Manajer Manchester United Ole Gunnar Solskjaer kini kembali yakin bisa mengejar Manchester City dan merebut trofi. Ia harus segera membuktikannya di Stadion Etihad.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
MANCHESTER, SABTU — Manchester United merasakan beban yang teramat berat menjelang laga derbi melawan Manchester City di Stadion Etihad, Minggu (7/3/2021) pukul 23.30 WIB. Performa ”Setan Merah” sedang berada jauh di bawah City sehingga optimisme merupakan bekal terbaik yang mereka miliki untuk menjalani laga ini.
Sekitar dua bulan lalu, ketika MU bisa menggapai puncak klasemen sementara Liga Inggris, laga derbi ini diproyeksikan bisa menjadi duel penentuan gelar juara liga. Apalagi City pada waktu itu sudah mulai menggila dengan memenangi laga demi laga. Persaingan ketat di antara dua tim Manchester di puncak klasemen seperti yang terjadi pada musim 2011-2012 sudah mulai bisa dibayangkan.
Memasuki bulan Februari hingga saat ini, duel hidup dan mati di antara dua tim bertetangga ini tidak pernah terjadi. Derbi kali ini lebih memberikan tekanan yang besar terhadap MU yang kehilangan ketajaman dan pemainnya sudah kelelahan. Ketika menduduki puncak klasemen pada pertengahan Januari lalu, MU bisa unggul empat poin di atas City. Kini Setan Merah justru tertinggal 14 poin dari City yang kini telah mengumpulkan 65 poin.
Bahkan, MU tidak mampu mencetak gol dalam tiga laga terakhir di semua kompetisi. Gelandang yang menjadi motor serangan tim, seperti Bruno Fernandes, juga sedang loyo. MU harus mendongakkan kepala untuk melihat kualitas City yang sejauh ini telah memenangi 21 laga beruntun di semua kompetisi.
Kami hanya menjalani satu pekan tanpa bisa mencetak gol, bukan tampil buruk selama enam pekan. Saya tidak mau terjebak dalam narasi bahwa penampilan MU sedang terpuruk.
Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer tentu melihat ada ”noda” di tubuh skuadnya, tetapi ia berusaha keras untuk membungkusnya dengan optimisme. ”Kami hanya menjalani satu pekan tanpa bisa mencetak gol, bukan tampil buruk selama enam pekan. Saya tidak mau terjebak dalam narasi bahwa penampilan MU sedang terpuruk. Kenyataannya, kami bisa bertahan dengan baik, hanya tidak bisa mencetak gol,” katanya.
Solskjaer pun menyodorkan fakta lain untuk menunjukkan bahwa mereka tidak bisa dipandang sebelah mata, yaitu tampil tak terkalahkan dalam 21 laga tandang Liga Inggris secara beruntun. Dengan demikian, City maupun MU akan berburu angka 22 di Etihad. City mengincar kemenangan dalam 22 laga beruntun, sementara MU membidik kemenangan laga tandang yang ke-22.
Gelar juara liga
Seusai ditahan Crystal Palace, 0-0, pada laga terakhirnya, Solskjaer sempat mengatakan bahwa MU mau tidak mau masuk dalam pertempuran untuk merebut posisi empat besar. Jarak yang begitu jauh dengan City membuat pernyataan tersebut menjadi realistis. Namun, jelang laga derbi ini, Solskjaer berkata lain. ”Masih ada 11 laga yang harus dijalani. Saya sudah katakan mari melewati bulan Maret dan April dulu sebelum berbicara tentang perebutan gelar juara liga,” ujarnya.
Apabila memenangi ke-11 laga tersisa, MU bisa menambah maksimal 33 poin sehingga pada akhir musim mereka mengantongi 84 poin. Sementara City masih bisa finis dengan total 98 poin. Artinya, MU harus berharap City menelan lima kekalahan dari 11 laga terakhir sehingga hanya bisa finis dengan 83 poin. Dengan skenario ini, MU bisa merebut gelar juara liga musim ini secara dramatis.
Akan tetapi, harapan itu bisa pupus seketika jika MU sebagai tim peringkat kedua tetap tidak mampu menaklukkan City di Etihad. ”City sangat jauh di depan kami saat ini. Jadi, laga pada Minggu ini merupakan kesempatan untuk menguji kemampuan kami di depan tim yang sangat tangguh,” kata Solskjaer.
Manajer City Pep Guardiola mengatakan, mereka tidak bisa melepas kaki dari pedal gas karena laga derbi ini merupakan kesempatan terbaik untuk memperlebar jarak. ”Sepak bola adalah apa yang kami lakukan saat ini. Sejauh ini kami tampil luar biasa, tetapi sekarang masih Maret dan kami belum memenangi apa pun,” katanya.
Jika Solskjaer berbekal optimisme, Guardiola berbekal mentalitas pemainnya yang makin haus kemenangan. Membentuk mental juara, selain meracik taktik jitu, merupakan keahlian Guardiola yang pernah ia perlihatkan ketika menangani Barcelona dan Bayern Muenchen. Guardiola berhasil menjadikan kemenangan sebagai candu bagi para pemainnya.
Apalagi pada laga derbi Manchester ketika harga diri tim dipertaruhkan, efek dari candu ini menguat. Peluang bagi City untuk membirukan langit Manchester pun sangat besar mengingat MU tidak akan diperkuat Paul Pogba dan kiper utama, David De Gea, yang sedang pulang ke Spanyol untuk merayakan kelahiran anaknya. Sementara City justru mulai menyambut kembali kedatangan bek Nathan Ake yang telah absen selama 10 pekan akibat cedera.
Arsenal imbang
Kehebatan Guardiola ini pun sulit untuk ditiru, bahkan, oleh mantan asistennya di City yang kini menjadi manajer Arsenal, Mikel Arteta. Pada laga lainnya di Stadion Turf Moor, Arsenal bahkan tidak mampu mempertahankan keunggulan selama 90 menit dan akhirnya ditahan imbang Burnley, 1-1.
Arsenal unggul lebih dulu melalui gol Pierre-Emerick Aubameyang pada menit ke-6. Namun, Granit Xhaka melakukan kesalahan fatal saat menendang bola ke arah Chris Wood. Bola terpantul ke dalam gawang dan Arsenal tidak lagi mampu membobol pertahanan Burnley hingga laga usai.
Arsenal yang pada laga terakhirnya mampu mengalahkan Leicester, 3-1, kini harus kembali kehilangan poin. Mereka baru mengantongi 38 poin dan jalan mereka untuk mendapatkan tiket ke kompetisi Eropa masih sangat terjal. (AFP/REUTERS)