Final Australia Terbuka : Peringkat Kedua Bukan Pilihan
Duel Naomi Osaka dan Jennifer Brady pada final tunggal putri Australia Terbuka, Sabtu sore WIB, adalah pertemuan tidak biasa. Namun, keduanya sama-sama bertekad memberikan akhir kisah epik yang terukir dalam sejarah.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Meski berstatus underdog, Jennifer Brady punya kans menjuarai Grand Slam Australia Terbuka 2021 dan sangat percaya diri dengan peluangnya itu. Namun, Naomi Osaka yang menjadi lawannya adalah petenis dengan potensi lengkap untuk membawa gelar juara Grand Slam keempat. Apalagi, menjadi peringkat kedua tidak ada dalam kamusnya.
Persaingan yang akan berlangsung di Arena Rod Laver, Melbourne Park, Sabtu (20/2/2021), pukul 19.30 waktu setempat (15.30 WIB) itu mempertemukan Brady, yang berstatus wajah baru dalam final Grand Slam, dengan Osaka yang tengah berburu gelar keempat pada level turnamen yang sama.
Perbedaan status tersebut menempatkan Osaka sebagai favorit juara. Petenis Jepang peringkat ketiga dunia itu bahkan telah difavoritkan juara sebelum turnamen itu dimulai.
Brady menjadi bagian dari finalis wajah baru yang beberapa kali terjadi di Australia Terbuka. Fernando Gonzalez, Marcos Baghdatis, dan Jo-Wilfried Tsonga, adalah finalis kejutan pada 2006 hingga 2008. Gonzalez dan Baghdatis kalah dari Roger Federer, sementara Tsonga dikalahkan Novak Djokovic.
Namun, peringkat dunia atau status favorit ada kalanya tak berlaku saat pertandingan berlangsung. Sebuah jargon klise tetapi selalu berlaku di dunia olahraga akan menjadi pegangan : pemenang adalah siapa yang paling siap saat bertanding. Apalagi, Brady pernah mengalahkan Osaka dan pertemuan terakhir mereka menjadi salah satu momen penting dalam karier masing-masing.
Pertemuan tersebut, yang merupakan duel ketiga mereka, terjadi pada semifinal Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2020. Brady kalah 6-7 (1), 6-3, 3-6, tetapi laga itu membuka mata Osaka akan potensi petenis AS berusia 25 tahun tersebut. Brady memiliki servis dan forehand keras, modal penting dalam pertandingan di lapangan keras yang berkarakter cepat.
Osaka pun menyebut semifinal AS Terbuka 2020 itu menjadi salah satu laga penting dalam kariernya. Brady telah mendorong Osaka untuk tampil dengan kemampuan terbaik.
“Setelah pertandingan itu, saya tahu, dia akan mendapat hasil baik. Inilah yang menarik dari tenis putri saat ini, banyak petenis bagus yang bisa dilihat penggemar. Saya rasa, final nanti juga akan menarik. Perjuangan terberat saya akan berlangsung di sana,” ujar Osaka yang enggan meremehkan Brady.
Meski kalah, semifinal AS Terbuka telah menumbuhkan kepercayaan diri dan ambisi Brady. “Setiap kali bertanding, saya tak pernah khawatir apakah bisa memenangi pertandingan atau tidak. Saya tak pernah berharap lawan bermain buruk atau saya bermain baik. Hal yang lebih penting adalah kemampuan saya dalam mengontrol emosi. Jika itu bisa dilakukan, saya pun bisa mengontrol pertandingan,” tuturnya.
Petenis yang bersaing di tingkat universitas (NCAA), sebelum terjun ke arena profesional pada 2014, itu juga yakin bahwa pencapaian di AS Terbuka 2020 dan Australia 2021 membuatnya layak tampil pada final setiap Grand Slam.
Brady pun begitu yakin bisa mengalahkan Osaka, yang pernah bersaing bersama di level yunior, pada final nanti. “Saat berada di lapangan, dia tak akan mengungguli saya hingga saya tak bisa apa-apa. Saya punya keyakinan tak akan berada di bawah kontrol Osaka. Saya punya kesempatan untuk menang,” tegasnya.
Tak ada yang salah dengan kepercayaan diri petenis peringkat ke-24 dunia itu. Namun, semoga saja Brady tak lupa dengan catatan yang telah ditorehkan Osaka.
Perjalanan petenis berusia 23 tahun itu tak selalu mulus. Dia pun pernah tersingkir pada babak-babak awal Grand Slam.
Rekor menawan Osaka
Akan tetapi, begitu menginjakkan kaki di perempat final, Osaka selalu menang. Dia tak pernah kalah dalam total 11 pertandingan perempat final, semifinal, dan final Grand Slam. Catatan itu menghasilkan gelar juara AS Terbuka 2018 dan 2020 serta Australia Terbuka 2019, masing-masing, setelah mengalahkan nama-nama besar, yaitu Serena Williams, Victoria Azarenka, dan Petra Kvitova, di final.
Orang tidak akan ingat jika kita menjadi peringkat kedua. Nama yang terukir dalam benak orang, juga dalam trofi, adalah nama juara.(Naomi Osaka)
Kemenangan menuju final juga didapat Osaka atas lawan-lawan yang lebih berat dibandingkan lawan yang disingkirkan Brady. Dua di antara enam petenis yang dikalahkan Osaka adalah juara Grand Slam, yaitu Garbine Muguruza pada babak keempat dan Serena di semifinal.
Adapun petenis dengan prestasi terbaik yang dikalahkan Brady adalah lawannya pada semifinal, Karolina Muchova. Muchova menjadi satu-satunya lawannya dengan catatan melewati perempat final Grand Slam. Itu pun baru didapat di Melbourne Park tahun ini.
Selain servis keras dan permainan agresif ke depan net, yang pernah dirasakan Brady di Flushing Meadows, New York, 2020, Osaka membawa prinsip bahwa peringkat kedua bukanlah sebuah pilihan. “Saya punya mentalitas bahwa orang tidak akan ingat jika kita menjadi peringkat kedua. Nama yang terukir dalam benak orang, juga dalam trofi, adalah nama juara,” katanya. (afp/ap)