Rencana vaksinasi Covid-19 untuk atlet elite atau pelatnas mulai Kamis lalu ditunda hingga Minggu (28/2). Penundaan itu untuk menyesuaikan data terbaru dari klub-klub sepak bola peserta turnamen pramusim, Piala Menpora.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rencana vaksinasi Covid-19 untuk atlet elite atau pelatnas mulai Kamis (18/2/2021) ditunda hingga Minggu (28/2/2021). Penundaan itu akibat adanya tambahan data pemain, pelatih, dan tenaga pendukung klub sepak bola Liga 1 dan Liga 2 Indonesia karena mereka akan memulai turnamen pramusim, Piala Menpora 2021, mulai 20 Maret 2021.
”Rabu (17/2) atau sebelum Kapolri (Jenderal Listyo Sigit Prabowo) menyerahkan izin keramaian Piala Menpora 2021, kami menyurati PSSI untuk segera mengirimkan data pemain, pelatih, dan ofisial klub Liga 1 dan Liga 2 yang akan divaksinasi. Jumlahnya sekitar 4.000 orang. Sekarang, kami menunggu semua data itu masuk paling lambat sampai Senin (22/2) malam,” ujar Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto saat dihubungi Minggu (21/2/2021).
Gatot mengatakan, semula Kemenpora sudah ingin langsung melakukan vaksinasi kepada atlet, yaitu dimulai dari tim pelatnas bulu tangkis dan bola basket pada Kamis lalu. Kedua cabang itu akan mengikuti ajang internasional paling cepat.
”Niat itu seiring pemberitahuan dari Kemenkes bahwa vaksinasi atlet sudah bisa dilakukan mulai dari pekan lalu. Itu lebih cepat dari rencana semula akhir Februari ini,” katanya.
Nyatanya, karena sepak bola mendapatkan izin untuk kembali menggelar pertandingan, rencana itu harus ditunda. Pihak Polri juga sempat meminta agar para anggota klub Liga 1 dan Liga 2 divaksinasi lebih dahulu sebelum menjalani turnamen atau kompetisi.
Untuk itu, lanjut Gatot, Kemenpora berusaha menghimpun semua data anggota klub sepak bola lebih dahulu. Tujuannya, mereka bisa masuk gelombang pertama atlet yang diberi vaksinasi. Adapun gelombang kedua adalah para atlet daerah yang akan mengikuti Pekan Olahraga Nasional di Papua pada Oktober.
”Jadi yang akan mengikuti vaksinasi gelombang pertama ini sekitar 6.000 orang, yakni sekitar 1.800 atlet, pelatih, dan tenaga pendukung dari pelatnas, serta 4.000 atlet, pelatih, dan tenaga pendukung klub Liga 1 dan Liga 2. Sementara tambahan kuota vaksin untuk 7.000 orang yang diberikan ke Kemenpora disiapkan untuk atlet-atlet daerah yang bakal ikut PON Papua,” tuturnya.
Mekanisme vaksinasi
Gatot menuturkan, vaksinasi untuk atlet tahap pertama ini akan diawali dengan acara seremoni di salah satu tempat di Jakarta mulai paling lambat akhir Februari. Nantinya, hanya ada 400-500 atlet yang mewakili cabang masing-masing untuk mengikuti seremoni tersebut. Atlet yang mengikuti acara itu adalah atlet-atlet populer yang diidolakan masyarakat.
Harapannya, vaksinasi bisa lebih populer di masyarakat. Secara tidak langsung, hal itu menjadi alat kampanye bahwa vaksinasi itu penting, aman, dan halal. ”Para atlet populer yang ikut acara seremoni itu diharapkan bisa menjad trigger atau pemancing masyarakat agar bersedia untuk ikut divaksin,” ujarnya.
Setelah itu, vaksinasi akan dilakukan secara bertahap dimulai dari cabang-cabang yang bakal mengikuti kejuaraan terdekat, termasuk bulu tangkis, bola basket, sepak bola, dan angkat besi. Secara keseluruhan, cabang-cabang yang bakal mengikuti Olimpiade ataupun Paralimpiade Tokyo bakal diprioritaskan lebih dahulu dan dilanjutkan cabang-cabang yang akan berpartisipasi di SEA Games 2021 Vietnam.
Adapun lokasi vaksinasi tidak dilakukan di satu tempat. Atlet yang bermukim di DKI Jakarta akan melakukan vaksinasi terpusat di Rumah Sakit Olahraga Nasional Cibubur, Jakarta Timur. Sementara atlet-atlet yang tinggal di luar DKI Jakarta bisa divaksinasi di pusat layanan kesehatan terdekat dengan alamat tempat tinggalnya tersebut.
