Matangkan Strategi Menjadi Tuan Rumah Olimpiade 2032 di Kala Pandemi
KOI dan Kemenpora tetap berupaya menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. Caranya, antara lain, mendorong lebih banyak kejuaraan internasional di Indonesia dan lebih berperan di federasi internasional.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Walau pandemi Covid-19, pemerintah melalui Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga tetap berupaya mengejar mimpi menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. Karena itu, dalam Rapat Anggota Tahunan 2021, KOI coba mematangkan strategi untuk mencapai misi tersebut, antara lain mendorong pengurus olaharaga nasional lebih banyak membawa kejuaraan internasional ke Indonesia dan aktif mencari celah mengisi posisi strategis dalam federasi internasionalnya.
Ketua KOI Raja Sapta Oktohari dalam konferensi pers seusai rapat secara daring, Senin (1/3/2021), mengatakan, dunia olahraga Indonesia punya kesempatan menggelar kembali kompetisi setelah Polri dan Kemenpora memberikan izin kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk menggelar turnamen pramusim Piala Menpora 2021 di empat kota pada 21-25 Maret. Turnamen itu digelar sebagai ujian sebelum memutar Liga 1 dan Liga 2.
Ditambah lagi, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Kemenpora telah memulai vaksinasi Covid-19 untuk dunia olahraga dengan tahap awal kepada 5.000 orang yang terdiri dari atlet, pelatih, dan tenaga pendukung di pemusatan latihan nasional (pelatnas), serta anggota klub, wasit, dan perangkat pertandingan di Liga 1 dan Liga 2. ”Ini turut membuka peluang untuk memulai kembali kompetisi atau kejuaraan di cabang-cabang lain,” ujarnya.
Okto menuturkan, selanjutnya, pengurus cabang olahraga perlu mengambil lebih banyak referensi dari federasi negara lain atau internasional yang telah berhasil melaksanakan kejuaraan dalam masa pandemi. KOI menyaksikan langsung gelaran Piala Dunia Antar-Klub 2020 di Doha, Qatar awal Februari lalu di sela menemui Komite Olimpiade Nasional (NOC) Qatar.
Dalam kejuaraan itu, panitia mampu melaksanakan pertandingan dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Untuk itu, kejuaraan berlangsung lancar dan aman. Bahkan, kejuaraan sudah bisa disaksikan oleh penonton dengan jumlah terbatas sekitar 25 persen dari kapasitas stadion.
Olimpiade Tokyo pun tetap dilaksanakan sesuai jadwal pada 23 Juli-8 Agustus dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan buku pedoman pertama yang diluncurkan oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) bersama Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo. ”Nantinya, dengan vaksinasi yang lebih luas dan protokol kesehatan lebih maksimal, kita pasti mampu pula kembali ke jalur melaksanakan kegiatan olahraga dengan cara paling sehat,” katanya.
Atas dasar itu, kalau kondisi sudah lebih kondusif, KOI berharap pengurus cabang olahraga nasional bisa lebih aktif mengambil kesempatan kejuaraan internasional level Asia maupun dunia digelar di Indonesia. Tujuannya, agar referensi semakin bertambah sebagai nilai tambah untuk meyakinkan dunia bahwa Indonesia layak menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.
Kita sudah sukses menggelar Asian Games dan Asian Para Games 2018. Kita juga mendapatkan kesempatan menjadi tuan rumah Piala Asia Basket FIBA 2021, Piala Dunia Basket FIBA 2023, dan Piala Dunia Sepak Bola U-20 FIFA 2023. Kejuaraan-kejuaraan seperti itu harus lebih banyak dibawa ke Indonesia agar dunia semakin melihat bahwa Indonesia mampu untuk menggelar Olimpiade 2032.
”Kita sudah sukses menggelar Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018. Kita juga mendapatkan kesempatan menjadi tuan rumah Piala Asia Basket FIBA 2021, Piala Dunia Basket FIBA 2023, dan Piala Dunia Sepak Bola U-20 FIFA 2023. Kejuaraan-kejuaraan seperti itu harus lebih banyak dibawa ke Indonesia agar dunia semakin melihat bahwa Indonesia mampu untuk menggelar Olimpiade 2032,” tutur Okto.
Peran internasional
Selain itu, Okto mengutarakan, KOI mendorong pengurus cabang olahraga nasional lebih lebih aktif dalam berpartisipasi dan mengisi jabatan strategis di federasi internasional cabang masing-masing. Mereka harus lebih percaya diri mengingat Indonesia adalah negara besar dengan populasi penduduk terbesar keempat di dunia.
Di sisi lain, Indonesia berpengalaman menggelar Asian Games 1962 di Jakarta, Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang, dan Asian Para Games 2018 di Jakarta. Dunia mengakui bahwa Asian Games dan Asian Para Games 2018 salah satu yang terbaik yang pernah dilangsungkan.
Salah satu bentuk pengakuan bahwa Indonesia mampu berperan dalam peta olahraga internasional, yakni saat Erick Thohir disahkan sebagai anggota baru IOC Members dalam Sidang IOC ke-134 di Laussane, Swiss, pada 24-26 Juni 2019.
”Jadi, semestinya, kita (para pengurus cabang olahraga) patut berperan lebih maksimal dalam pembuatan komitmen di federasi internasional masing-masing. Ini bakal menjadi salah satu nilai tawar karena kita mau menjadi tuan rumah Olimpiade 2032,” ujarnya.
Secara keseluruhan, Okto menyampaikan, peluang Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 tetap terbuka. Sebab, kendati Brisbane, Australia, telah masuk tahap dialog ditargetkan (targeted dialogue), Presiden IOC Thomas Bach mengonfirmasi bahwa belum ada NOC atau negara yang dipilih sebagai tuan rumah Olimpiade musim panas ke-35 tersebut.
Komunikasi KOI dan NOC juga terus berlanjut. Keduanya sudah dua kali menjalin komunikasi. Terakhir pada awal Februari, KOI telah mempresentasikan secara lengkap mengenai rencana Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Karena itu, status Indonesia ditingkatkan menjadi dialog berkelanjutan (continuous dialogue).
Dalam waktu dekat, IOC akan datang ke Indonesia untuk berkomunikasi langsung dan melihat warisan dari Asian Games dan Asian Para Games 2018 di Kompleks Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat. ”Brisbane memang sudah ditetapkan sebagai targeted dialogue. Itu karena mereka melangkah lebih awal untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Tapi, perjalanan masih panjang. Dalam balapan, kita masih mungkin menang di tikungan. Sekarang, kami tetap semangat dan siap mencurahkan semua energi agar Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032,” pungkasnya.
Dalam pembukaan rapat yang dihadiri 33 cabang Olimpiade dan 28 cabang non-Olimpiade serta Asosiasi Olimpian Indonesia itu, Menpora Zainudin Amali berpesan, pemerintah berharap Indonesia terus mengejar mimpi menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Namun, selain ingin sukses sebagai penyelenggara, semua pihak yang terkait juga harus menyiapkan diri agar Indonesia bisa sukses prestasi di ajang multi cabang internasional empat tahunan tersebut.
Kemenpora menargetkan Indonesia bisa menembus 10 besar dunia dalam Olimpiade 2032. Target itu diharapkan lahir dari 14 cabang andalan. ”Untuk mencapai itu, kami berharap KOI turut mencari terobosan agar pembinaan cabang olahraga Indonesia menjadi lebih baik,” ujar Zainudin yang memastikan Olimpiade menjadi target prestasi utama, sedangkan SEA Games dan Asian Games menjadi target prestasi antara.