Ledakan Aubameyang Selamatkan Nyawa Arsenal
Aubameyang membungkam kritik tajam kepadanya. Sang striker menunjukkan dirinya masih salah satu yang terbaik, dengan mengantar Arsenal lolos ke babak 16 besar Liga Europa.
PIRAEUS, JUMAT — Pierre-Emerick Aubameyang, striker Arsenal, disebut sudah kehilangan kemampuan supernya di usia 31 tahun oleh mantan gelandang Liga Inggris Jamie Redknapp. Beberapa hari setelah kritik pedas itu, amunisi terbaik Arsenal itu ”meledak” lewat dua gol penentu kemenangan dramatis atas Benfica.
Auba benar-benar menjadi juru selamat ”Si Meriam” dalam laga kedua babak 32 besar, Jumat (26/2/2021) dini hari WIB, di Stadion Georgios Karaiskakis, Piraeus, Yunani. Brace atau sepasang golnya memenangkan Arsenal pada menit-menit akhir atas Benfica, 3-2.
”Saya selalu percaya kepadanya karena kami akan memproduksi peluang. Anda tahu, ketika Auba punya peluang, dia pasti akan mencetak gol,” kata Manajer Arsenal Mikel Arteta yang masih selalu memercayai sang striker di tengah kritik dan bayang-bayang penurunan performa musim ini.
Arsenal nyaris saja tersingkir dari Liga Europa akibat dua kali blunder dari pemain gelandangnya, Dani Ceballos. Blunder ini berujung sepasang gol Benfica. Skor sempat imbang 2-2 pada tiga menit terakhir pertandingan. Jika skor bertahan hingga akhir, ”Si Meriam” dipastikan gagal lolos karena kalah jumlah gol tandang. Pada leg pertama, dalam laga away, Arsenal ditahan Benfica, 1-1.
Baca juga: Final Lebih Awal Arsenal
Menebus dosa
Namun, tiba-tiba Auba menunjukkan kekuatan supernya yang diduga sudah sirna. Pada menit ke-87, kapten Arsenal ini tampil heroik untuk menebus dosa Ceballos. Dia mencetak gol lewat sundulan, memanfaatkan umpan silang dari penyerang muda, Bukayo Saka.
Gol tersebut memastikan kelolosan tuan rumah. Auba juga melengkapi sumbangsihnya setelah sempat membuka keunggulan Arsenal di babak pertama. Dia menyempurnakan kontribusinya dengan gol pembuka dan penutup dalam laga dramatis ini.
Satu-satunya jalan realistis meraih tiket Liga Champions Eropa musim depan adalah dengan menjuarai kasta kedua turnamen Eropa tersebut.
Berkat penampilan heroiknya, tim asuhan Arteta lolos dari jerat eliminasi, tiga menit sebelum laga bubar. Tuan rumah Arsenal melaju ke babak berikutnya dengan keunggulan agregat, 4-3.
[embed]https://youtu.be/f1sCeJq0_cg[/embed]
Arteta, yang pernah membela Auba dari kritik sehari sebelum laga, sangat gembira dengan pembuktian anak asuhnya. ”Kemenangan menjaga nyawa kami untuk sisa musim ini. Akan sangat sulit diterima jika kami kalah setelah yang terjadi dalam dua laga. Jadi, saya sangat senang bisa lolos,” pungkasnya.
Selain membungkam kritik, penyerang asal Gabon ini juga membayar kesalahan musim lalu saat Arsenal tersingkir di babak 32 besar dari Olympiakos. Ketika itu, Auba gagal memanfaatkan peluang emas di menit-menit akhir, yang bisa saja menyelamatkan timnya.
”Pastinya, saya selalu menyimpan kejadian itu di kepala. Tetapi, hal itu juga yang memberikan saya energi setiap hari untuk mengubah kesalahan di masa lalu menjadi kekuatan. Pada akhirnya, semua bahagia malam ini. Tim ini menunjukkan karakternya dan pantas menang. Apa yang kami tampilkan ini merupakan gambaran masa depan,” tutur Auba kepada BT Sport.
Kenyamanan Auba
Bagi Auba, tidak ada momen lebih tepat untuk membuktikan diri dibandingkan dengan laga tadi. Seperti kata Arteta, laga tersebut sudah seperti final untuk Arsenal. Satu-satunya jalan realistis meraih tiket Liga Champions Eropa musim depan adalah dengan menjuarai kasta kedua turnamen Eropa tersebut.
Pembuktian penyerang yang akan berusia 32 tahun pada Juni nanti juga sangat pas. Sebab, ledakan penampilan ini hanya berselang beberapa hari sehabis kritik pedas dari Redknapp. Auba tidak butuh waktu lama untuk membungkam kritik tersebut.
Tim ini menunjukkan karakternya dan pantas menang. Apa yang kami tampilkan ini merupakan gambaran masa depan.(Aubameyang)
Sebelumnya, Redknapp, yang juga pengamat Liga Inggris, berkata kepada Sky Sports, masa-masa emas Auba telah berakhir. ”Ketika saya melihatnya, dia seperti sudah kehilangan kekuatan supernya. Anda sering melihatnya berlari melewati lawan dengan kecepatannya ketika pertama datang ke liga ini. Sekarang, itu tidak terlihat lagi,” ucapnya.
