Memahami Ambisi Besar Pangeran Johor di La Liga
Pangeran Johor menyampaikan sinyal ketertarikan untuk membeli saham mayoritas Valencia, klub La Liga, dari sahabatnya, Peter Lim. Pemilik baru dipercaya akan mengembalikan “Los Che” sebagai tim papan atas di Spanyol.
Dalam satu pekan terakhir, sejumlah media olahraga terkemuka di Spanyol membicarakan Tunku Ismail Idris, Pangeran Johor, Malaysia, yang berkeinginan untuk mengambil alih kepemilikan klub La Liga, Valencia CF, dari pengusaha asal Singapura, Peter Lim. Kepiawaian Pangeran Ismail mengelola klub sepak bola telah terbukti dengan membawa Johor Darul Ta’zim merengkuh 16 gelar juara dalam delapan tahun terakhir.
Sejak mengambil alih 70,4 persen saham Valencia pada Mei 2014, Peter Lim belum mampu mengembalikan identitas Valencia sebagai salah satu tim papan atas di Liga Spanyol. Hanya trofi Piala Raja Spanyol musim 2018-2019 yang menjadi koleksi baru klub berjuluk “Los Che” itu di era kepemilikan Lim.
Di musim ini, kondisi Valencia hancur lebur. Krisis keuangan membuat klub melego sang kapten, Dani Parejo, di jendela transfer musim panas 2020. Valencia juga gagal memenuhi pemain yang diinginkan sang pelatih Javi Garcia. Hasilnya, “Los Che” berada di posisi ke-14 saat liga memasuki pekan ke-25. Valencia hanya berjarak lima poin dari zona degradasi.
Baca juga : Valencia Masuki Periode Terburuk di Era Peter Lim
Kondisi itu mengusik Pangeran Johor yang biasa disapa Tunku Mahkota Johor (TMJ). Valencia sesungguhnya bukan klub baru dalam kiprah TMJ di dunia sepak bola.
Hubungan baik TMJ dengan Peter Lim membuat Valencia sempat melakukan pemusatan latihan di Pusat Latihan JDT di Johor Bahru dalam rangkaian tur pramusim di Singapura, Juli 2016. Kemudian, Lim mengundang TMJ untuk menyaksikan langsung laga Valencia di Stadion Mestalla, April 2018.
Selain itu, Johor Darul Ta’zim (JDT) menandatangani kemitraan terkait pengembangan bisnis sepak bola dan pembinaan usia dini dengan Valencia sejak 2017. Kemitraan itu juga dilakukan JDT dengan dua klub besar Eropa lainnya, yaitu Borussia Dortmund dan Juventus.
Keinginan besar TMJ untuk mengambil alih saham mayoritas Valencia diungkapkan langsung dalam fitur cerita di akun Instagramnya, @hrhcrownprinceofjohor, Selasa (2/3/2021) lalu. TMJ menekankan, dirinya tidak termotivasi untuk meraup keuntungan materi terkait ambisinya untuk memiliki klub dengan 6 gelar Liga Spanyol itu. Kejayaan dan membentuk sejarah, lanjutnya, adalah tujuannya untuk menjadi pemilik utama Valencia.
“Saya bukan orang baru di sepak bola. Saya menciptakan sebuah klub (JDTFC) dari klub yang berkutat di zona degradasi setiap tahun menjadi tim juara yang mendominasi Liga Malaysia. Saya telah memenangi 16 titel dalam 8 tahun. Kami adalah klub terbesar di Asia Tenggara dan salah satu klub terbesar di Asia,” tulis TMJ.
Salah satu alasan utama TMJ ingin menguasai “Los Che” karena ia masih memiliki ambisi besar untuk mengembangkan kekaisaran sepak bolanya dan menginginkan tantangan baru di Eropa. Di sisi lain, ia pun berjanji tidak akan mengubah tradisi dan logo Valencia.
Apa yang dibutuhkan Valencia? Anda butuh seseorang yang tahu tentang sepak bola, lapar akan kesuksesan, berhasrat besar, dan memahami kebesaran Valencia sebagai sebuah klub.
“Apa yang dibutuhkan Valencia? Anda butuh seseorang yang tahu tentang sepak bola, lapar akan kesuksesan, berhasrat besar, dan memahami kebesaran Valencia sebagai sebuah klub. Sebagai langkah pertama, kami butuh orang yang memahami sepak bola di klub. Titik,” tulis pangeran berusia 36 tahun itu.
Meskipun sudah ada ketertarikan besar dari TMJ, Peter Lim belum berpikir untuk menjual sahamnya. Presiden Valencia Anil Murthy mengakui, dirinya telah berbicara secara langsung dengan Lim terkait pernyataan TMJ di Instagram itu.
“Saya mengenal baik Pangeran Johor. Saya telah berbicara dengan Peter Lim dalam beberapa hari terakhir dan tidak ada yang berubah. Klub (Valencia) tidak dijual,” kata Murthy dilansir Marca, Rabu (4/3).
Dukungan
Ambisi TMJ untuk menguasai Valencia mulai mendapat dukungan dari sejumlah pihak di “Negeri Matador”. TMJ bahkan telah berbicara langsung dengan dua sosok paling berpengaruh di La Liga, yakni Presiden La Liga, Javier Tebas dan Direktur Pengembangan Internasional La Liga, Oscar Mayo.
Dalam pertemuan virtual, Rabu (4/3), diketahui juga TMJ dan Tebas membicarakan rencana akuisisi Valencia yang tengah direncanakan TMJ. Adapun hubungan TMJ dengan Tebas telah terjalin sejak 2016 ketika JDT berkerja sama dengan La Liga untuk mempersiapkan pusat akademi sepak bola serta pengelolaan klub berbasis industri.
