Dugaan kecurangan ”Dewa Kipas” alias Dadang Subur wajib dibedah oleh pihak berkompeten. Tujuannya untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat yang kini terbelah. Ini juga demi menjaga marwah dunia catur Indonesia.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dugaan kecurangan pecatur daring ”Dewa Kipas” alias Dadang Subur wajib mendapatkan penjelasan tegas dari pihak berkompeten. Tujuannya untuk memberikan keterangan jelas kepada masyarakat yang kini terbelah dua menanggapi fenomena itu.
Berdasarkan pantauan Kompas, dugaan kecurangan Dewa Kipas tetap hangat setelah mengalahkan pecatur profesional asal Amerika Serikat, International Master (IM) Levy Rozman, dengan akun GothamChess, dalam laga catur cepat 10 menit di aplikasi permainan catur daring Chess.com, Selasa (2/3/2021). Fenonema itu mendapatkan dua tanggapan umum dari masyarakat, yakni yang mendukung Dewa Kipas dan yang menyangsikan kemampuan Dewa Kipas.
Sebagian besar masyarakat memberikan simpati dan dukungan kepada Dadang Subur. Bahkan, tak sedikit yang justru mendiskreditkan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) karena tidak memperhatikan Dadang Subur yang membanggakan Indonesia di laga dunia. Mereka pun meminta Kemenpora dan Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) menjadikan Dadang Subur sebagai pelatih catur nasional.
Masyarakat yang sangsi tampak dalam grup Facebook INFO CATUR. Sejak awal merebak berita kemenangan Dewa Kipas atas GothamChess, mereka menilai banyak yang aneh dari grafik permainan Dewa Kipas. Akurasi langkah Dewa Kipas dinilai sangat mencolok karena rata-rata menang dengan akurasi di atas 90 persen dari 369 laga yang telah dijalani. Tingkat akurasi itu hanya bisa dilakukan pecatur yang menggunakan engine atau alat bantu komputer dan sedikit dari pecatur level grand master (GM).
Anehnya, Dewa Kipas justru sering kalah mudah dengan akurasi langkah di bawah 50 persen. Belum lagi kemampuan bermainnya amat jomplang antara catur cepat dan kilat, yakni peringkat catur cepat mencapai 2.311 dan kilat hanya 1.151 sebelum akunnya ditutup oleh admin Chess.com, Selasa pekan lalu. Selain itu, lompatan peringkatnya tidak wajar, yakni melompat dari 800 menjadi 2.311 hanya dalam 20 hari atau sejak awal bergabung, 11 Februari, sampai terakhir bermain 2 Maret.
Fenomena itu patut segera dituntaskan. Kalau terus dibiarkan, bakal menjadi bola liar yang semakin meluas. Apalagi mulai banyak orang awam yang berpandangan menyimpang bahwa menjadi pecatur hebat tidak perlu berlatih keras.
Bahkan, pendukung Dewa Kipas ada yang beranggapan menjadi pecatur kuat cukup duduk di pos ronda dengan bermodal kopi dan rokok. Padahal, catur adalah olahraga yang sangat ilmiah dan butuh proses berlatih ataupun belajar yang panjang guna mencapai level tertinggi.
Apabila PB Percasi dan Kemenpora tak cepat tanggap, bola liar itu bakal merambat ke luar Indonesia dan menjadi preseden buruk untuk dunia catur ataupun olahraga Tanah Air. Bukan tak mungkin karena nila setitik rusak susu sebelanga atau karena dugaan curang Dewa Kipas maka menjadi stigma negatif untuk dunia catur ataupun olahraga nasional keseluruhan.
Apalagi sikap pendukung Dewa Kipas sudah berlebihan. Pendukung yang membabi buta itu menyerang akun media sosial milik GothamChess sehingga akun itu memblokir para pengguna asal Indonesia yang ingin mengakses akun Youtube, Twitter, hingga Instagram-nya.
Fenomena ini harus diluruskan atau dijelaskan oleh federasi olahraga yang menaungi secara profesional agar masyarakat pun menjadi paham. Jangan sampai ini menjadi citra buruk untuk dunia olahraga Indonesia. Apalagi kita sedang berjuang untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.
”Fenomena ini harus diluruskan atau dijelaskan oleh federasi olahraga yang menaungi secara profesional agar masyarakat pun menjadi paham. Jangan sampai ini menjadi citra buruk untuk dunia olahraga Indonesia. Apalagi kita sedang berjuang untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032,” tutur Ketua Komite Olimpiade Indonesia Raja Sapta Oktohari, ketika dihubungi dari Jakarta, Kamis.
Segera diklarifikasi
Anggota Dewan Pembina PB Percasi, Eka Putra Wirya, menyampaikan, pihaknya tidak menutup mata dengan fenomena tersebut. Maka itu, agar isunya tidak semakin liar, PB Percasi akan melakukan konferensi pers mengenai permainan Dewa Kipas pada Jumat (12/3/2021) siang. Mereka bakal membedah permainan Dewa Kipas dan memberikan edukasi kepada masyarakat. ”Ini menjadi liar karena banyak masyarakat yang tidak mengerti. Untuk itu, kami akan melakukan bedah kasus tersebut,” ujarnya.
Yang jelas, lanjut Eka, peningkatan rating Dewa Kipas secara drastis dalam tiga minggu tidak wajar. Pecatur sekelas Susanto Megaranto butuh waktu tujuh tahun hingga mencapai level GM atau rating di atas 2.500, yakni mulai dari usia 10 tahun pada 1997 sampai usia 17 tahun pada 2004.
”Di level GM, pecatur juga tidak selalu bisa bermain dengan akurasi langkah di atas 90 persen. Lebih tidak mungkin lagi mencapai akurasi di atas 98 persen karena itu hanya bisa dilakukan robot atau program komputer. Pola gerak manusia dan robot itu sangat berbeda. Manusia akan bermain mengalir saat sudah unggul, sedangkan robot akan terus berpikir mencari langkah terkuat walau sudah unggul sampai lawan bisa kalah dengan cepat,” katanya.
Kalaulah Dewa Kipas memang punya potensi, Eka menuturkan, sulit untuknya menjadi atlet nasional saat ini. Pasalnya, Dadang Subur sudah berusia 60 tahun atau sudah melewati usia emas menjadi pecatur elite 15-20 tahun. ”Untuk menjadi pelatih, tetap harus ada kompetensinya. Kami belum mengenal Pak Dadang dari dekat, selama ini dia belum pernah terlihat di level nasional,” tuturnya.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto menegaskan, pihaknya tidak akan memberikan penghargaan hanya karena orang bersangkutan viral. Mereka cuma memberikan penghargaan kepada atlet-atlet berprestasi dalam kompetisi resmi, seperti SEA Games, Asian Games, Olimpiade, atau ajang tunggal bergengsi. ”Pemberian penghargaan itu pun wajib mendapatkan rekomendasi dari federasi olahraga terkait,” ujarnya.