Derbi Milan membuktikan Inter adalah kandidat utama juara Liga Italia. Jadi, bukan sang tetangga AC Milan, yang tampak masih polos dan inkonsisten bersama skuad mudanya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
MILAN, MINGGU — Kemenangan telak Inter Milan dalam derbi Milan, 3-0, mendekatkan mereka ke takhta scudetto. Saat bersamaan, ”Si Biru Hitam” juga membumikan keangkuhan sang tetangga, AC Milan. Inter menyadarkan, sang rival sekota masih terlalu polos dan inkonsisten untuk merajai Liga Italia meski sempat memimpin klasemen nyaris sepanjang musim.
Pertarungan derbi Milan edisi ke-228 di antara dua penguasa liga berakhir timpang. Tanpa kesulitan berarti, Inter menalukkan Milan, 3-0, pada Minggu (21/2/2021) malam WIB, di Stadion San Siro. Kemenangan ini dipersembahkan duet maut striker Inter, sepasang gol dari Lautaro Martinez dan satu gol pamungkas dari Romelu Lukaku.
”Inilah siapa kami sebenarnya. Kami bekerja keras setiap hari untuk membuat Inter berada di puncak. Semua pemain bertarung dan menderita bersama musim ini. Ini (liga) adalah target yang tersisa, kami senang dengan performa ini dan ingin terus melanjutkannya,” kata Martinez kepada DAZN.
Bomber muda Argentina ini menjadi pahlawan kemenangan Si Biru Hitam. Gol cepat Martinez, pada menit ke-5 laga itu, mampu mengejutkan tim tamu. Dalam skema serangan balik, dia dengan sempurna memanfaatkan umpan silang Lukaku lewat sundulan tajam ke tiang jauh Milan.
Keunggulan cepat ini memaksa Milan keluar dari sarangnya. Mereka mendominasi permainan dengan penguasaan bola mencapai 60 persen. Sebaliknya, Inter lebih sabar menunggu di pertahanan sambil sesekali menyerang balik.
Tuan rumah nyaris menyamakan kedudukan setelah turun minun lewat serangan intensnya. Namun, peluang beruntun ”Si Merah Hitam”, dua kali dari sundulan striker Zlatan Ibrahimovic dan sekali dari tendangan gelandang Sandro Tonali, sukses digagalkan kiper Inter, Samir Handanovic, yang tampil fenomenal.
Sibuk menyerang, Milan seakan menggali kuburannya sendiri dengan meninggalkan banyak celah di pertahanan. Situasi ini dijadikan sasaran empuk para predator Inter.
Serangan balik
Hasilnya, tidak lama seusai diterpa peluang bertubi-tubi, Inter menghukum sang rival sekota dengan dua gol beruntun dalam 10 menit. Gol tambahan datang dari Martinez dan Lukaku yang berawal dari serangan balik kilat.
Pelatih Inter Milan Antonio Conte begitu bahagia dengan hasil positif ini. ”Pemain saya pantas mendapat pujian. Ini adalah laga yang sangat kami persiapkan dan mereka semua berhasil menjadi protagonista di lapangan. Ini adalah hasil yang bagus. Tekanan dalam derbi ini sangat besar karena kedua tim berada di puncak klasemen,” ujarnya.
Seusai laga, Martinez dan rekan-rekan berpesta di ruang ganti. Mereka berfoto bersama sambil berpelukan. Foto ini kemudian diunggah oleh Martinez di Instagram dengan takarir ”Milan selalu biru dan hitam”.
Kemenangan dalam derbi ini punya arti berlipat bagi Inter. Tidak hanya menaklukkan tim tetangga, mereka juga semakin jauh memimpin perebutan scudetto atau gelar juara Liga Italia. Hingga pekan ke-23, tim asuhan Conte ini sekarang memuncaki klasemen dengan 53 poin, unggul 4 poin dari Milan di peringkat kedua.
Harga diri tim akan meningkat saat Anda mengalahkan langsung tim rival. Kemenangan hari ini menegaskan peningkatan kami. Kami harus terus melanjutkan hasil ini untuk tetap berada di puncak klasemen.
Inter menegaskan diri sebagai kandidat juara sebenarnya. Di sisi lain, mereka memperlihatkan Milan belum cukup dewasa untuk bersaing dalam perebutan scudetto musim ini.
