Barcelona pernah mewujudkan keajaiban dengan memukul balik Paris Saint Germain, 6-1, dan lolos ke perempat final Liga Champions. Namun, kali ini, misi "remontada" serupa bakal lebih sulit karena PSG jauh lebih matang.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
PARIS, SELASA - Empat tahun lalu, kawasan di Stadion Camp Nou, Spanyol, diguncang gempa bermagnitudo 1,0. Pemicu gempa itu tidaklah lazim, yaitu loncatan serentak dan spontan ratusan ribu suporter klub sepak bola penghuni stadion itu, Barcelona FC.
Para pendukung Barca, kala itu, dibuat histeris setelah bek sayap, Sergi Roberto, mencetak gol terakhir timnya ke gawang Paris Saint-Germain pada laga kedua babak 16 besar Liga Champions Eropa. Barca lantas menang telak, 6-1. Mereka pun lolos ke perempat final setelah kalah, 0-4, pada duel pertama di Paris.
Laga pada 8 Maret 2017 silam itu dikenang sebagai remontada (kebangkitan) terhebat Barca di Liga Champions. Sebagian lagi menyebutnya keajaiban. Sempat divonis ”tamat”, setelah kalah telak di Paris, mereka nyatanya bisa selamat dari lubang jarum.
Memori itu ingin dihidupkan kembali Barca, tidak terkecuali oleh presiden barunya, Joan Laporta, menjelang pertemuan lainnya dengan PSG, yaitu pada babak 16 besar Liga Champions musim 2020-2021, Kamis (11/3/2021) dini hari WIB di Stadion Parc des Princes, Paris, Perancis. Kali ini, Barca ingin membalikkan kekalahan, 1-4, dari PSG.
”Mari kita berangkat ke Paris dan lihat, apakah kita mampu menciptakan remontada,” teriak Laporta seraya disambut pekik dan tepuk tangan pendukungnya pada malam pemilihan Presiden Barcelona, Senin (8/3/2021) pagi waktu Indonesia.
Laporta, yang membawa ”Blaugrana” meraih dua gelar Liga Champions pada era kepemimpinan sebelumnya, yaitu 2003 - 2010, langsung mengunjungi pusat latihan Barca, Ciutat Esportiva, untuk menyaksikan persiapan tim. Padahal, ia baru saja terpilih sebagai presiden baru Barca.
Laporta, yang juga memimpin Barca ketika meraih sixtuple atau enam gelar dalam setahun pada 2009, ikut terbang ke Paris untuk mendampingi timnya. ”Di situasi sulit saat ini, mereka (tim) tidak boleh merasa sendiri. Apapun hasilnya nanti, kami siap menemani tim dalam suka maupun duka,” ujar politisi sekaligus pengacara itu.
Misi nyaris mustahil
Agar bisa lolos ke perempat final, Barca wajib mengalahkan tuan rumah PSG dengan selisih setidaknya empat gol. Misi itu dianggap nyaris mustahil bagi banyak pihak, bahkan suporter Barca sendiri. Lionel Messi dan kawan-kawan dianggap hanya bakal mengejar fatamorgana, alih-alih remontada, di Paris. Bahkan, Soccer Power Index yang dikeluarkan Five Thirty Eight menyebutkan, peluang Barca lolos ke perempat final hanyalah 5 persen.
”Mari kita realistis. Bagi kami, kiprah tim (Barca) berakhir (setelah kalah 1-4). Barca bisa saja menang 2-0 atau 3-1 di Paris dengan penampilan terbaiknya. Namun, untuk menang empat gol tanpa kebobolan, saya kira itu mustahil,” ujar Joan Bertran, ketua Penya Aguera, salah satu kelompok pendukung Barca.
Situasi saat ini memang jauh berbeda dari kisah indah Barca pada 2017 lalu. Bintang mereka yang menjadi aktor terciptanya remontada empat tahun lalu, Neymar Jr, kini telah membelot ke tim lawan. Meskipun ia diragukan tampil pada laga nanti, akibat cedera, namun bukan berarti PSG minim ancaman.