Pernyataan itu dilemparkan sang mantan gelandang seusai Arsenal takluk dari Manchester City, 0-1, Minggu kemarin. Dalam laga tersebut, Auba memang nyaris tidak terlihat sepanjang pertandingan.
Kritik Redknapp kurang berdasar. Sang striker veteran kurang berperan melawan City karena tidak mendapat suplai yang bagus dari lini kedua. Seperti kata mantan pemain Arsenal, Kevin Campbell, Auba butuh servis bagus dan kebetulan servis kepadanya sedang buruk.
Baca juga: Tantangan Besar Meriam London
Salah besar jika dikatakan pemain bernomor punggung 14 itu sudah habis. Dia memang tampil buruk di awal musim ini. Namun, dilihat dari statistik, Auba justru semakin membaik pada paruh kedua musim ini.
Auba, dari awal musim hingga akhir Desember 2020, hanya menghasilkan 6 gol dalam 16 laga di seluruh kompetisi. Setelah periode itu, mulai Januari 2021, mantan bomber Borussia Dortmund ini memproduksi 8 gol hanya dalam 10 laga. Artinya, jumlah gol rata-rata per laganya naik hingga lebih dari dua kali lipat.
Perubahan positif terjadi karena Auba mulai nyaman bermain sebagai penyerang tunggal di formasi 4-2-3-1 ala Arteta. Dia disuplai oleh tiga pemain kreatif di lini kedua, Saka, Rowe, dan pemain yang baru didatangkan Januari dari Real Madrid, Martin Odegaard.
Kreativitas tersebut yang tidak tampak pada paruh pertama musim. Sebab, Arteta masih mengandalkan formasi 3-4-3, tanpa pengatur serangan murni, yang dibawa sejak musim lalu. Formasi ini perlahan diubah, mulai dari 4-3-3 hingga sekarang menjadi 4-2-3-1. Perubahan itu butuh adaptasi cukup lama yang mengakibatkan gejolak penampilan tim, termasuk Auba.
Lebih sulitnya lagi, Auba mendapat tugas baru dalam semua sistem yang dicoba musim ini. Dia lebih ditugaskan sebagai penyerang tengah. Sejak kedatangan ke Arsenal, di era Arsene Wenger, pada 2018, pemain jangkung ini selalu ditempatkan di posisi sayap kiri.
Indikator tidak menghilangnya ketajaman Auba juga bisa dilihat dari statistik gol yang diharapkan atau expected goals (xG) di Liga Inggris. Dia terbukti mencetak gol lebih banyak (8 gol) dibandingkan dengan catatan xG (7,75). Artinya, sang striker cukup efektif mengonversi peluang.
Laga dramatis
Laga dini hari tadi dipenuhi kisah dramatis. Sempat unggul cepat berkat Auba, Arsenal mengakhiri babak pertama dengan hasil imbang, 1-1. Benfica mencuri gol dari tendangan bebas indah pemain sayap, Cupido Goncalves, yang berawal dari kesalahan Ceballos menekel pemain tim lawan di dekat kotak penalti.
”Si Meriam” semakin terpuruk seusai turun minum. Atsenal, yang menguasai jalannya laga, justru dihukum serangan balik saat skema tendangan sudut. Ceballos lagi-lagi blunder. Sundulannya mengarah ke penyerang Benfica, Ferreira Silva, yang tinggal berhadapan dengan kiper Arsenal, Bernd Leno.
Tertinggal 1-2, Arteta langsung mengganti dua pemainnya. Dia memasukkan Thomas Partey dan Willian, menggantikan Ceballos dan Emile Smith Rowe. Pergantian ini berbuah manis. Beberapa menit setelahnya, Willian memberikan asis untuk gol penyama kedudukan yang dicetak bek kiri, Kieran Tierney.
Sang manajer asal Spanyol kembali membuat perubahan radikal karena masih butuh satu gol lagi. Bek kanan Hector Bellerin diganti oleh penyerang veteran, Alexandre Lacazette. Pergantian ini mengubah formasi Arsenal dari 4-2-3-1, jadi 3-2-3-2. Serangan mereka pun jadi lebih tajam yang ditutup dengan gol Auba.
Kemenangan ini juga tidak lepas dari penampilan magis Saka. Sepasang gol Auba bisa bersarang di gawang lawan berkat kreasi umpan silangnya. Penyerang 19 tahun ini kembali membuktikan diri sebagai salah satu talenta terbaik Inggris.
Pelatih Benfica Jorge Jesus sangat kecewa dengan penampilan anak asuhnya dalam momen-momen krusial laga. ”Apa kekurangan kami? Seharusnya kami bisa mencegah Arsenal mencetak gol kedua dan ketiga. Tetapi kami tidak bisa menahannya dan justru kebobolan. Bukan karena kesalahan kolektif, tetapi lebih ke individu,” ucapnya. (AP)