Jamarr Johnson seolah terlahir kembali di IBL musim 2021. Setelah dua tahun absen, pemain veteran kelahiran Amerika Serikat itu terbang tinggi dengan performa terbaiknya bersama Louvre pada awal musim ini.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Perjalanan karier pebasket lokal naturalisasi, Jamarr Andre Johnson, bagaikan roller coaster dalam dua tahun terakhir. Sempat terpuruk akibat cedera achilles pada final IBL 2019, pemain andalan Louvre Dewa United Surabaya itu bangkit dan bersinar terang pada awal musim Liga Bola Basket Indonesia (IBL) 2021.
Jamarr sudah dua kali membawa Louvre menang pada awal musim ini, yaitu atas Satya Wacana Saints Salatiga (skor 83-69) dan Pacific Caesar Surabaya (82-52). Dia mengangkat penampilan skuad muda Louvre dengan rata-rata sumbangan 28,5 poin, 14 rebound, dan 6 asis per laga sejauh ini.
Statistik cemerlang itu menjadikannya pencetak rata-rata poin dan asis terbanyak di liga itu saat ini. Dia juga menempati peringkat ketiga dalam hal koleksi rebound. Catatan tersebut menjadi bukti karier peraih dua kali gelar MVP (pemain terbaik) final IBL itu belumlah habis.
Jamarr ibarat terlahir kembali pada musim baru. ”Setelah perjalanan yang dilalui, fokus saya kini hanya bermain basket untuk rekan-rekan setim, klub, keluarga, dan penggemar,” kata Jamarr, Jumat (12/3/2021).
Musim ini merupakan kali pertama Jamarr tampil di liga basket nasional itu dalam waktu dua tahun terakhir. Dia sempat absen lama akibat cedera achilles saat membela Satria Muda Jakarta pada Maret 2019.
Kariernya pun sempat divonis akan tamat akibat cedera menakutkan itu. Cedera serupa beberapa kali mengubur potensi terbaik pebasket, antara lain pemain NBA, DeMarcus Cousins. Kariernya tenggelam seusai cedera achilles. Ketakutan Jamarr bertambah karena usianya telah 30 tahun ketika itu.
Namun, pemilik dua gelar juara IBL itu bisa membuktikan hal sebaliknya. Pikiran positif membantu proses pemulihannya. ”Sebelum cedera, saya bermain tanpa henti, tiga tahun beruntun. Itu seperti penanda tubuh saya meminta istirahat. Saya menerima proses pemulihan itu. Saya sadar, akan kembali seperti sebelumnya atau bahkan lebih baik,” ucapnya.
Kian matang
Alhasil, ia kini bangkit. Di usia 32 tahun, saat ini, Jamarr kian matang. Dengan tubuh atletis setinggi 1,98 meter, dia terlihat sangat dominan dalam IBL musim 2021 yang berlangsung tanpa pemain asing.
Kehadiran pebasket berposisi asli small forward itu sangatlah menonjol di lapangan, baik dalam serangan maupun bertahan. Dalam statistik plus-minus, dia mencatatkan nilai plus 49,5 pada dua laga. Artinya, Louvre mengungguli lawan hingga 24,5 poin per laga saat Jamarr berada di lapangan.
Pelatih Louvre Andika Saputra menilai, keberadaan Jamarr sangat penting bagi timnya. Ia bisa bermain dalam semua posisi di lapangan. ”Bermain dari dalam bisa, luar juga. Mengatur serangan pun ia bisa. Saya bisa memakai semua itu tergantung situasi,” kata pelatih yang kerap disapa Bedu itu.
Pentingnya peranan Jamarr tidak hanya terekam dalam statistik. Peraih MVP IBL 2016 itu juga bisa berperan sebagai mentor bagi pemain muda. Peran itu sangat dibutuhkan bagi skuad Louvre yang diisi mayoritas pemain ”hijau”.
Dengan tubuh atletis setinggi 1,98 meter, Jamarr terlihat sangat dominan dalam IBL musim 2021 yang berlangsung tanpa pemain asing.
Setiap kali latihan dan berlaga, Jamarr selalu memberikan catatan ke para pemain muda, baik soal kelebihan maupun kekurangannya. Mantan pemain tim nasional basket Indonesia itu juga berbicara ke masing-masing individu untuk mengembangkan permainan mereka.
Diuji ketahanannya
Sebulan ke depan akan jadi perjalanan panjang bagi Jamarr. Dia harus melewati jadwal padat di ”gelembung” Cisarua. Sebagai andalan utama Louvre, dia bakal lebih lelah menopang tim dibandingkan pemain lainnya. Calon lawan juga pasti menyiapkan berbagai cara untuk membendungnya. Karena itu, ketahanan sang pemain akan diuji.
Namun, tim pelatih Louvre sudah punya rencana untuk memastikan Jamarr selalu dalam kondisi terbaik. Kuncinya ada pada rotasi tim. ”Jamarr ditargetkan bermain 25-31 menit dalam satu gim. Lalu jika ada libur, kami akan fokus untuk pemulihan. Istirahat satu hari penuh tanpa latihan,” ucap Bedu.
Adapun Jamarr tidak khawatir menghadapi jadwal padat tersebut. Dia mengaku sangat nyaman dengan suhu dingin di ”gelembung” Cisarua. Atmosfer ini mengingatkannya pada masa lalu ketika memulai karier basket di Amerika Serikat.
”Musim basket dimulai pada musim salju di AS. Saya dulu terbiasa memakai hoodies dan mantel musim dingin sepanjang musim. Tentu, cuaca dingin membuat saya nyaman,” kata pemain kelahiran New Jersey, AS, tersebut.
”Lahirnya” kembali Jamarr adalah berkah untuk IBL. Penampilan eksplosifnya selalu menghibur penggemar basket di Tanah Air. Aksinya itu bisa disaksikan kembali saat Louvre menghadapi Bima Perkasa Jogja, Sabtu pukul 17.00 WIB ini.