Euforia juara dunia antarklub terbukti merusak motivasi skuad Bayern Muenchen. Di tengah kondisi ini, Lazio bersiap memangsa sang juara bertahan pada babak 16 besar Liga Champions Eropa.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
ROMA, SENIN — Sepuluh hari lalu, Bayern Muenchen baru saja mengukuhkan diri sebagai tim terbaik sejagat lewat raihan enam gelar dalam setahun. Namun, seusai menjuarai Piala Dunia Antarklub, penampilan tim asuhan Hansi Flick itu tiba-tiba anjlok drastis di liga domestik. Sang raksasa Jerman seakan-akan terbius aroma nikmat pesta perayaan juara.
Bayern tidak berdaya dalam dua laga terakhir di Liga Jerman. Berstatus juara dunia, mereka beruntun takluk dari Eintracht Frankfurt, 1-2, dan ditahan tim papan bawah, Arminia Bielefeld, 3-3. Tren negatif itu belum pernah mereka rasakan dalam 22 pekan liga.
Pertahanan Manuel Neuer dan rekan-rekan, yang biasanya sekokoh Tembok Berlin, kini terlihat sangat rapuh. Bayern kemasukan lima gol, dari Frankfurt dan Bielefeld, hanya dari delapan tendangan ke gawang. Artinya, kans Bayern kebobolan mencapai 62,5 persen setiap lawannya menendang akurat.
Performa di bawah standar itu menjadi alarm bagi Bayern jelang menjalani laga pertama babak 16 besar Liga Champions Eropa. Sang juara bertahan akan menghadapi ujian berat saat bertamu ke markas Lazio di Stadion Olimpico, Roma, Rabu (24/2/2021) dini hari WIB.
Menurut Flick, motivasi jadi masalah utama inkonsistensi performa pasukannya saat ini. Tidaklah mudah memotivasi pemain yang telah meraih segalanya, mulai dari gelar juara Jerman, Eropa, hingga dunia.
Namun, Flick tetap menuntut timnya segera bangkit. ”Kami harus berada dalam puncak performa di Liga Champions. Ini adalah laga spesial dan saya berharap tim punya motivasi khusus. Saya penuh percaya diri tim ini akan menunjukkan performa yang seharusnya,” katanya seperti dikutip UEFA.com.
Rasa lapar ”Si Elang”
Adapun Lazio, dengan rasa laparnya, sudah siap menerkam sang wakil Jerman. Musim ini merupakan pertama kalinya ”Si Elang Biru” kembali ke babak gugur Liga Champions, setelah terakhir kali mencapainya pada 2000 silam. Kala itu, Simone Inzaghi, pelatih mereka saat ini, masih menjadi striker kebanggaan klub asal Roma tersebut.
”Kami akhirnya mencapai babak 16 besar setelah bertahun-tahun menunggu. Para pemain (Lazio) sudah tidak sabar menanti datangnya hari Selasa (Rabu WIB) agar mereka bisa bermain melawan tim hebat seperti Bayern,” kata gelandang Lazio, Sergej Milinkovic-Savic, kepada Sky Sports Italia.
Jika tidak segera bangun, sangat mungkin Bayern dimangsa ”Si Elang Biru” yang dalam tren menawan berupa tujuh kali menang dalam delapan laga Liga Italia. Pimpinan kawanan elang itu, striker Ciro Immobile, bisa melukai Bayern kapan saja. Dengan naluri predatornya, Immobile bisa mengendus kelengahan lini belakang Bayern.
Di Liga Champions, Immobile sudah menghasilkan lima gol hanya dalam empat laga. Hebatnya, striker asal Italia ini hanya butuh sekitar lima kali tendangan untuk mencetak dua gol. Ia akan mengintai gawang Neuer sepanjang laga nanti.
Bayern merupakan tim paling agresif saat menekan lawan. Sebaliknya, Lazio dikenal sebagai tim paling kasar di Liga Italia.
Inzaghi sebenarnya khawatir menghadapi Bayern. Namun, Lazio akan berupaya mengeksploitasi tren buruk sang lawan. ”Mereka (Bayern) satu-satunya klub yang kami hindari di babak ini. Mereka adalah juara Eropa dan dunia, tetapi juga sedang punya beberapa masalah. Laga ini memang berat. Namun, kami hanya ingin menikmati kesempatan saat ini,” ucapnya.
Muenchen, yang akrab dengan formasi 4-2-3-1 dan punya banyak pemain hebat, akan menguasai permainan. Lewat tekanan intens ketika kehilangan bola atau gegenpressing, mereka akan menyulitkan Lazio dalam membangun serangan.
Namun, Lazio sudah terbiasa bermain tanpa banyak menguasai bola. Dengan formasi 3-5-2, mereka diciptakan untuk lebih stabil bertahan sekaligus berbahaya saat serangan balik. Maka, penguasan bola justru bisa menjadi awal petaka tim tamu.
Pertarungan di lini tengah pun akan berlangsung keras. Bayern merupakan tim paling agresif saat menekan lawan. Sebaliknya, Lazio dikenal sebagai tim paling kasar di Liga Italia. Mereka mengoleksi kartu kuning terbanyak di liga itu, yaitu 68 kali dalam 23 laga.
Di tengah tren penurunan performa, tim tamu bisa sedikit tenang. Mereka datang bersama striker paling menakutkan sejagat saat ini, Robert Lewandowski. Ia akan membawa motivasi lebih di Roma, Italia.
Lewandowski akan bertemu langsung dengan Immobile, rivalnya dalam gelar individu sepatu emas yang diperebutkan para pemain dari lima liga besar Eropa. Musim lalu, Lewandowski gagal membawa pulang gelar itu karena hanya kalah dua gol dari koleksi Immobile.
Miroslav Klose, asisten pelatih Bayern sekaligus mantan striker Lazio, menilai Lewandowski merupakan striker yang nyaris sempurna. Dia punya paket lengkap kemampuan seorang predator gol, melebihi penyerang lain, termasuk Immobile.
”Sekarang saya melatihnya setiap hari. Dia sangat mematikan dengan kedua kaki, kecepatan, dan juga sundulannya yang kuat. Immobile juga sangat bagus, bisa menciptakan peluang dan punya tendangan hebat. Akan tetapi, Lewandowski memiliki sesuatu yang lebih,” kata mantan penyerang tim nasional Jerman tersebut.
Lewandowski merupakan striker yang nyaris sempurna. Dia punya paket lengkap kemampuan seorang predator gol, melebihi penyerang lain termasuk Immobile.
Perbedaan kualitas tersebut telah dibuktikannya pada musim ini. Lewandowski terus konsisten pada musim ini dengan menghasilkan 31 gol dari 30 laga di seluruh ajang. Striker 32 tahun ini mengungguli jauh Immobile yang total hanya mencetak 19 gol dari 26 laga.
Selain Lewandowski, Bayern juga datang dengan rasa percaya diri berkat sejarah positif melawan tim asal Italia. Selama lima kali bertandang ke ”Negeri Gladiator”, wakil Jerman ini tidak pernah kalah, yaitu dengan rekor tiga kali menang dan dua kali seri. Bahkan, terakhir kali berkunjung ke Stadion Olimpico, Bayern mempermalukan tuan rumah AS Roma, 7-1, pada Oktober 2014 silam. (AP)