Izin kompetisi sepak bola yang diawali Piala Menpora 2021 menjadi kabar positif dunia olahraga nasional keseluruhan. Itu membuka asa cabang lain menggelar lagi kompetisinya di tengah pandemi Covid-19 yang belum jua usai.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Izin keramaian untuk penyelenggaraan kompetisi sepak bola, diawali Piala Menpora 2021 di empat kota pada 20-25 Maret, menjadi kabar positif untuk dunia olahraga Indonesia secara keseluruhan. Pemberian izin itu membuka asa cabang olahraga lain untuk ikut menggelar kompetisi setelah setahun mati suri akibat pandemi Covid-19.
"Diizinkannya kompetisi sepak bola bergulir kembali membuka harapan cabang lain. Kalau sepak bola dengan jumlah massa yang amat banyak saja bisa melaksanakan kompetisi, artinya cabang lain yang tidak melibatkan massa sebanyak itu punya peluang besar," ujar pengamat olahraga Dikdik Zafar Sidik saat dihubungi dari Jakarta, Senin (22/2/2021).
Dikdik mengatakan, kompetisi adalah fundamental utama dalam pembinaan. Kompetisi menjadi muara dari hasil latihan para atlet. Tanpa kompetisi, hasil latihan tidak akan mencapai targetnya.
"Secara psikologis, tanpa kompetisi bakal membuat atlet jenuh, membuat atlet kehilangan kemampuannya sehingga sulit mencapai performa terbaik, atau menurunkan kualitas atlet bersangkutan," kata Ketua Program Studi Kepelatihan Fisik Olahraga, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia itu.
Mayoritas atlet Indonesia telah setahun tak berkompetisi, terutama pada level nasional. Hal itu pasti berpengaruh negatif pada mereka. "Atlet elite itu minimal berkompetisi sebulan sekali, seperti pada bulu tangkis dan tenis yang hampir setiap bulan ada kejuaraan internasional. Bahkan, sepak bola nyaris setiap pekan berkompetisi, seperti yang terjadi di Eropa," tutur Dikdik.
Kalau sepak bola dengan jumlah massa yang amat banyak saja bisa melaksanakan kompetisi, artinya cabang lain yang tidak melibatkan massa sebanyak itu punya peluang besar.
Maka dari itu, izin keramaian yang diberikan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo kepada PSSI melalui Menpora di Jakarta, Kamis (18/2), untuk mengelar turnamen Piala Menpora sebagai ajang pramusim Liga 1 dan Liga 2, adalah angin segar untuk dunia olahraga Indonesia. "Ini menjadi sinyal baik untuk membuka jalan kejuaraan dari cabang lain," ujarnya.
Ujian
Dikdik menuturkan, izin itu baru langkah awal untuk membangun kembali kegiatan olahraga. Tidak menutup kemungkinan izin dihentikan jika Piala Menpora tidak berjalan dengan optimal, terutama dalam menjalankan protkol kesehatan yang ketat.
"Piala Menpora itu menjadi ujian untuk dunia olahraga keseluruhan. Kalau tidak terorganiasi dengan baik, turnamen itu justru bakal menjadi bumerang untuk keberlanjutan kompetisi di masa pandemi ,” katanya.
Segenap pihak yang terlibat dalam Piala Menpora harus menyiapkan kejuaraan tersebut sebaik mungkin. Panitia patut memastikan pelaksanaan berlangsung aman dengan protokol kesehatan ketat. Peserta wajib bertanggung jawab untuk memastikan protokol itu berjalan, termasuk suporter atau penonton yang harus mematuhi aturan pembatasan atau larangan penonton.
Piala Menpora direncanakan berlangsung di Bandung, Solo, Sleman, dan Malang. "Ketika Piala Menpora berlangsung, semua pihak yang terlibat wajib displin menjalani semua aturan. Kalau penyelenggaraannya sukses, dipastikan cabang lain sangat mungkin menggelar lagi kompetisinya," tegas Dikdik.
