Pemerintah Kaji Revitalisasi Pusat Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional Hambalang
Pemerintah mengkaji kemungkinan merevitalisasi Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional Hambalang, di Bukit Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Proyek itu terhenti sejak 2012 karena kasus korupsi.
Oleh
FX LAKSANA AS
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah sedang mengkaji revitalisasi Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional Hambalang di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang mangkrak sejak 2012 karena kasus korupsi. Revitalisasi ini menjadi bagian dalam rancangan Desain Besar Olahraga Nasional dengan salah satu targetnya membawa Indonesia menjadi 10 besar di Olimpiade 2032.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali memaparkan rancangan desain tersebut kepada Presiden Joko Widodo dalam rapat kabinet terbatas di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (15/3/2021). Hadir dalam rapat tersebut, antara lain, Wakil Presiden Ma’ruf Amin serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.
”Hari ini, saya diberi kesempatan untuk memaparkan kepada Bapak Presiden. Dan pada intinya, arahan Bapak Presiden, desain besar ini diterima. Tentu ada tambahan di sana-sini, ada masukan dari beberapa menteri yang hadir. Dan ini kami akan jadikan bahan untuk melengkapi lagi,” kata Amali dalam keterangan pers seusai rapat.
Salah satu hal yang dibahas dalam rapat tersebut adalah kemungkinan revitalisasi Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional Hambalang, di Bukit Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Proyek senilai Rp 2,5 triliun itu terhenti sejak tahun 2012 karena kasus korupsi.
Presiden Jokowi saat meninjau lokasi pada 2016 sebenarnya telah menginstruksikan kepada kementerian dan lembaga negara terkait untuk mengkaji ulang kemungkinan revitalisasinya. Namun, hingga kini, hal itu masih terhenti pada wacana.
Dihubungi di Yogyakarta, Ketua Asosiasi Profesor Keolahragaan (Apkori) Djoko Pekik Irinato mendukung rencana revitalisasi tersebut. Alasannya, Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional Hambalang secara konsep sudah benar.
”Kita memang harus punya centre of excellent, termasuk di bidang olahraga. Saya kira sangat bagus kalau Hambalang direvitalisasi. Ada sekolah, ada pusat pelatihan, ada asrama, ada sport science, dan sebagainya. Cuma memang semua harus dievaluasi mendalam. Untuk infrastruktur, misalnya. Kalau bangunan yang sudah ada dinilai tidak layak, sebaiknya dirobohkan dan dibangun baru lagi,” papar Djoko.
Meski demikian, Djoko mengingatkan agar pusat-pusat pelatihan di daerah juga harus menjadi perhatian pemerintah. Sebab, pusat pelatihan di daerah menjadi tempat persemaian calon-calon atlet nasional yang pada gilirannya akan menjalani pemusatan pelatihan di tingkat nasional.
”Tapi yang jauh lebih penting lagi adalah sumber daya manusia, mulai dari calon atlet, pelatih, dan tim,” kata Djoko.
Jika Olimpiade 2032 menjadi salah satu target, Djoko menyarankan agar pemetaan pencapaian target dimulai dari sekarang. Pemetaan ini mencakup cabang olahraga berikut nomor-nomornya yang berpeluang menghasilkan emas untuk Indonesia. Selain itu, pemetaan atlet-atlet berpotensi di nomor-nomor potensial yang diproyeksikan mencapai usia emas pada 2032.
”Jadi, persiapaannya harus sesegera mungkin. Tinggal 11 tahun. Selain persiapan infrastruktur, kita harus sudah punya peta; nomor dan cabang yang kita bidik untuk emas harus tahu dari sekarang. Bulu tangkis, panahan, angkat besi itu potensial. Namun, kita juga dorong nomor-nomor perorangan untuk atlet dan renang. Pilih saja satu dan fokus. Tinju juga potensial,” tutur Djoko.
Hulu-hilir
Merujuk paparan Amali, Desain Besar Olahraga Nasional akan mencakup sisi hulu hingga hilir. Hilirnya antara lain berupa pemusatan pelatihan atlet nasional. ”Kami sedang pertimbangkan untuk bisa melihat Hambalang menjadi sentra atlet senior dan atlet elite kita yang sudah siap tanding,” kata Amali.
Sebelum ke situ, pembinaan atlet akan dimulai dari hulu, yakni kebugaraan masyarakat sebagai sumber talenta atlet nasional. Pembinaan selanjutnya akan menyasar anak usia sekolah dasar. Ini akan dilakukan bekerja sama dengan Kementerian Pendidian dan Kebudayaan.
Kemudian, pemerintah akan membangun 10 pusat pelatihan di sejumlah daerah. Lokasi akan ditetapkan dengan mempertimbangkan potensi setempat. Pusat pelatihan tersebut akan diisi anak-anak usia SMP yang punya potensi dan sudah terseleksi. Menginjak usia SMA, pembinaan atlet akan dipusatkan di Sekolah Khusus Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga di Cibubur, Jakarta.
”Tentu ini adalah rangkaian panjang. Sebab, untuk sebuah prestasi, menurut para pakar, minimal dibutuhkan waktu sepuluh tahun atau kira-kira 10.000 jam untuk bisa menuju prestasi,” kata Amali.
Adapun target Desain Besar Olahraga Nasional diletakkan dalam kerangka waktu hingga tahun 2045. Untuk Olimpiade 2032, misalnya, targetnya adalah Indonesia menjadi 10 besar negara dengan perolehan emas terbanyak. Ini sejalan dengan ambisi Indonesia untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.
”Harapan kami, kita bisa menang bidding menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Nah, kita tentu tidak hanya ingin menjadi tuan rumah, tetapi prestasi juga harus kita torehkan. Oleh karena itu, dalam desain besar ini, kami targetkan untuk 2032, kita berada pada posisi 10 besar, baik untuk Olimpiade dan tentu untuk Paraolimpiade pada peringkat yang tidak terlalu jauh,” kata Amali.
Guna merealisasikan desain tersebut, Amali menambahkan, dibutuhkan dukungan pendanaan, infrastruktur, kerja sama kementerian dan lembaga negara, serta badan usaha milik negara dan swasta. Terpenting adalah dukungan dari pemerintah daerah.
”Presiden arahkan kepada kami untuk rumuskan itu semua lagi. Nanti tentu akan lahir keputuan dari Presiden. Kami belum tahu bentuknya seperti apa. Namun, desain besar ini akan kami dorong karena ini adalah suatu perencanaan dan prestasi olahraga yang jangka panjang dan terdesain dengan bagus. Tidak ada prestasi yang didapatkan by accident. Prestasi harus didapatkan by design,” papar Amali.