Nasib Penonton Asing Ditentukan Akhir Maret
Panitia Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo belum memutuskan boleh tidaknya kehadiran penonton asing. Keputusan itu, termasuk pedoman kesehatan bagi penonton, akan diumumkan paling lambat akhir Maret mendatang.
TOKYO, JUMAT — Panitia Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo (TOCOG) berkomitmen mengumumkan segera pedoman mengenai penonton Olimpiade ke-32 itu secepatnya. Sejauh ini, pro dan kontra mengenai kehadiran penonton Olimpiade Tokyo terus terjadi, terutama terkait penonton asing atau dari luar Jepang.
Sejumlah pihak tetap menginginkan penonton asing hadir dengan persyaratan ketat. Adapun sebagian lainnya tidak menginginkannya karena khawatir bisa memperparah penyebaran Covid-19 di Jepang.
Ketua TOCOG Seiko Hashimoto memastikan, pihaknya belum mengambil keputusan apa pun mengenai kehadiran penonton lokal ataupun asing di Olimpiade Tokyo. Akan tetapi, Hashimoto menyampaikan, pihaknya bakal mengumumkan pedoman pembatasan penonton itu paling lambat pada akhir bulan ini.
Rencana itu sedikit lebih awal dari niat Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang akan mengumumkan soal penonton itu pada April atau Mei mendatang. ”Menyambut penonton dari berbagai penjuru dunia adalah harapan kami. Namun, sistem medis di Jepang harus siap. Jika tidak, seorang penonton bisa merugikan orang lain,” ujar Ketua TOCOG Seiko Hashimoto, Jumat (5/3/2021).
Baca juga : Olimpiade Tokyo Kemungkinan Tanpa Penonton Asing
Mayoritas penduduk Jepang sejatinya lebih condong melarang kehadiran penonton di Olimpiade Tokyo, terutama penonton asing. Jejak pendapat surat kabar Jepang, Yomiuri, menunjukkan, 91 persen orang di Jepang ingin penonton dibatasi atau tidak diizinkan sama sekali kalau Olimpiade Tokyo digelar sesuai agenda pada 23 Juli-8 Agustus mendatang
Isyarat lain terlihat dari keputusan Jepang menggelar agenda kualifikasi Olimpiade di negaranya pada 3-10 April nanti secara tertutup dari penonton. Padahal, acara olahraga besar di dalam negeri Jepang sudah mulai menarik kembali penonton walau dengan jumlah terbatas.
Respons negatif terhadap kehadiran penonton di Olimpiade Tokyo disebabkan kekhawatiran memicu penyebaran Covid-19 yang lebih luas di negara itu. Ahli penyakit menular di Universitas Kobe, Jepang, Kentaro Iwata, mengatakan, keputusan paling masuk akal untuk Olimpiade Tokyo adalah menggelarnya tanpa penonton.
Mengizinkan kehadiran penonton dengan jumlah terbatas, apalagi penuh, dianggap tidak tepat dari sudut pandang medis. ”Karena Olimpiade merupakan acara global, lebih penting untuk mempertimbangkan penularan Covid-19 di seluruh dunia daripada hanya melihat di Jepang. Menghadirkan penonton bakal menjadi upaya yang sangat sulit. Maka, saya pikir lebih baik jika tidak,” ujarnya.
Kendati kasus baru Covid-19 menurun akhir-akhir ini, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga justru menyampaikan bahwa pihaknya mempertimbangkan untuk memperpanjang keadaan darurat di wilayah metropolitan Tokyo sekitar dua pekan setelah masa darurat sebelumnya berakhir pada Minggu (7/3/2021). Hal itu menjadi sinyal bahwa Jepang belum bisa mengendalikan wabah dengan sepenuhnya.
Meminimalkan kerugian
Akan tetapi, beberapa pihak di pemerintahan Jepang dan IOC tetap menginginkan kehadiran penonton meski dengan jumlah terbatas. Hal itu diduga untuk meminimalkan dampak kerugian yang harus diderita Olimpiade Tokyo kalau tidak dihadiri penonton. Semula panitia penyelenggara menargetkan mendapatkan pendapatan mencapai 800 juta dollar AS dari penjualan tiket ajang multicabang empat tahunan tersebut. Kini, asa mendapatkan laba sebesar itu kemungkinan sirna.
