Kemenpora menemukan setidaknya 13 masalah besar dalam pembinaan olahraga nasional. Komite Olimpiade Indonesia pun diminta aktif mencari terobosan guna meningkatkan pamor Indonesia di kancah olahraga internasional.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Komite Olimpiade Indonesia diminta mencari terobosan untuk memuluskan Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade 2032 dan masuk peringkat 10 besar Olimpiade ke-35 itu. Sejauh ini, Kementerian Pemuda dan Olahraga mencatat, setidaknya ada 13 permasalahan dalam pembinaan olahraga di Tanah Air.
”Mulai sekarang, Olimpiade menjadi target sasaran utama, sedangkan SEA Games dan Asian Games sebagai target antara. Kami berharap (Indonesia) bisa menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 dan masuk 10 besar di sana. Maka dari itu, saya berharap KOI (Komite Olimpiade Indonesia) turut mencari terobosan untuk menyelesaikan masalah dalam dunia olahraga kita,” ujar Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dalam pembukaan Rapat Anggota Tahunan KOI 2021 secara daring, Senin (1/3/2021).
Zainudin mengatakan, berdasarkan hasil diskusi dengan sejumlah pihak terkait, uji publik, dan lainnya, Kementerian Pemuda dan Olahraga sejauh ini menemukan 13 permasalahan dalam pembinaan olahraga Indonesia. Pembinaan olahraga nasional diketahui belum dilakukan sistematis, terencana, berjenjang, dan berkelanjutan.
”Contohnya, pelatnas (pemusatan latihan nasional) baru dilakukan enam bulan sebelum kejuaraan. Itu apa yang bisa kita dapat dari latihan sesingkat itu. Lalu, pelatnas masih berfokus untuk atlet elite, sedangkan atlet mudanya tidak. Jadi, bagaimana bisa memastikan keberlanjutan prestasi,” katanya.
Selain itu, fasilitas atau sarana dan prasarana latihan ataupun pertandingan belum memenuhi standar. Tenaga keolahragaan, seperti pelatih, wasit, dan tenaga pendukung lainnya, juga belum memenuhi secara kuantitas dan kualitas. Lalu, sains keolahragaan belum diimplementasikan secara menyeluruh, optimal, efektif, dan efisien.
Dukungan anggaran di bidang olahraga masih terbatas. Database, sistem informasi, dan analisis big data keolahragaan belum dilakukan. Selain itu, peran kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah dalam mendukung atlet berprestasi juga kurang optimal. ”Maka, hingga sekarang, prestasi olahraga kita masih tertinggal,” tutur Zainudin.
Evaluasi besar
Untuk itu, sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo dalam peringatan Hari Olahraga Nasional 2020 di Jakarta, Rabu (9/9/2020), kata Zainudin, Kemenpora berusaha melakukan evaluasi terhadap Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Hal itu diwujudkan dengan rancangan grand design olahraga nasional yang kini sudah memasuki tahapan finalisasi.
”Negara kita ini populasinya terbesar keempat di dunia, tetapi prestasi olahraga kita masih tertinggal. Jadi, kita perlu melakukan revisi dalam pembinaan. Makanya, kita menciptakan grand design olahraga nasional. Selama 76 tahun Indonesia merdeka, kita juga belum ada grand design itu,” ujarnya.
Zainudin menuturkan, sampai sekarang, prestasi olahraga Indonesia belum berdasarkan by design (desain) tetapi masih by accident (kebetulan). Tak heran, prestasi olahraga Indonesia cenderung musiman. Ada suatu masa prestasi berada di puncak, tetapi kemudian menurun dan butuh waktu beberapa lama untuk mengulangi prestasi tersebut. Hal itu akibat pembinaan Indonesia cenderung berfokus di atlet elite dan tidak menyiapkan para pelapisnya.
Berbeda dengan negara lain, prestasi mereka dirancang sedemikian rupa sehingga prestasinya berkelanjutan dari masa ke masa. Saat atlet elite sedang berada di puncak prestasi, mereka sudah menyiapkan para pelapisnya agar prestasi itu terus berlanjut. ”Situasi ini terjadi hampir merata di semua cabang olahraga. Hanya beberapa cabang yang sudah cukup baik,” katanya.
Zainudin mengutarakan, KOI bisa terlibat aktif membantu perbaikan pembinaan olahraga nasional tersebut. Apalagi, mereka punya jaringan dengan federasi atau organsiasi olahraga internasional yang bisa membantu perbaikan pembinaan olahraga di pengurusan cabang-cabang olahraga Indonesia.
”Setidaknya, bangun kesadaran dan kolektivitas di pengurus cabang olahraga. Jangan sampai ada konflik internal yang bisa mengganggu pembinaan prestasi,” kata Zainudin.
Harus lebih proaktif
Adapun Ketua KOI Raja Sapta Oktohari mengatakan, pihaknya meminta semua pengurus cabang olahraga nasional lebih aktif berbicara dengan federasi internasionalnya. Tujuannya untuk berbagi informasi guna perbaikan metode pembinaan prestasi atlet, kualitas pelatih, wasit, kejuaraan/kompetisi, sarana dan prasarana latihan ataupun pertandingan, hingga administrasi dan organisasi.
”Kami, selaku promotor olahraga Indonesia di tingkat internasional, siap memfasilitasi,” ujarnya.
Paling tidak, cabang-cabang olahraga diharapkan mulai bersinergi dengan pemerintah daerah yang sedang melakukan pembangunan atau renovasi arena. Mereka perlu mengusulkan pembangunan atau renovasi itu sesuai standar Olimpiade ataupun Paralimpiade, seperti yang dilakukan dalam Asian Games dan Asian Para Games 2018.
Sampai sekarang, prestasi olahraga Indonesia belum berdasarkan by design (desain) tetapi masih by accident (kebetulan). Tak heran, prestasi olahraga Indonesia cenderung musiman.
”Selain untuk kepentingan meningkatkan kualitas latihan dan pertandingan, pembangunan atau renovasi arena berstandar internasional akan mendukung usaha Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032,” kata Okto.
Nilai jual internasional
Okto menuturkan, cabang-cabang harus lebih aktif dan konsisten menggelar kejuaraan ataupun kompetisi kelas nasional dan internasional. Mereka perlu lebih sering untuk mendapatkan kesempatan menggelar kejuaraan internasional, seperti Piala Dunia Basket FIBA 2023 dan Piala Dunia Sepak Bola U-20 FIFA 2023.
Di samping memberikan banyak pengalaman berharga untuk atlet dan pengurus cabang bersangkutan, banyaknya kejuaraan internasional di Indonesia akan meningkatkan nilai jual Indonesia di mata dunia. Hal itu penting dalam upaya mencapai target menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.
”Kita harus merebut lebih banyak kejuaraan internasional, baik level Asia maupun dunia. Dengan demikian, kita mendapatkan lebih banyak referensi untuk menawarkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2032,” kata Okto.