Mauricio Pochettino menjadi aktor di balik layar kesuksesan PSG menyingkirkan Barcelona di babak 16 besar Liga Champions. Sudah lama Pochettino memendam keinginan meruntuhkan dominasi Barca.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
PARIS, KAMIS — Pujian mengalir ke dua pemain Paris Saint-Germain, Kylian Mbappe dan Keylor Navas, saat menyingkirkan Barcelona dengan agregat 5-2 di babak 16 besar Liga Champions Eropa, Kamis (11/3/2021) dini hari WIB. Padahal, keberhasilan PSG itu tidak terlepas dari jasa pelatihnya, Mauricio Pochettino, yang lama memendam upaya ”pemberontakan” atas Barca.
Ketika dipercaya memimpin PSG, akhir Desember lalu, Pochettino telah menghadirkan energi baru bagi skuad berjuluk ”Les Parisiens” itu. Meskipun belum fasih berbahasa Perancis, Pochettino bisa menghadirkan kembali keharmonisan yang hilang dari tim itu pada akhir era kepemimpinan pelatih terdahulu PSG, Thomas Tuchel.
Semangat kebersamaan itu menjadi modal Pochettino mewujudkan ambisi lama yang ia pendam atas Barcelona. Selama 17 tahun berkarier sebagai pemain, Pochettino menyemai masa-masa terbaiknya ketika membela Espanyol pada musim 1994-2001. Atas kecintaannya pada klub tetangga Barca itu, ia pun memilih menutup kariernya sebagai pemain di sana.
Maka itu, Pochettino memiliki motivasi besar untuk melawan dan meruntuhkan dominasi Barca di Catalunya, Spanyol. Jika itu mampu dilakukannya, ia bisa menghibur Espanyol yang tengah terpuruk dan kini berlaga di Divisi Kedua Liga Spanyol. Bukanlah rahasia bahwa Espanyol dan Barca selama ini saling bersaing.
”Melawan Barcelona selalu memberikan motivasi besar bagi saya sebagai seorang periquito (sebutan fans Espanyol). Meski begitu, kemenangan ini saya persembahkan untuk seluruh fans PSG yang selalu mendukung kami,” ujar Pochettino, dilansir Yahoo Sports.
Kemenangan PSG atas Barca tidak hanya disambut sukacita suporter PSG, tetapi juga fans Espanyol. Bagi pendukung Espanyol, keberhasilan Pochettino dan PSG menyingkirkan Barca adalah sebuah kabar indah di musim yang sulit.
”Pochettino, idola Espanyol, telah mengeliminasi Barcelona. Ia adalah pembunuh cules (sebutan fans Barcelona) sejati,” ungkap Leo Moya, pendukung Espanyol, lewat Twitter.
Berkat kemenangan 4-1 pada laga pertama dan imbang 1-1 dalam laga kedua, Pochettino memperbaiki catatan pertemuannya atas Barca. Dari 13 pertemuan sebagai pelatih, Pochettino 2 kali menang, 5 kali imbang, dan 6 kali kalah.
Dalam laga kedua di Parc des Princes, Kylian Mbappe membawa ”Les Parisiens” unggul lebih dulu atas Barca lewat penalti pada menit ke-31. Mbappe pun total mencetak empat gol dari dua pertemuan kontra ”Blaugrana”. Keylor Navas, kiper PSG, tampil tidak kalah gemilang melalui sejumlah penyelamatan fantastisnya, antara lain menggagalkan penalti megabintang Barca, Lionel Messi.
Perubahan taktik
Selain perlawanan yang militan, Pochettino juga menampilkan ”pemberontakan” taktik saat menghadapi Barca. Pelatih berusia 49 tahun itu menepikan ego pribadi untuk memainkan sepak bola khasnya yang selalu mengedepankan serangan dan penguasaan bola.
Bermain lebih pragmatis dengan memperkuat lini pertahanan dan mengandalkan serangan balik adalah buah dari pelajaran yang dipetik Pochettino.
Dalam laga kemarin, PSG hanya memiliki 27 persen penguasaan bola. Angka penguasaan bola itu adalah yang terendah sejak ia hijrah ke Inggris pada 2013 untuk menangani Southampton. Pada duel pertama versus Barca di Spanyol, PSG juga hanya mencatatkan 47 persen penguasaan bola.
Bermain lebih pragmatis dengan memperkuat lini pertahanan dan mengandalkan serangan balik adalah buah dari pelajaran yang dipetik Pochettino. Ia pernah mengantarkan Tottenham Hotspur menembus final Liga Champions musim 2018-2019. Namun, mimpinya meraih trofi ”Si Kuping Besar” digagalkan Liverpool, kala itu.
Tampil dengan 61 persen penguasaan bola dan tiga kali lebih banyak peluang gol, Spurs takluk, 0-2, dari Liverpool. Seperti laga final itu, penguasaan bola tinggi dan tampil ofensif bukan jaminan kemenangan.
Dalam musim pertamanya berkarier di Inggris, Pochettino membawa Southampton mencatatkan statistik gemilang, yaitu rata-rata 58,6 persen penguasaan bola pada Liga Inggris musim 2013-2014. Meskipun penguasaan bola mereka adalah yang tertinggi di liga pada saat itu, persentase kemenangannya hanyalah 38,33 persen.
Kemudian, selama 5,5 musim memimpin Spurs, rata-rata penguasaan bola tim itu mencapai 57,3 persen. Mereka pun selalu berada di posisi tiga besar tim dengan persentase penguasaan bola tertinggi di Liga Inggris. Namun, bersama Spurs, Pochettino hanya bisa menyandang gelar runner-up di Liga Inggris musim 2016-2017, Piala Liga musim 2014-2015, dan Liga Champions musim 2018-2019.
”Bagi saya, hal terpenting adalah kami bisa lolos ke babak selanjutnya,” kata Pochettino mengenai paradigma barunya.
Guillem Balague, kolumnis di BBC Sport, menilai, dalam tiga bulan awal memimpin PSG, Pochettino telah membuktikan tangan dinginnya sekaligus kedewasaannya sebagai pelatih. Hal itu dibuktikannya lewat gelar perdana sebagai pelatih saat membawa PSG menjuarai Piala Super Perancis, Januari lalu.
”Tuntutan sebagai pelatih PSG tentu amat besar. Tetapi, bisa melewati ujian sulit pertama dengan menyingkirkan Barca di Liga Champions adalah capaian tidak kalah besar dalam era baru PSG bersama Pochettino,” ungkap Balague.
Sementara itu, Pelatih Barca Ronald Koeman tidak bisa menyembunyikan rasa frustrasinya setelah timnya disingkirkan PSG. Menurut dia, Barca tidak efektif dalam menciptakan peluang, terutama setelah Messi gagal mengeksekusi penalti pada akhir babak pertama. Pada laga itu, Barca membuat empat peluang emas. Namun, hanya satu gol tercipta lewat Messi.
”Jelas kami sangat kecewa. Namun, kami punya bekal baik dari penampilan di Paris untuk melanjutkan musim ini,” ujar Koeman dilansir laman UEFA.
Pada laga lainnya, Liverpool mampu menjaga gengsinya di Eropa seusai mengalahkan RB Leipzig, 2-0, di Budapest, Hongaria, kemarin. Liverpool pun lolos ke perempat final dengan agregat gol telak, 4-0.
”Si Merah” berpeluang bertemu PSG pada perempat final. Undian babak itu akan digelar pada Jumat (19/3/2021). Dua tim lain yang telah lolos ke babak itu adalah Porto dan Borussia Dortmund. (REUTERS)