Untuk pertama kali IBL menghadirkan reporter di pinggir lapangan. Sosok reporter yang ditugaskan kepada pebasket putri, Lamia Rasidi, ini menyita perhatian penonton.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Musim ini IBL hadir dengan warna berbeda. Banyak serba-serbi baru dari tepi lapangan untuk melengkapi tayangan pertandingan di dalam ”gelembung” Cisarua, Bogor. Salah satu yang paling menyita perhatian adalah hadirnya sosok reporter pinggir lapangan.
Hal yang lebih menarik lagi, sosok ini diamanatkan kepada pebasket putri. Pada musim-musim biasanya sangat jarang terlihat perempuan berada di sekitar lapangan kompetisi bola basket putra tersebut. Sekarang, sosok lawan jenis ini justru bertugas melaporkan jalannya laga pada awal, tengah, dan akhir permainan.
Namanya Lamia Rasidi (29). Dia sudah tidak asing lagi di dunia perbasketan Tanah Air. Perempuan berponi rata ini merupakan pebasket putri profesional yang sebelumnya bermain untuk klub Merpati Bali di Piala Srikandi.
Lamia bertugas melaporkan dan menganalisis pertandingan tiga kali dalam satu pertandingan. Dia juga akan mewawancarai pemain terbaik pada ujung laga. Kehadiran reporter lapangan pertama di IBL ini mengingatkan pada tayangan pertandingan di NBA.
Baginya, pengalaman baru ini mengesankan sekaligus menyulitkan. ”Ini baru buat saya. Biasanya sebagai pemain, saya yang diwawancara, sekarang sebaliknya. Jujur, ketika on cam, masih sedikit grogi. Makanya, masih ada beberapa kesalahan pada hari pertama, masih membiasakan diri,” tuturnya saat dihubungi Sabtu (13/3/2021).
Pada hari pertama bertugas, Lamia masih tampak gugup. Dia sempat salah menyebut nama pemain ketika wawancara. Ketika itu, dia salah menyapa bintang Prawira Bandung, Abraham Grahita, jadi Abraham Wenas (pemain Amartha Hangtuah). Kesalahan itu sampai membuat guard Prawira tersebut kaget.
Kesalahan ini tak lepas dari sorotan tajam dari warganet. Banyak komentar pedas yang ditujukan kepadanya di media sosial. Meski begitu, Lamia tidak menutup diri terhadap kritik. Dia terus belajar hingga sekarang semakin tenang dan percaya diri.
Tugasnya tidak semudah yang dilihat banyak orang. Dia harus menganalisis laga pada pertengahan babak. Analisis itu harus dirangkum seringkas mungkin untuk dibawakan dalam waktu sekitar 1 menit. Pebasket dengan bahu tegap ini pun perlu memikirkan kata-kata yang tepat agar tidak terlihat memihak salah satu tim.
Ini baru buat saya. Biasanya sebagai pemain, saya yang diwawancara, sekarang sebaliknya. Jujur, ketika on cam, masih sedikit grogi. Makanya, masih ada beberapa kesalahan di hari pertama, masih membiasakan diri.
”Sebagai pemain, IBL mengharapkan ulasan dari saya. Ini sulitnya. Saya tidak bisa bicara apa adanya. Tidak bisa bilang salah satu tim kelelahan atau kurang bagus. Takutnya dibilang memihak. Karena itu, saya masih mencari cara biar bisa mengulas tanpa merendahkan atau meninggikan,” kata lulusan S-2 Manajemen Bisnis Universitas Gadjah Mada tersebut.
Tak hanya analisis, Lamia juga ditugaskan mewawancarai pemain terbaik seusai laga berakhir. Wawancara ini agak sedikit rumit karena pemain tidak dalam konsentrasi penuh. Mereka sering kali masih kelelahan dan dalam euforia kemenangan.
Konsep baru menghadirkan reporter lapangan ini mengingatkan pada NBA. Di kompetisi kiblat bola basket dunia tersebut, reporter lapangan sudah diperkenalkan sejak lama. Peran itu bahkan sudah melekat pada sosok perempuan, mulai dari Malinka Andrews hingga Kristen Ledlow.
Lamia mengidolakan Candace Parker, pebasket WNBA sekaligus analis NBA. Parker hebat dalam dua pekerjaan tersebut. Sebagai pebasket putri, Parker punya analisis tajam dan sudut pandang unik terhadap kompetisi putra.
Dia berharap reporter lapangan tetap diisi sosok pebasket putri pada musim-musim berikutnya di IBL. Kehadiran sosok lawan jenis ini dinilai akan membawa warna baru dalam kompetisi.
”Saya berharap IBL tetap berinovasi. Dengan mendatangkan pebasket putri di kompetisi putra, harapannya, liga putri bisa terlihat dan terangkat. Lewat kehadiran saya, orang bisa melihat, ada juga toh kompetisi putri, Piala Srikandi. Ini salah satu tujuan saya ketika menerima pekerjaan baru ini,” ucap Lamia, yang saudara kembarnya juga pebasket profesional, Tania Rasidi.
Lamia sudah tidak pernah berkompetisi lagi sejak awal 2020. Piala Srikandi masih vakum akibat pandemi Covid-19. Hal itu berdampak pada pembubaran klub, salah satunya tempat Lamia bermain, Merpati Bali.
Bisnis olahraga
Kehadiran reporter lapangan ini adalah bukti IBL yang semakin peduli dengan sportainment. Sisi hiburan sangat penting untuk berdampingan dengan olahraga. Tanpa itu, industri olahraga hanya akan jalan di tempat. NBA merupakan contoh sukses paling nyata ketika dua sisi itu bisa berjalan bersama.
Reporter lapangan hanyalah satu dari banyak cara meningkatkan kualitas hiburan musim ini. Selain itu, IBL juga menghadirkan inovasi, antara lain pemasangan layar LED raksasa, suara penonton buatan, hingga menutup seluruh sisi lapangan dengan latar hitam.
Kehadiran layar raksasa sangat menarik. IBL menjadikannya sebagai layar interaktif untuk pendukung. Meski tidak bisa menonton langsung, para pendukung bisa tampil di layar tersebut lewat virtual.
Muka para pendukung pun menemani para pemain bertanding dari pinggir lapangan. Hal ini disambut oleh pemain NSH Mountain Gold Timika, Rizky Effendi, yang terkejut wajah anaknya masuk dalam layar interaktif. ”Saya kaget melihat wajah anak saya, seperti sebuah kejutan,” katanya.
Direktur IBL Junas Miradiarsyah mengatakan, berbagai inovasi dilakukan untuk menambah kualitas hiburan dalam tayangan langsung laga yang disiarkan dari Youtube ataupun TVRI. Hal ini demi membuat laga tetap menarik meskipun tidak ada penonton langsung di lapangan. ”Tentunya untuk kenyamanan penonton di rumah dan peningkatan nilai komersial ke sponsor,” katanya.
Beberapa inovasi baru tersebut mulai berbuah manis dalam penyelenggaraan musim baru sejak 10 Maret. IBL memecahkan rekor jumlah penonton pada musim reguler di Youtube, mencapai puncak 26.834 penonton pada waktu bersamaan.