Mantan atlet voli Aprilia Manganang akan menjalani operasi hipospadia, suatu kelainan ketika letak lubang kencing pada bayi laki-laki tidak normal. Kondisi ini merupakan kelainan bawaan sejak lahir.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
Senyum bahagia Sersan Dua Aprilia Santini Manganang tak terbendung seusai menjalani operasi korektif akibat kelainan hipospadia yang dialami sejak lahir. Dalam konferensi pers melalui sambungan Zoom, Aprilia yang didampingi kedua orangtuanya tak henti memanjatkan syukur.
”Ini momen yang sangat saya tunggu, bahagia banget. Puji Tuhan Yesus saya bisa lewati ini dan saya bersyukur,” kata Aprilia.
Mantan atlet voli putri nasional itu tak menyangka pencarian jati diri selama 28 tahun akhirnya terwujud. Difasilitasi Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa, Aprilia bakal menjalani satu kali lagi operasi korektif hipospadia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta.
Ia sebenarnya mulai merasakan kelainan pada sistem reproduksi sejak duduk di bangku sekolah dasar di Tahuna, Sulawesi Utara. Keterbatasan biaya mengakibatkan keluarga tak kunjung memeriksakan kondisi kesehatannya.
Bahkan, saat membela tim voli putri Indonesia di ajang SEA Games 2015 di Singapura, tim voli putri Filipina mempertanyakan jenis kelamin Aprilia dan memprotes panitia. Namun, protes tersebut ditolak dan spiker timnas itu tetap diizinkan bermain.
Kesempatan pemeriksaan kesehatan itu datang ketika Aprilia berdinas di Manado. Awalnya, dia menjalani pemeriksaan kesehatan di RS TNI AD Wolter Monginsidi Teling, Manado. Keterbatasan peralatan membuat pemeriksaan kurang maksimal.
Dokter menemukan bahwa Aprilia memiliki organ kelamin laki-laki. Sementara pemeriksaan hormonal menunjukkan dominan hormon testosteron yang identik sebagai hormon pria.
KSAD Andika kemudian memutuskan agar Aprilia diperiksa di Jakarta. Di RSPAD Gatot Subroto, ia menjalani sejumlah pemeriksaan, di antaranya pemeriksaan urologi, hormonal, dan radiologi.
Dalam pemeriksaan urologi, dokter menemukan bahwa Aprilia memiliki organ kelamin laki-laki. Sementara pemeriksaan hormonal menunjukkan dominan hormon testosteron yang identik sebagai hormon pria. Demikian pula pemeriksaan radiologi juga menunjukkan hal yang sama.
Dari pemeriksaan yang dilakukan 3 Februari 2021 tersebut, tim dokter berkesimpulan bahwa Aprilia mengalami kelainan hipospadia. Ia harus menjalani dua kali operasi korektif untuk menyembuhkan kelainan yang dialami sejak lahir.
Hipospadia adalah suatu kelainan ketika letak lubang kencing pada bayi laki-laki tidak normal. Kondisi ini kelainan bawaan sejak lahir. Pada kondisi normal, uretra terletak tepat di ujung penis. Namun, pada bayi dengan hipospadia, uretra berada di bagian bawah penis. Jika tidak ditangani, penderita hipospadia bisa kesulitan buang air kecil atau berhubungan seksual saat dewasa.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyebutkan, satu dari 200 bayi lahir di Amerika Serikat mengalami hipospadia.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyebutkan, satu dari 200 bayi lahir di Amerika Serikat mengalami hipospadia. Sekitar 90 persen kasus hipospadia masuk kategori tidak berbahaya. Adapun 10 persen di antaranya tergolong kategori berbahaya, seperti yang dialami Aprilia.
”Terima kasih Bapak KSAD dan dokter yang sudah membantu saya. Keinginan saya akhirnya tahun ini tercapai,” ucap Aprilia sebelum kembali beristirahat.
Aprilia merupakan atlet voli yang berprestasi sehingga direkrut menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat. Ia masuk melalui jalur khusus bintara berprestasi pada 2016. Karier kedinasannya dimulai di Dinas Jasmani Militer Angkatan Darat, Cimahi, Jawa Barat. Dua tahun berselang, anggota Korps Wanita Angkatan Darat itu mendapat penugasan baru di Komando Daerah Militer XIII/Merdeka yang meliputi Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah.
Bukan transjender
KSAD Andika menegaskan, berdasarkan pemeriksaan tim dokter, Aprilia tidak masuk kategori transjender dan interseks. Tim dokter tidak melakukan operasi pergantian jenis kelamin, tetapi hanya melakukan operasi hipospadia atau operasi guna membentuk atau memperpanjang uretra, mendapatkan kondisi penis yang lurus, dan membuat lubang uretra di ujung penis dengan ukuran yang sesuai.
Berdasarkan pemeriksaan tim dokter, Aprilia tidak masuk kategori transjender dan interseks. Tim dokter tidak melakukan operasi pergantian jenis kelamin, tetapi hanya melakukan operasi hipospadia atau operasi guna membentuk atau memperpanjang uretra.
Setelah menjalani operasi korektif hipospadia yang kedua, akan ada penyesuaian terhadap status Aprilia. Penyesuaian itu di antaranya perubahan identitas jenis kelamin dan nama di Pengadilan Negeri Tondano, Sulawesi Utara.
”Kami akan dampingi Aprilia di masa transisi. Saya akan pastikan transisi berjalan dengan baik dan dia akan diarahkan ke bidang yang membuat dia lebih nyaman,” kata Andika.