PSG masih memiliki penyerang mematikan, Kylian Mbappe. Ia memborong tiga gol pada duel pertama di Camp Nou. Tidak hanya itu, dalam dua tahun terakhir, PSG telah semakin dewasa dan tidak mudah kolaps ketika menghadapi tekanan. Mereka juga telah banyak belajar dari kegagalan di masa silam, termasuk ketika dilumat Barca, 1-6, pada 2017 silam.
”Anda harus membuat kami mabuk jika ingin melihat mereka (Barcelona) membalikkan kekalahan lagi seperti empat musim lalu. Kini, kami punya pemain yang berbeda. Kami pun akan bermain di kandang sendiri,” ujar bek PSG, Abdou Diallo, dikutip Le Parisien edisi Selasa (9/3/2021).
PSG lebih percaya diri
Kepercayaan diri Diallo seakan beralasan karena PSG akan tampil lebih lengkap dibandingkan dalam laga pertama. Sang "raja asis" PSG, Angel Di Maria, sudah bisa tampil pada laga kedua. Pemain berkebangsaan Argentina itu telah menciptakan 12 asis di seluruh ajang musim ini. Belum ada pemain PSG lainnya yang mampu mencatatkan dua digit asis.
Soccer Power Index yang dikeluarkan Five Thirty Eight menyebutkan, peluang Barca lolos ke perempat final hanyalah 5 persen.
PSG, yang dahulu sering disebut sebagai tim ”penggembira”, kini juga tampil lebih percaya diri di babak gugur Liga Champions. Kepercayaan diri yang dibangun sejak kesuksesan menembus final pada musim lalu itu terlihat dari transformasi sejumlah pemainnya. Marco Verratti misalnya, kini mampu menjalani peran sebagai trequartista (pemain kreatif di belakang striker) dengan gemilang. Padahal, peran itu sempat asing baginya.
”Tim ini telah jauh lebih matang dan percaya diri dibandingkan musim-musim lalu. Dengan menjaga fokus dan konsistensi seperti pada laga pertama, kami yakin bisa meraih hal besar pada musim ini,” kata Verratti dilansir laman PSG.
Pengamat sepak bola Eropa, Paull Carr, menilai, kekuatan Barca kini jauh menurun dibandingkan 2017 silam. Barca telah kehilangan sejumlah pemain penting, seperti Luis Suarez.
”Sulit bagi Barca untuk bisa meredam permainan efektif dan cepat PSG. Mungkin, laga kedua di Paris akan mengakhiri perjalanan mengagumkan (Lionel) Messi di Liga Champions dalam satu dekade terakhir,” kata Carr dikutip ESPN.
Sejak Messi membela tim utama Barca pada musim 2004-2005, “Blaugrana” hanya dua kali tersingkir di babak 16 besar Liga Champions, yaitu musim 2004-2005 dan 2006-2007. Tren menawan itu tetap ingin dipertahankan Barca, meskipun peluangnya kali ini sangatlah kecil.
”Tiada yang mustahil karena kami percaya pada kemampuan kami. Di Barca, kami harus selalu menang. Mentalitas itulah yang akan kami tunjukkan nanti,” ucap Pelatih Barcelona Ronald Koeman penuh janji.
Dalam tiga laga terakhir, Koeman mampu membawa Barca meraih kemenangan beruntun, termasuk saat mengalahkan Sevilla di semifinal Piala Raja Spanyol. Raihan positif itu tidak lepas dari perubahan taktik yang diterapkan Koeman. Barca perlahan meninggalkan formasi 4-3-3 dan mulai nyaman dengan taktik baru, 3-1-4-2.
Hanya saja, Koeman harus memutar otak lebih keras untuk menampilkan formasi tiga bek dalam laga kedua melawan PSG. Pasalnya, Gerard Pique masih mengalami cedera, sedangkan Ronald Araujo juga tidak bugar. Dengan kondisi itu, “Blaugrana” hanya memiliki tiga bek tengah tersisa. Mereka adalah Clement Lenglet, Oscar Mingueza, dan Samuel Umtiti. (AFP/JON)