Panitia Pelaksana Olimpiade Tokyo dan Komite Olimpiade Internasional kemungkinan melarang kehadiran penonton asing di Olimpiade Tokyo. Kebijakan itu diambil guna menekan risiko penyebaran virus korona baru di Jepang.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
TOKYO, KAMIS — Dampak pandemi Covid-19 yang masih berkecamuk, Panitia Pelaksana Olimpiade Tokyo dan Komite Olimpiade Internasional kemungkinan besar akan melarang kehadiran penonton asing di Olimpiade Tokyo pada 23 Juli-8 Agustus. Dengan begitu, Olimpiade ke-35 itu hanya akan disaksikan oleh penonton lokal dengan jumlah terbatas. Kebijakan itu diambil guna menekan risiko penyebaran virus korona baru di ”negeri matahari terbit” tersebut.
Menurut surat kabar Jepang, Mainichi, keputusan itu tersirat seusai rapat daring antara Ketua Panitia Olimpiade Tokyo Seiko Hashimoto dan Presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach, Rabu (3/3/2021). ”Jika situasinya sulit dan itu (ada kebijakan) membuat konsumen (warga Jepang) khawatir, itu adalah situasi yang perlu kita hindari terjadi,” ujar Hashimoto yang menerangkan belum ada pembahasan detail mengenai izin penonton asing dalam rapat tersebut.
Sebelum pertemuan antara Hashimoto dan Bach berlangsung, Mainichi mengabarkan bahwa keputusan resmi mengenai kepastian izin kehadiran penggemar asing itu baru diumumkan akhir bulan ini. Keputusan itu bakal diumumkan tepat saat pawai obor Olimpiade Tokyo dimulai dari timur laut Jepang pada 25 Maret.
Akan tetapi, sejumlah pejabat pemerintahan Jepang telah mengirim sinyal menolak kehadiran penonton asing. ”Dalam situasi saat ini, tidak mungkin membiarkan penonton asing datang ke Jepang,” kata Mainichi mengutip seorang pejabat pemerintahan yang tidak ingin disebutkan namanya, dilansir Itij.com, Kamis (4/3/2021).
Bach mengisyaratkan bahwa keputusan Olimpiade Tokyo tanpa penonton asing adalah pilihan sulit. Namun, itu mesti diambil demi menjamin kelancaran dan keamanan selama gelaran. ”Kami akan fokus pada yang penting. Itu terutama berarti kompetisi. Ini harus menjadi fokus yang jelas. Dalam hal ini, kami mungkin harus menetapkan satu atau beberapa prioritas,” terangnya, dikutip The Guardian, Rabu.
Keberlangsungan Olimpiade Tokyo memang tidak mendapatkan dukungan mayoritas warga Jepang karena khawatir memicu lonjakan kasus Covid-19 di ”Negara Sakura”. Survei kantor berita Jepang, Kyodo News, awal tahun ini menunjukkan, 47,1 persen responden berpendapat, baik Olimpiade maupun Paralimpiade Tokyo harus kembali ditunda. Bahkan, 35,2 persen meminta ajang itu dibatalkan. Hanya 14,5 persen yang ingin baik Olimpiade maupun Paralimpiade Tokyo tetap diadakan sesuai rencana.
Berdasarkan data Worldometers per Kamis (4/3/2021), pandemi Covid-19 masih berkecamuk di Jepang. Sejauh ini, angka kasus infeksi Covid-19 di sana mencapai 434.356 jiwa atau tertingg ke-38 dunia. Sementara itu, angka kasus kematiannya mencapai 7.984 jiwa. Situasi kian rentan karena angka penduduk lansia di Jepang yang tinggi, yakni sekitar 30 persen berusia di atas 60 tahun dari total penduduk 126,3 juta jiwa.
Sementara itu, Pemerintah Jepang baru memulai vaksinasi Covid-19 kepada petugas medis pada akhir Februari. Selanjutnya, mereka akan melakukan vaksinasi kepada 36 juta orang berusia 65 tahun ke atas pada April. Proses vaksinasi terhadap populasi lansia Jepang diperkirakan tuntas dalam waktu sekitar tiga bulan.
Maka itu, sebagian besar populasi negara tuan rumah itu masih belum terlindungi saat Olimpiade Tokyo dibuka. Padahal, Tokyo akan dikunjungi oleh lebih kurang 15.000 atlet dari 207 negara peserta Olimpiade di luar pelatih, ofisial, perangkat pertandingan, serta kontingen dan panitia Paralimpiade. ”Sekarang, kami perlu pula mempertimbangkan dengan cermat mengenai potensi penyebaran varian baru virus penyebab Covid-19,” ungkap Hashimoto, dikutip oleh TheJapan Times, Rabu.
Vaksinasi sebanyak mungkin
Dengan risiko penularan Covid-19 yang masih menghantui, Bach meminta agar vaksinasi kepada calon peserta Olimpiade dilakukan sebanyak mungkin sebelum bertolak ke Tokyo. ”Saya harap agar sebanyak mungkin peserta yang datang divaksinasi. Merupakan kewajiban kami bersama memastikan keselamatan untuk semua orang, termasuk penduduk Tokyo dan rakyat Jepang. IOC berdiri di sisi Anda (Jepang) tanpa reservasi apa pun,” tuturnya, dikutip The Japan Times, Rabu.
Selain itu, IOC meminta atlet, pelatih, dan ofisial diisolasi di perkampungan atlet di sepanjang Teluk Tokyo setiba di Tokyo. ”Taruh mereka dalam gelembung saat mereka tiba dan sampai mereka meninggalkan Jepang,” ujar Bach.
Tanpa kehadiran penonton asing, Olimpiade Tokyo akan mengalami kerugian besar. Sebab, semula panitia penyelenggara menargetkan mendapatkan pendapatan mencapai 800 juta dollar AS dari penjualan tiket ajang multicabang dunia empat tahunan tersebut. Kini, asa mendapatkan laba itu kemungkinan sirna.
Secara keseluruhan, Olimpiade Tokyo sudah dirundung banyak masalah. Sejak awal terpilih, Tokyo 2020 dihantui skandal suap proses pemilihan pada 2013 silam, yang memaksa pengunduran diri Ketua Komite Olimpiade Jepang Tsunekazu Takeda dua tahun lalu walau dirinya membantah melakukan kesalahan. Belum lagi, potensi gempa bumi dan bahaya radiasi nuklir di Fukushima.
Olimpiade Tokyo pun tercatat sebagai Olimpiade termahal yang pernah digelar. Anggaran penyelenggaraannya mencapai 15,4 miliar dollar AS meskipun audit pemerintah menunjukkan bahwa biayanya mungkin dua kali lipat lebih besar dari itu.
Bulan lalu, Ketua Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo Yoshiro Mori dirundung isu seksisme yang dilontarkannya. Isu itu berujung pengunduran dirinya, yang kemudian digantikan oleh Hashimoto. Pada Selasa (2/3/2021), Mori juga memperingatkan Hashimoto bahwa masalah tak terduga sedang menanti Olimpiade Tokyo karena dampak pandemi Covid-19.
”Tantangan terbesar Olimpiade Tokyo adalah penanggulangan Covid-19. Tidak ada yang bisa meramalkan bagaimana situasinya pada musim panas ini (ketika Olimpiade digelar),” ucapnya. (AP)