Dipimpin Ibra, Si Merah Hitam sempat dikuasai rasa angkuh. Mereka yakin bisa juara, melampaui Inter dan Juventus yang memulai musim kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan menguasai puncak klasemen hampir sepanjang musim, hingga pekan ke-21. Namun, inkonsistensi dalam beberapa laga terakhir membuat peringkat tim asuhan Stefano Pioli ini semakin merosot.
Inter pada akhirnya membuktikan mentalitas skuadnya lebih siap dalam perebutan gelar. Mereka terbukti lebih mampu konsisten dalam momen penting sejauh ini.
Semua itu tidak terlepas dari usia matang skuad Inter. Mereka punya skuad paling tua ketiga di liga, rata-rata pemain berusia 28 tahun. Sebaliknya, sang tetangga, Milan, adalah tim dengan skuad termuda di liga dengan rata-rata pemain berusia 24,1 tahun.
Conte percaya diri hasil ini akan semakin melambungkan mereka menuju takhta juara. ”Harga diri tim akan meningkat saat Anda mengalahkan langsung tim rival. Kemenangan hari ini menegaskan peningkatan kami. Kami harus terus melanjutkan hasil ini untuk tetap berada di puncak klasemen,” ujar pelatih yang menyukai formasi 3-5-2 tersebut.
Perjalanan Milan berburu juara belum berakhir meskipun kalah dan tertinggal 4 poin. Liga masih panjang, menyisakan 15 laga lagi. Namun, hasil ini akan jadi cermin realitas bagi tim asuhan Pioli.
Tim muda mereka terbukti belum cukup konsisten. Milan, yang dalam momen penting perburuan gelar, justru kalah tiga kali dalam lima laga terakhir. Jika terus inkosisten, mereka justru terancam keluar dari zona empat besar. Para pesaing di bawahnya, seperti AS Roma, Atalanta, Lazio, dan Juventus, sudah siap mengudeta.
Permasalahan Milan sangat klasik. Tim yang terakhir kali meraih scudetto pada 2011 ini sangat bergantung pada Ibra. Ketika penyerang asal Swedia ini tidak tampil apik, performa tim langsung menurun drastis. Padahal, dengan usia 39 tahun, seharusnya peran Ibra hanya sebagai pelengkap tim.
Faktanya, Ibra justru menjadi tulang punggung Milan. Dia merupakan pencetak gol terbanyak tim dengan 14 gol. Pemain terbanyak kedua ditempati oleh gelandang Franck Kessie (7 gol). Hal ini memperlihatkan kealpaan penyerang lain, seperti Rafael Leao dan Ante Rebic, yang seharusnya bisa lebih menopang tim.
Dalam usia yang sudah sangat tua bagi pesepak bola, Ibra tidak bisa diandalkan sepanjang laga. Terbukti, pada laga derbi, dia harus digantikan pada menit ke-75 oleh Samu Castilejo karena sudah tidak sanggup lagi bermain. ”Dia (Ibra) minta digantikan karena kram,” ujar Pioli.
Kondisi tersebut menjadi lecutan bagi pemain muda Si Merah Hitam untuk lebih unjuk gigi. Sebab, mereka saat ini punya fokus dalam dua kompetisi, Liga Italia dan Liga Europa.
Menurut Pioli, kelelahan pemain merupakan salah satu faktor mereka takluk dalam derbi. Ibra dan rekan-rekan baru saja bertarung dalam babak 32 besar Liga Europa pada Jumat dini hari WIB. Mereka pun hanya punya waktu istirahat sekitar dua hari.
”Kami adalah tim yang bermain di Liga Europa (Inter sudah tereliminasi dari Liga Champions). Kami punya beberapa pemain cedera dan pemain yang terlalu banyak permain. Kami sadar musim ini akan sulit, tetapi saya masih percaya dengan tim ini,” ujarnya.
Pelatih berkepala plontos ini menilai posisi Milan saat ini masih menggembirakan meskipun tergeser dari puncak klasemen. ”Kami harus obyektif. Satu tahun lalu, bahkan tiga bulan lalu, kami pasti senang dengan posisi kami saat ini. Hal yang membuat kami tidak bahagia karena kalah dalam derbi, juga tidak bermain bagus pada tiga laga terakhir,” ujarnya.
Pada laga lainnya, Senin dini hari WIB, Atalanta menggilas Napoli, 4-2. Sementara AS Roma ditahan imbang Benevento, 0-0. (AFP/REUTERS)