AC Milan, tim dengan skuad termuda di Liga Italia, kembali memperlihatkan gairahnya. Mereka tidak lagi bermain bagaikan tim tua yang kehabisan bensin di tengah jalan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
ROMA, SENIN — Sosok tangguh AC Milan sebagai kandidat peraih gelar juara Liga Italia atau scudetto musim ini, dengan permainan intens bersama skuad muda, sempat hilang dalam sebulan terakhir. Namun, perlahan, roh jiwa muda skuad ”Si Merah Hitam” yang selalu tampil spartan tersebut mulai kembali. Hal itu ditandai dengan pertunjukan spesial mereka saat menjinakkan tim ”Serigala”, AS Roma.
Datang dengan tren performa pas-pasan, Milan justru mampu menaklukkan tuan rumah Roma, 2-1, Senin (1/3/2021) dini hari WIB, di Stadion Olimpico, Roma. Lewat gol penalti gelandang Franck Kessie dan penyerang Ante Rebic, mereka merusak rekor tuan rumah sebagai satu-satunya tim di Liga Italia yang belum terkalahkan di kandang pada musim ini.
”Saya sudah mengatakan ke tim, beberapa laga negatif jangan sampai menghilangkan kepercayaan diri yang sudah dibangun bersama sekian lama. Kami berharap melakukan yang lebih baik dari beberapa pekan ini. Faktanya, tidak hanya motivasi, kami tampil luar biasa, terutama pada babak pertama,” kata Pelatih AC Milan Stefano Pioli.
Bermain dengan formasi 4-2-3-1, seperti biasa, Milan tampil beringas dengan lini depan yang dipimpin striker veteran, Zlatan Ibrahimovic. Sebelum gol pertama, mereka berkali-kali membombardir gawang Serigala Roma yang dikawal kiper Pau Lopez. Milan tidak membiarkan tuan rumah memegang bola lewat tekanan intensnya di pertahanan lawan.
[embed]https://youtu.be/x34LNiX__e0[/embed]
Tercatat, hanya dalam setengah jam permainan, tim tamu mendapatkan lima peluang besar yang nyaris berbuah gol. Peluang-peluang itu, di antaranya datang dari Ibrahimovic dan Rebic, masih bisa digagalkan lewat penampilan fenomenal Lopez.
Dua gol dianulir
Peluang terbesar datang dari sundulan bek tengah Milan, Simon Kjaer. Namun, sundulan tajamnya masih membentur mistar gawang Roma. Kans Milan membuka keunggulan juga sempat terhalang karena dua gol mereka dianulir akibat offside.
Setelah bermain dengan intensitas tinggi, skuad muda Pioli baru bisa unggul beberapa menit jelang turun minum. Gol datang dari titik putih lewat eksekusi sempurna Kessie. Tim tamu mendapatkan hadiah penalti seusai gelandang Hakan Calhanoglu dijegal di dalam kotak.
Roma tidak rela dipermalukan begitu saja di kandang. Mereka beberapa kali mengancam lewat gelandang serang Henrikh Mkhitaryan. Tuan rumah lantas menyamakan kedudukan seusai turun minum lewat tendangan indah gelandang Jordan Veretout.
Beberapa menit berselang, Ibra terpaksa menepi karena masalah otot paha. Dia digantikan striker muda Rafael Leao. Hilangnya sang penyerang veteran tidak melemahkan Milan. Mereka justru kembali unggul, dua menit setelah pergantian itu, melalui tendangan keras kaki kiri Rebic. Gol itu menutup laga sengit ini dengan kejayaan tim tamu.
”Ini adalah laga dengan tempo dan intensitas tinggi, seperti yang seharusnya kami mainkan. Kami bertarung melawan Roma yang sangat kuat sehingga kebobolan merupakan hal yang wajar. Para pemain patut mendapatkan pujian,” kata Pioli yang mencadangkan kapten Alessio Romagnoli dan memainkan bek baru, Fikayo Tomori.