”Intinya, vaksinasi ini tidak boleh menimbulkan keramaian karena tidak sesuai dengan protokol kesehatan. Sama halnya dengan tenaga kesehatan, mereka juga tidak mesti ke Jakarta untuk menjalani vaksinasi tersebut,” kata Gatot.
Para atlet populer yang ikut acara seremoni itu diharapkan bisa menjadi trigger atau pemancing masyarakat agar bersedia untuk ikut divaksin.
Hindari kontraproduktif
Gatot menambahkan, para atlet akan diawasi tim medis setelah divaksinasi. Tujuannya, vaksinasi itu tidak kontraproduktif untuk atlet terkait. Maka, 30 menit seusai vaksinasi, atlet terus dipantau. Kalau tubuh mereka menimbulkan reaksi kontra, akan ada penanganan lebih lanjut dari tim medis.
”Namun, andai tidak ada reaksi kontra, mereka bisa langsung menjalani kegiatan seperti biasa, macam latihan,” ujarnya.
Seperti prosedur vaksinasi lainnya, penyuntikan vaksin Covid-19 untuk atlet akan dilakukan dua kali. Setelah vaksinasi pertama pada akhir Februari, para atlet itu akan menjalani vaksinasi kedua sekitar 14 hari atau dua minggu kemudian.
Hal itu bakal menjadi bahan pertimbangan pula bagi atlet. Kemenpora akan berkomunikasi dengan Kemenkes apakah atlet memungkinkan menjalani vaksinasi kedua lebih dari 14 hari seusai vaksinasi pertama. Kalau memang itu tidak boleh, atlet bersangkutan terpaksa menunda dahulu vaksinasi pertamanya.
Dengan divaksin, atlet bisa berlatih dan bertanding lebih aman. Itu juga akan memperteguh kesiapan mereka untuk meraih prestasi terbaik, bahkan memecahkan rekor.
Sebaliknya, jika jarak vaksinasi pertama dan kedua memungkinkan lebih dari dua pekan, atlet bersangkutan bisa didahulukan untuk vaksinasi. ”Ini menjadi pertimbangan karena ada atlet yang bakal melakukan kegiatan di luar negeri lebih dari dua pekan, seperti beberapa atlet bulu tangkis,” ungkap Gatot.
Bayu Rahadian, Koordinator Pendataan Vaksinasi Covid-19 dari Kemenpora, mengutarakan, sebelum divaksinasi, atlet akan menjalani serangkaian proses verfikasi. Itu untuk memastikan mereka bukan kelompok orang yang dilarang divaksinasi.
Kelompok orang yang belum bisa divaksinasi itu, antara lain, pernah terpapar Covid-19. Mereka pun belum bisa divaksinasi kalau mengalami gejala infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dalam tujuh hari terakhir, memiliki anggota keluarga yang kontak erat dan yang pernah atau sedang dalam perawatan Covid-19, mempunyai riwayat alergi berat, sedang mendapatkan terapi jangka panjang terhadap penyakit kelainan darah, dan mengidap sejumlah penyakit tertentu.
”Nanti, ada proses verifikasi sebelum atlet divaksinasi. Mereka bakal mengikuti sejumlah prosedur melalui beberapa meja, antara lain mengisi/menjawab beberapa kuesioner sebelum menerima vaksinasi. Tapi, yang jelas, penyintas Covid-19 baru bisa divaksinasi setelah tiga bulan (sembuh dari Covid-19),” ungkap Bayu.
Berdasarkan informasi dari Gatot, saat ini, prosedur vaksinasi sudah mulai lebih longgar dibandingkan dengan sebelumnya. Contohnya, lansia berusia di atas 60 tahun dan orang dengan tekanan darah di bawah 180/110 mmHg sudah bisa divaksinasi.
Ketua Asosiasi Profesor Keolahragaan Indonesia Djoko Pekik Irianto mengutarakan, vaksinasi untuk atlet nasional sangat penting dan mendesak. Vaksin bakal menjamin keikutsertaan atlet di sejumlah pentas olahraga tahun ini, seperti Olimpiade Tokyo, SEA Games Vietnam, dan PON Papua. Atas dasar itu, vaksinasi untuk atlet patut diprioritaskan,
”Dengan divaksin, atlet bisa berlatih dan bertanding lebih aman. Itu juga akan memperteguh kesiapan mereka untuk meraih prestasi terbaik, bahkan memecahkan rekor,” katanya.