Gayung bersambut
Pengurus cabang olahraga lain langsung merespons izin penyelenggaraan kompetisi sepak bola sebagai pintu gerbang meminta restu menggelar kompetisi. Panjat tebing yang belum meloloskan atlet ke Olimpiade Tokyo misalnya. Sekretaris Umum PB Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Sapto Hardiono mengutarakan, peluang Indonesia meloloskan pemanjat ke Olimpiade Tokyo hanya tersisa dari dua jatah Asia (satu putra dan satu putri) lewat Kejuaraan Asia 2020.
Rencanannya, Kejuaraan Asia itu berlangsung di Jakarta, Maret ini, mundur dari jadwal semula pada April 2020. Akan tetapi, karena belum ada kepastian izin dari pemerintah hingga tenggat 12 Desember lalu, Federasi Panjat Tebing Internasional (IFSC) di Asia meniadakan kejuaraan tersebut.
Peluang kejuaraan itu dilaksanakan masih ter buka jika FPTI bisa mendapat dukungan pemerintah sebelum Mei, batas akhir kualifikasi Olimpiade Tokyo untuk panjat tebing. Kini, peluang itu terbuka setelah pemerintah melalui kepolisian mengizinkan PSSI dan PT Liga Indonesia Baru menyelenggarakan kompetisi pada masa pandemi Covid-19.
"Kami akan menjumpai Kemenpora untuk memastikan dukungan itu sebelum melakukan pertemuan dengan IFSC Asia pada 19 Maret mendatang. Kalau ada izin dari pemerintah, kami akan berusaha meyakinkan IFSC Asia agar Kejuaraan Asia bisa digulirkan dan targetnya di Jakarta sekitar Mei," terangnya.
Sebelumnya, PB Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) juga berusaha menggelar kejuaraan nasional sebagai alternatif atlet untuk menembus batas syarat Olimpiade Tokyo. Kejuaraan nasional yang hasilnya bisa diakui oleh Federasi Atletik Dunia (WA) dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) itu menjadi jawaban karena banyaknya kejuaraan yang menjadi kualifikasi Olimpiade yang dibatalkan sampai pertengahan tahun ini.
"Kami berusaha mencari solusi agar atlet-atlet selain Lalu Muhammad Zohri (yang sudah dapat tiket ke nomor lari 100 meter Olimpiade Tokyo sejak 2019) bisa turut lolos ke Olimpiade. Caranya, yakni membuat kejuaraan internasional bersama dengan negara tetangga seperti Thailand atau Vietnam, atau membuat kejuaraan nasional. Tetapi, semua itu menunggu situasi kondusif (salah satunya izin dari pemerintah) dan ditargetkan Juni nanti sebelum kualifikasi Olimpiade untuk atletik ditutup," tutur Sekretaris Umum PB PASI Tigor M Tanjung.
Peluang terbuka
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto memastikan, peluang cabang lain untuk menggelar kompetisi terbuka setelah sepak bola mendapatkan kesempatan tersebut. "Secara teoritis, sepak bola menjadi acuan. Di tengah pandemi ini, penyelenggaraan kompetisinya sangat sulit karena melibatkan banyak orang dengan potensi sentuhan tubuh yang tinggi. Sekarang, sepak bola dapat izin menjalani kompetisi. Artinya, cabang lain punya peluang yang sama mengingat penyelenggaraan kejuaraannya tidak sesulit sepak bola," ujarnya.
Walakin, sama seperti disampaikan Dikdik, Gatot memastikan bahwa peluang cabang lain melaksanakan lagi kompetisi sangat bergantung dengan penyelenggaraan Piala Menpora. Kalau turnamen itu sukses, peluang cabang lain menggelar kompetisi terbuka lebar dan sebaliknya. Apalagi Kapolri sempat mengungkapkan bahwa izin Piala Menpora bisa dicabut andai protokol kesehatan dilanggar.
Selain sepak bola, sejauh ini, PB Persatuan Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) menjadi cabang kedua mengajukan penyelenggaraan kompetisi, yakni Liga Basket Indonesia (IBL). "Mereka sudah berkirim surat ke kami beberapa hari lalu. Kami segera melakukan rapat untuk membahas itu Kamis (25/2) ini. Peluang mereka terbuka karena kompleksitas penyelenggaraan liga basket tidak serumit sepak bola," kata Gatot.