Pendekatan yang tepat dari seorang manajer terhadap para pemain mampu menentukan performa sebuah tim. Sejauh ini Manajer Chelsea Thomas Tuchel dan Manajer Everton Carlo Ancelotti telah membuktikannya.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LONDON, MINGGU — Dua tim di Liga Inggris yang sedang menemukan bentuk permainan terbaiknya, Chelsea dan Everton, bertemu di Stadion Stamford Bridge, Selasa (9/3/2021) pukul 01.00 WIB. Selain menjadi laga krusial dalam konteks perebutan posisi empat besar, laga ini juga akan memperlihatkan siapa manajer yang punya pengaruh paling besar terhadap para pemainnya.
Menjelang duel ini, Manajer Chelsea Thomas Tuchel ataupun Manajer Everton Carlo Ancelotti sama-sama membanggakan kerja keras dan pengorbanan para pemainnya. Mereka berdua sedang merasakan hubungan yang kuat antara manajer dan pemain yang membuat penampilan mereka terus membaik.
”Saya merasakan sikap pemain yang luar biasa saat latihan ataupun saat berlaga. Hubungan (antara pemain dan pemain ataupun pemain dan pelatih) yang kuat ini saya rasakan dan ini sangatlah penting,” kata Tuchel. Di tangan Tuchel, Chelsea belum terkalahkan dalam 10 laga terakhir di semua kompetisi.
Mantan pelatih Paris Saint-Germain ini sudah memiliki skuad bertabur bintang saat menggantikan posisi Frank Lampard dan ia tinggal melecut semangat para pemain. Usahanya mulai memperlihatkan hasil ketika Chelsea bisa mengalahkan Atletico Madrid di ajang Liga Champions, dan juga mengalahkan Liverpool, 1-0, di Stadion Anfield.
Tuchel telah mengubah cara bermain Chelsea menjadi lebih efektif dan seimbang. Pertahanan menjadi lebih rapat karena Chelsea era Tuchel baru kebobolan dua gol dalam 10 laga terakhir. Perubahan ini membuat Chelsea bisa bangkit dan kini berada di posisi keempat dengan 47 poin.
Saya merasakan sikap pemain yang luar biasa saat latihan ataupun saat berlaga. Hubungan yang kuat ini saya rasakan dan ini sangatlah penting.
Tren positif ini otomatis menambah kepercayaan diri para pemain, terutama para pemain muda seperti Mason Mount yang menjadi pahlawan saat mengalahkan Liverpool. Namun, Tuchel masih punya pekerjaan rumah untuk mengeluarkan kemampuan yang sebenarnya dari para pemain bintang, seperti Timo Werner dan Kai Havertz.
Werner masih berjuang untuk kembali tajam. Eks penyerang RB Leipzig ini selalu mendapatkan peluang gol, tetapi ia selalu kecewa karena gagal menyelesaikannya dengan baik. Ia terakhir kali mencetak gol saat menghadapi Newcastle United pada pertengahan Februari. Laga melawan Everton ini menjadi kesempatan lain untuk mengakhiri kebuntuan itu.
Ambisi Ancelotti
Duel melawan Chelsea era Tuchel memberikan tantangan tersendiri bagi Ancelotti. Ia merasakan serangan-serangan yang dibangun Chelsea akan sangat merepotkan. Dalam tiga laga terakhir, Everton selalu menang dan tidak kebobolan satu gol pun. Namun, pada pertengahan Februari mereka kalah 0-2 dari Fulham, tim dari zona degradasi.
Ancelotti harus memastikan pertahanan tim mereka terorganisasi dengan sangat rapi ketika menghadapi Chelsea. Ia tidak mau ada kesalahan yang akan menghancurkan ambisinya untuk bisa membawa Everton ke posisi empat besar dan mendapatkan tiket ke Liga Champions musim depan.
Everton kini berada di peringkat kelima dengan 46 poin sehingga kemenangan atas Chelsea menjadi sangat penting. Ancelotti ingin menjadikan Everton sebagai tim pertama yang memberikan Tuchel kekalahan pertama.
”Tuchel adalah manajer muda yang punya banyak pengalaman di Jerman dan Perancis. Jadi, dia seorang manajer dengan wawasan luas dan ambisi yang besar. Tentu saya lebih tua, tetapi masih punya ambisi yang lebih besar,” kata Ancelotti dilansir laman Everton. Ancelotti kini berusia 61 tahun, lebih tua 14 tahun dari Tuchel.
Pengalaman Ancelotti jauh lebih banyak, bahkan dia pernah mempersembahkan gelar juara ganda untuk Chelsea pada musim 2009-2010, yaitu menjuarai Liga Inggris dan Piala FA. ”Sekarang Everton adalah tim saya dan saya sangat bangga. Saya merasa para pemain mau mendengarkan saya dan menghormati ide-ide saya,” katanya.
Laga di Stamford Bridge nanti akan mengukur sejauh mana kepatuhan para pemain Everton terhadap Ancelotti. Demikian pula dengan Tuchel dan para pemainnya.
Semakin panas
Chelsea dan Everton pun punya alasan lain yang lebih kuat untuk bisa memenangi laga nanti, yaitu persaingan perebutan peringkat empat besar yang kian panas. Salah satunya berkat Leicester City yang mampu mengalahkan Brighton and Hove Albion, 2-1, pada Minggu (7/3/2021) pagi waktu Indonesia.
Membaiknya permainan Leicester pada babak kedua menjadi kunci kemenangan tersebut. Gol Kelechi Iheanacho dan Daniel Amartey membuat gol penyerang Brighton, Adam Lallana, yang terjadi pada menit ke-10 menjadi sia-sia. Dengan kemenangan ini, Leicester berhasil menempati peringkat kedua dengan raihan 53 poin.
”Sebuah kemenangan yang sangat penting. Kami sempat mengevaluasi penampilan kami pada babak pertama dan pada babak kedua kami tampil lebih baik,” kata Manajer Leicester Brendan Rodgers. (AFP/REUTERS)