Legenda Valencia, Cesar Ferrando, menyambut baik rencana akusisi yang akan dilakukan Pangeran Johor. Ferrando mengenal TMJ karena pernah dipercaya sebagai pelatih JDT pada periode 2013-2014.
“Ia (TMJ) adalah sosok pemenang yang jika ia tiba di Valencia pasti akan memberikan perubahan radikal kepada klub. Saya yakin etos kerja dan rencana besar TMJ akan memberikan keuntungan bagi Valencia di masa mendatang,” kata Ferrando kepada Marca.
Hal serupa juga disampaikan mantan pemain timnas Spanyol, Daniel Guiza. Pada musim 2013, Guiza bersama mantan pemain Lazio, Simone Del Nero, adalah dua pemain asing pertama yang direkrut TMJ di musim pertama memimpin JDT.
“Saya akan memberi perhatian kepada Valencia apabila ia (TMJ) tiba di klub. Ia adalah sosok presiden yang tidak peduli dengan uang. Ia hanya menginginkan kemenangan dan kesuksesan, sehingga kehadiran pemain berkualitas selalu jadi prioritasnya,” kata Guiza yang sempat bermain di 13 laga dan menyumbangkan 8 gol saat membela JDT di musim 2013.
Dominasi
Testimoni dari Ferrando dan Guiza tentu tidak sekedar isapan jempol. TMJ memberikan wajah baru bagi industri sepak bola Malaysia melalui TMJ.
Untuk membuat Johor Darul Ta’zim (JDT) menjadi penguasa tunggal Malaysia dalam tujuh musim terakhir, TMJ melakukan sebuah langkah radikal di kancah persepakbolaan “Negeri Jiran”. Setelah ditunjuk sebagai Presiden Asosiasi Sepak Bola Nasional Johor pada 2012, TMJ menyatukan dua klub terbesar di Johor, yakni Johor FC dan Johor FA, yang dipandang sebelah mata di peta persaingan sepak bola profesional Malaysia.
Sebelum direvolusi oleh TMJ, prestasi tertinggi Johor FC ialah juara Divisi 3 Liga Malaysia pada dekade 1990-an. Perubahan besar dilakukan TMJ untuk menyatukan dua tim tersebut menjadi Johor Darul Ta’zim yang mendapat lisensi dari Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) untuk berlaga di Liga Super Malaysia pada musim 2013.
JDT menggunakan slot milik Johor FC di musim sebelumnya. Pada musim 2012, Johor FC hanya berada di posisi sembilan dari 14 kontestan. Sementara itu, jatah Johor FA di Liga Primer Malaysia digunakan oleh TMJ untuk membentuk tim satelit bernama JDT II. Serupa dengan sejumlah klub besar Liga Spanyol, JDT II merupakan tim yang dibentuk sebagai jembatan bagi para pemain muda sebelum menembus tim utama.
Sejak meraih gelar Liga Super Malaysia pada musim 2014, dominasi JDT tak tergoyahkan, termasuk di musim 2020. Selain mengoleksi tujuh gelar liga, JDT juga meraih lima gelar Piala Super Malaysia, dua gelar Piala Malaysia, serta satu trofi Piala FA Malaysia.
Tidak hanya di Malaysia, TMJ mampu membawa JDT menjadi tim Asia Tenggara pertama yang meraih gelar di kompetisi antarklub Asia. JDT meraih gelar Piala AFC musim 2015 setelah mengalahkan Istiklol, tim asal Tajikistan. Kemudian, JDT juga menjadi tim Malaysia pertama yang berkiprah di Liga Champions Asia, yakni pada musim 2019.
TMJ mengungkapkan, berbagai standar tinggi yang dicanangkannya kepada JDT bukan hanya sekedar untuk memenuhi ambisinya semata atau memenuhi harapan pendukung JDT. Ia ingin keberhasilan JDT menjadi sebuah langkah maju bagi tim nasional Malaysia.
“Kemenangan dan kejayaan yang kami kejar didasari ambisi untuk membantu timnas dan sepak bola Malaysia. Kami selalu ingin menjadi yang pertama, bukan pengikut,” kata TMJ dilansir laman klub.
Presiden Asosiasi Pelatih Sepak Bola Malaysia (MFCA) Bhaskaran Sathianathan menilai, keberhasilan TMJ bersama JDT tidak disebabkan oleh melimpahnya uang untuk membeli pemain dan pelatih terbaik. Menurut Sathuanathan, JDT adalah sebuah klub profesional yang memiliki rencana dan visi yang berkesinambungan untuk menjaga kesuksesan.
“Ketika dimulai pada 2013, JDT tidak langsung sukses tetapi TMJ tetap menjalankan klub sesuai visinya. JDT dijalankan tanpa ada pengaruh politik, memiliki misi yang jelas, serta membangun sendiri jalan bermain yang mewajibkan setiap pelatih dan pemain yang datang untuk beradaptasi dengan cara mereka,” kata peraih tiga kali predikat pelatih terbaik Malaysia itu kepada New Straits Times, Oktober 2020.
Selain membentuk tim terbaik, TMJ juga memanjakan JDT dengan mendirikan pusat latihan sesuai standar FIFA. Dalam fasilitas itu terdapat lapangan latihan di dalam ruangan yang berumput sintetis dan sejumlah fasilitas penunjang, seperti peralatan kebugaran, kolam renang, dan ruang pemulihan pemain, salah satunya tempat pemandian es. Pada Januari 2020, TMJ juga meresmikan stadion baru berkapasitas 40.000 kursi penonton bernama Stadion Sultan Ibrahim. (AP/AFP)