Penampilan ini benar-benar mengembalikan karakteristik jiwa muda skuad Milan. Gaya bermain cepat dan penuh daya juang tinggi ini yang membuat mereka sempat memuncaki klasemen liga pada paruh pertama musim ini.
Skuad Milan berusia rata-rata 24 tahun atau yang termuda di liga itu. Mereka hanya punya lima pemain yang berusia di atas 30 tahun, salah satunya Ibrahimovic.
Namun, performa Si Merah Hitam merosot tiba-tiba setelah pergantian tahun, terutama dalam delapan laga di seluruh ajang selama sebulan terakhir. Dalam periode tersebut, karakter bermain kolektif mereka hilang. Milan hanya mencicipi dua kali kemenangan dari delapan laga. Sebanyak empat laga di antaranya berujung kekalahan.
Puncak merosotnya performa Milan terjadi pada tengah pekan lalu. Skuad asuhan Pioli itu tidak mampu menang di kandang dari tim asal Serbia, Crvena Zvezda, pada laga kedua babak 32 besar Liga Europa. Mereka ditahan imbang, 1-1, meskipun tim lawan bermain dengan 10 pemain di separuh babak kedua. Beruntung, Milan tetap lolos ke babak selanjutnya karena keunggulan gol tandang dalam agregat gol, 3-3.
Pioli menjelaskan, masalah besar menangani skuad muda adalah inkonsistensi. Adapun skuad Milan berusia rata-rata 24 tahun atau yang termuda di liga itu. Mereka hanya punya lima pemain yang berusia di atas 30 tahun, salah satunya Ibrahimovic.
”Kami tetap masih tim muda. Kami tidak bisa memiliki banyak kedewasaan dalam permainan ini. Terkadang kami cukup naif. Namun, sekarang, tim ini punya 17 poin yang lebih banyak dalam fase sama dibandingkan musim lalu. Kami pun berada di 16 besar Liga Europa. Kami memainkan lebih banyak pertandingan dari tim lain,” kata Pioli yang menilai skuadnya telah melebihi ekspektasi.
Menempel Inter
Skuad muda Milan sekarang bisa kembali menunggangi momentum positif di Stadion Olimpico. Dengan hasil ini, mereka mampu terus menempel pemuncak klasemen, Inter Milan, yang juga menang telak, atas Genoa, 3-0, pekan ini.
”Ini (kemenangan) adalah hasil fundamental bagi kami, untuk klasemen, untuk kepercayaan diri kami. Beberapa pertandingan terakhir kami tidak bagus. Kami saling menatap dan menyadari apa yang harus dilakukan. Kami bisa meneruskan performa ini dengan jalan yang masih panjang di sisa musim,” kata bek kanan Milan, Davide Calabria, kepada Sky Sport Italia.
Hingga pekan ke-24, Inter memimpin perburuan scudetto dengan koleksi 56 poin. Milan menguntit di belakangnya dengan 52 poin. Sementara itu, Roma (44 poin) terpaksa keluar dari 4 besar akibat kekalahan ini. Posisi Roma dikudeta Atalanta (46 poin).
[embed]https://youtu.be/v3h5yHzWyZc[/embed]
Hanya saja, kekhawatiran saat ini melanda skuad Milan. Dalam laga kemenangan atas Roma, tiga pemain andalan mereka, yaitu Calhanoglu, Ibrahimovic, dan Rebic, harus ditarik keluar karena cedera. Pioli belum tahu seberapa parah cedera tersebut.
Pelatih Roma Paulo Fonseca menyadari timnya dalam masalah. Mereka selalu kesulitan ketika menghadapi tim-tim besar. Sepanjang musim ini, Sang Serigala belum pernah menang dari Milan, Inter, Juventus, Lazio, Napoli, dan Atalanta.
”Kami memulai laga sangat buruk, terutama karena tidak mampu mengatasi tekanan tinggi Milan. Selebihnya, kami lebih baik. Hasil ini sulit untuk dimengerti. Kami selalu kehilangan sesuatu ketika melawan tim besar. Kami tidak bisa menghindari fakta belum pernah mengalahkan tim besar,” kata Fonsesca. (REUTERS)