berita tersebut. Padahal, saya sendiri diangkat sebagai ASN/PNS di Kemenpora sejak 2010 karena prestasi di catur. Jadi, tidak benar kalau Kemenpora tidak menghargai prestasi atlet,” ujar salah satu pelatih yang pernah mendidik Grand Master (GM) Susanto Megaranto (2.550) dan GM Novendra Priasmoro (2.502) tersebut.
Bertanding empat babak
Anjas menawarkan Dewa Kipas pertandingan empat babak dalam catur cepat 10 menit secara luring (offline). Laga empat babak dipilih sebagai salah satu standar internasional dwitarung, sedangkan catur cepat 10 menit dipilih untuk menyesuaikan nomor perlombaan andalan Dewa Kipas di Chess.com. Tanding luring dipilih guna menghindari atau meminimalisir risiko kecurangan.
Laga pun diminta menerapkan standar kejuaraan resmi, seperti steril atau bebas dari pendamping dan alat elektronik. ”Kalau laga online (daring), itu tidak kelihatan kalau ada yang ngajarin atau memakai program komputer sebagai alat bantu (engine). Kecuali, laga online-nya memakai standar FIDE, seperti memakai kamera pengawas dan ada petugas yang mengawasi,” tutur pecatur yang beberapa kali menjuarai kejuaraan nasional dan internasional tersebut.
Sayangnya, tambah Anjas, surat terbukanya itu belum mendapatkan respons dari pihak Dewa Kipas. Adapun Anjas tidak ingin mendatangi kediaman Dewa Kipas karena khawatir justru dinilai terlalu menantang. Supaya kesan ke publik positif, laga dwitarung itu diharapkan berlangsung di tempat netral.
”Dengan adanya dwitarung, kita bisa melihat, mengulas, dan membuktikan secara langsung kemampuan Dewa Kipas supaya kegaduhan ini segera berakhir. Saya berharap dwitarung ini bisa terealisasi secepatnya. Namun, sejauh ini, masih belum ada komunikasi antara saya dan pihak Dewa Kipas,” kata Anjas.
Susanto awalnya berminat bermain dengan Dewa Kipas secara daring ataupun luring. Akan tetapi, belakangan, pecatur kelahiran Indramayu 33 tahun tahun silam itu mengurungkan niatnya karena sudah paham kemampuan asli dari Dewa Kipas.
Lagi pula, Dadang Subur pernah menghubungi Susanto secara langsung untuk minta maaf karena dirinya seolah telah menantang Susanto ketika difasilitasi salah satu media daring untuk menghubungi dan mengajak Susanto bermain, Jumat (5/3). Dadang sadar bahwa kemampuannya dan Susanto tidak sebanding.
”Ya, mungkin yang lain banyak juga minta main sama Dewa Kipas, itu bisa dicoba. Kalau saya, bisa-bisa saja. Namun, sama yunior saja sudah cukup itu saya rasa untuk menandinginya,” ujar pecatur yang meraih predikat GM pada usia 17 tahun itu sewaktu dihubungi via pesan Whatsapp, Senin.
Dalam konferensi pers, Jumat (12/3), Susanto menjelaskan, Dewa Kipas pasti sudah lama diketahuinya kalau memang dia pecatur kuat. Sebab, para pecatur papan atas Indonesia sering bertemu atau berhadapan di banyak kejuaraan nasional secara daring ataupun luring.
”Namun, selama ini, saya tidak pernah bertemu Dewa Kipas di kejuaraan-kejuaraan nasional. Kalau dia di papan atas, saya pasti tahu atau bertemu. Jadi, tidak usah dipertanyakan lagi kemampuan Dewa Kipas. Kita bisa melihat dari pengalaman prestasinya,” ujarnya.
Novendra menyampaikan, dirinya pun tidak tertarik untuk bermain dengan Dewa Kipas karena menilai isu yang berkembang sudah merugikan nama baik catur Indonesia di mata dunia internasional. ”Lagi pula, kalau pecatur profesional atau PB Percasi mendatangi kediaman Dewa Kipas, itu tidak pantas. Sebab, yang lebih butuh untuk membuktikan diri adalah Dewa Kipas,” katanya.
Tetap membuka diri
Dewan Pembina PB Percasi Eka Putra Wirya menuturkan, PB Percasi menilai penjelasan mengenai Dewa Kipas sudah cukup jelas dalam konferensi pers mengenai Edukasi Catur Daring dan Problematikanya terkait Kasus Dewa Kipas, Jumat, dan keterangan dari Chess.com baru-baru ini. Apalagi, Ketua Umum PB Percasi GM Utut Adianto menilai ada pembahasan yang jauh lebih penting untuk dipikirkan, yakni pembinaan prestasi atlet.
Akan tetapi, PB Percasi tetap membuka diri untuk Dadang Subur jika berniat bermain dengan pecatur PB Percasi di Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA), Bekasi, Jawa Barat. ”Kami tidak akan terlibat lagi dalam isu ini karena semua penjelasan sudah jelas dari kami dan Chess.com. Namun, kalau Pak Dadang ingin membuktikan diri atau bermain dengan pecatur PB Percasi, kami sangat terbuka karena PB Percasi merupakan rumah bersama para pencinta catur Indonesia,” tuturnya.
Ali Akbar dan Dadang Subur dalam akun Youtube, Ginting dan Rekan, Minggu, memastikan bahwa Dadang tidak bermain curang di Chess.com. ”Kalau ada yang ingin membuktikan kemampuan Pak Dadang, silakan orang bersangkutan datang langsung ke rumah kami dengan membawa papan catur sendiri,” ujar Ali.
Adapun Dadang mengatakan, viralnya berita Dewa Kipas karena banyak masyarakat yang awam dengan dunia catur. Dia justru menilai kemampuannya biasa saja dan masih jauh di bawah para pecatur elite Indonesia. ”Saya cukup menyayangkan respons masyarakat terlalu berlebihan dengan menyerang Mr Levy (Rozman),” katanya.
Jangan berhenti bermain
Pengamat catur nasional dan internasional sekaligus ahli teknologi informasi PB Percasi, Heri Darmanto, menyarankan agar Dadang Subur tidak berhenti bermain catur. Selain untuk membuktikan kemampuannya, Dadang masih bisa menjadi atlet senior dan meraih banyak gelar ataupun hadiah dari kejuaraan senior nasional hingga internasional kalau memang mampu.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto menuturkan, kehebohan Dewa Kipas patut diakhiri dengan pembuktian. Untuk itu, dirinya menyarankan PB Percasi mengundang Dadang guna melakukan dwitarung dengan atlet. ”Dengan begitu, masyarakat yang terbelah akan paham bagaimana kemampuan asli Dewa Kipas agar isu ini tidak semakin liar,” ungkapnya.
Pengamat olahraga, Fritz E Simandjuntak, menilai, yang bisa mengakhiri perdebatan soal Dewa Kipas merupakan Chess.com. Aplikasi permainan gim catur yang berdiri sejak 2007 itu seharusnya membentuk lembaga independen untuk membuktikan bahwa keputusannya memblokir atau menutup akun Dewa Kipas sudah benar.
Bahkan, Fritz tidak sependapat kalau dibuat laga untuk membuktikan kemampuan asli Dewa Kipas. Sebab, laga itu justru akan menelanjangi atau memalukan semua pihak yang terlibat. ”Kalau Pak Dadang menang, yang malu adalah lawannya, PB Percasi, sampai Chess.com. Namun, kalau Pak Dadang kalah, yang malu adalah Pak Dadang. Buat apa, itu tidak ada manfaatnya,” kata Fritz.