PP Perbasi sedang memproses naturalisasi tiga pebasket baru. Salah satunya merupakan pebasket yang bermain di NBA G-League.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tim nasional bola basket Indonesia akan kehadiran tiga pemain naturalisasi baru lagi dalam waktu dekat. Bersama dua pemain naturalisasi sebelumnya, Brandon Jawato dan Lester Prosper, mereka diharapkan jadi tumpuan timnas di Piala Asia FIBA 2021 dan Piala Dunia FIBA 2023.
Salah satu pemain naturalisasi tersebut merupakan pebasket keturunan Amerika Serikat berusia 21 tahun. Dia saat ini bermain di NBA G-League, kompetisi untuk pemain muda dan pelapis tim-tim NBA.
Selain prospek menjanjikan itu, Indonesia juga akan kedatangan dua pebasket 15 tahun keturunan Senegal. Semua pemain yang masih dirahasiakan namanya ini punya keunggulan postur tubuh di atas rata-rata pebasket lokal. Mereka diseleksi langsung oleh pelatih timnas Rajko Toroman.
“Ini kebutuhan timnas basket kita, untuk agenda Piala Asia 2021 dan Piala Dunia 2023, saat Indonesia jadi tuan rumah. Tujuannya untuk mengakselerasi prestasi timnas,” kata Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) Nirmala Dewi, saat dihubungi pada Kamis (4/3/2021).
Pemain G-League ini didatangkan agar timnas mampu menembus 8 besar di Piala Asia. Indonesia perlu mencapai target yang ditetapkan FIBA tersebut, jika ingin lolos langsung ke putaran final Piala Dunia.
Dia akan bersaing memperebutkan satu tempat dengan Prosper di posisi center. Setiap negara hanya boleh memiliki satu pebasket naturalisasi. Seperti kata Ketua Umum PP Perbasi Danny Kosasih sebelumnya, Prosper yang sudah berusia 32 tahun butuh pesaing agar timnas punya kualitas terbaik di posisi center.
Salah satu di antara mereka akan berduet dengan Jawato di Piala Asia. Jawato bisa tampil bukan sebagai naturalisasi, setelah mendapat hak spesial dari FIBA pada tahun lalu. Dia dihitung sebagai pemain lokal karena ayahnya berasal dari Bali.
Sementara itu, dua pemain remaja asal Senegal ditujukan untuk program jangka panjang. Jika dinaturalisasi sekarang, mereka akan dihitung sebagai pemain lokal di masa depan. Dalam peraturan FIBA, pemain masih boleh memilih timnas yang akan dibela sebelum berusia 17 tahun.
“Yang usia muda lebih untuk mem-backup timnas muda kita. Juga diharapkan bisa memperkuat timnas senior pada Piala Dunia. Kalau diambil dari usia muda kan bisa lebih bagus untuk jangka panjang,” tambah Nirmala.
Pelihara bakat lokal
Mantan pebasket nasional Adhi Pratama menilai, program naturalisasi ini sangat bagus untuk percepatan prestasi. Namun, jika terlalu banyak, pemain naturalisasi justru bisa menenggelamkan bakat-bakat lokal.
“Kalau terlalu banyak ini sayang. Masih banyak taletna kita yang masih bisa diasah. Ini sudah pasti akan menjadi polemik, dilema buat kita. Sekarang tinggal bagaimana pemain lokal kita harus step up, mau bersaing,” kata Adhi.
Salah satu pemain yang dianggap punya masa depan cerah adalah center muda Derrick Michael. Menurut Adhi, pemain keturunan Afrika-Indonesia ini yang sudah masuk dalam timnas ini harus tetap dijaga di tengah banyaknya pebasket naturalisasi baru.
Pemain naturalisasi baru, khususnya yang remaja, juga harus diberikan program khsusus untuk pengembangan. Mereka memang punya kondisi fisik lebih kuat dan tinggi, tetapi pengembangan permainan di usia tersebut akan jadi sangat krusial.
“Harus ada progam khusus dan mendapat jam terbang. Kalau tidak akan percuma. Jika terus digenjot, usia 18-20 tahun nanti kita tinggal metik hasilnya,” pungkas pebaket yang pensiun tahun lalu tersebut.
Perbasi berharap proses naturalisasi bisa diselesaikan segera, sebelum penyelenggaraan Piala Asia pada 16-28 Agustus. Berkaca dari sebelumnya, proses naturalisasi Jawato dan Prosper memakan waktu sangat lama, hingga setahun lebih.
Perbasi sudah mengirimkan surat pengajuan naturalisasi ke Kementerian Pemuda dan Olahraga sejak pekan lalu. Surat itu akan dilanjutkan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
“Ada catatan dan kajian hukum dulu di Kemenpora, setelah menerima surat dari Perbasi. Baru akan dikirimkan ke Kemenkumham dalam waktu dekat. Setelah itu akan berlanjut ke Presiden, dan rapat di DPR,” kata Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto.
Kemenpora dan Kemenkumham telah memberikan dukungannya terhadap program naturalisasi ini. Jika selesai, Indonesia sudah menaturalisasi 5 pebasket hanya dalam rentang 2 tahun.
“Kita kan punya target jangka panjang di Piala Dunia. Jadi sudah wajar proses naturalisasi dilakukan sejak tahun lalu. Tentunya naturalisasi ini diminta oleh Menpora (Zainudin Amali) untuk sangat selektif. Semua yang dinaturalisasi telah melewati standar tertentu," jelas Gatot.