Maka itu, Japan Times melaporkan, panel yang dipimpin pemerintah tetap mengizinkan penonton asing hadir ke Jepang tanpa diwajibkan karantina 14 hari di ”Negeri Sakura”. Penonton asing pun masih diizinkan untuk menggunakan transportasi umum selama tinggal di sana. Namun, hal itu dengan catatan hanya berlaku untuk penonton dari negara-negara dengan kasus Covid-19 relatif rendah.
Menghadirkan penonton bakal menjadi upaya yang sangat sulit. Maka, saya pikir lebih baik jika tidak.
Penonton asing itu wajib mengunduh dan menggunakan aplikasi pelacak kontak Covid-19 buatan Jepang yang bernama Cocoa. Aplikasi yang dibuat dengan menghabiskan anggaran mencapai 7,3 miliar yen atau 68 juta dollar AS itu akan memberikan informasi kepada penggunanya jika berada di dekat seseorang yang positif tertular virus korona baru.
Direktur Operasi Olimpiade untuk IOC Pierre Ducrey, seperti dikutip The New York Times, menegaskan, semua peserta ataupun pengunjung dari luar Jepang patut menunjukkan bukti hasil tes Covid-19 negatif sebelum berangkat dan sesampai di Jepang dalam 72 jam. Mereka juga harus menyerahkan daftar semua orang yang melakukan kontak dekat dengan mereka selama 14 hari terakhir.
Selain menggunakan masker dan menjaga kebersihan, selama di Jepang, mereka diminta untuk menjaga jarak 1-2 meter dari orang lain dan menghindari kerumunan atau kegiatan yang tidak mendesak. Khusus penonton, mereka dilarang bernyanyi atau meneriakkan yel-yel dukungan kepada atlet selama laga atau perlombaan. Mereka cuma diperbolehkan bertepuk tangan.
Baca juga : Jangan Lalai Menjalankan Panduan Olimpiade Tokyo
Dihantui keraguan
Hanya saja, segala upaya untuk menghadirkan penonton itu masih dihantui keraguan. NBC beberapa waktu lalu telah mengingatkan bahwa potensi bocornya infeksi Covid-19 mungkin terjadi walau dilakukan karantina 14 hari.
Kasus Australia Terbuka pada 10 Januari-22 Februari lalu, misalnya. Kendati panitia sudah sangat teliti menjaga atlet dengan mewajibkan isolasi 14 hari dan melakukan lebih dari 30.000 tes, 10 orang masih dinyatakan positif. Untuk itu, membebaskan pengunjung asing dari karantina 14 hari dan membolehkan mereka menggunakan transportasi umum bakal meningkatkan risiko penularan Covid-19 di Jepang.
Di samping itu, Bloomberg, Kamis, mengabarkan, aplikasi Cocoa justru tidak berjalan semestinya. Saat angka kasus Covid-19 melonjak tinggi dan menembus rekor tertinggi di Jepang dalam empat bulan terakhir, versi Android dari aplikasi itu gagal berfungsi optimal.
”Ini bukan aplikasi yang bagus. Cocoa adalah contoh utama dari teknologi digital yang tidak memenuhi harapan masyarakat,” kata Menteri Transformasi Digital Jepang Takuya Hirai, yang turut mengkritik rencana pengembangan aplikasi dengan biaya mencapai 400 juta yen atau 3,8 juta dollar AS tersebut.
Terlepas dari segala pro dan kontra kehadiran penonton di Olimpiade Tokyo, peraih enam medali emas balap sepeda di Olimpiade, Sir Chris Hoy, berkata, ada atau tidaknya penonton tidak terlalu berdampak terhadap atlet dalam kondisi saat ini. Bagi atlet, hal yang terpenting adalah bisa bertanding di Olimpiade.
”Jika Olimpiade Tokyo bisa terus berjalan, itu akan luar biasa sekalipun tidak ada penggemar dan harus mengikuti sejumlah protokol kesehatan. Memang, ketiadaan penonton akan menjadi pengalaman berbeda. Tetapi, di pertandingan, atlet hanya akan fokus pada persaingan,” ujarnya. (AP/REUTERS)