Daniil Medvedev tinggal selangkah lagi mewujudkan mimpinya meraih trofi Grand Slam. Namun, ambisinya itu tidak akan mudah terwujud karena ia harus melewati "raja" di Melbourne Park, Novak Djokovic, pada laga puncak.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
MELBOURNE, JUMAT - Daniil Medvedev berpeluang menjadi petenis putra kedua dari barisan generasi baru, setelah Dominic Thiem, yang menjuarai Grand Slam. Status itu akan terwujud jika Medvedev bisa mengatasi tantangan terbesarnya di Melbourne Park : mengalahkan peraih gelar terbanyak Australia Terbuka, Novak Djokovic, pada partai puncak.
Medvedev mendapat kesempatan itu setelah mengalahkan Stefanos Tsitsipas, 6-4, 6-2, 7-5, pada laga semifinal di Arena Rod Laver, Jumat (19/2/2021). Adapun Djokovic lolos ke final Australia Terbuka untuk kesembilan kalinya setelah mengalahkan petenis kualifikasi, Aslan Karatsev, Kamis (19/2).
Djokovic tidak pernah kalah pada delapan final sebelumnya di Australia Terbuka, termasuk dua tahun terakhir. Petenis nomor satu dunia itu menyebut Rod Laver sebagai ”ruang keluarga”, seperti halnya Roland Garros (arena di Perancis Terbuka) bagi Rafael Nadal atau All England Club (Wimbledon) untuk Roger Federer.
Namun, Medvedev tak gentar dengan rekor menawan calon lawannya di final itu. Ia justru kian termotivasi untuk meraih trofi Grand Slam pertamanya, setelah gagal pada kesempatan pertamanya, yaitu di final Amerika Serikat Terbuka 2019. Kala itu, ia dikalahkan Nadal.
”Saya tidak punya tekanan apa pun melawan Novak karena dia tak pernah kalah dalam final di sini. Saya pernah melawan salah satu petenis terbaik dalam final Grand Slam untuk dijadikan pengalaman dan kini melawan petenis terbaik lainnya. Saya rasa, kuncinya adalah bermain tanpa beban dan menunjukkan kemampuan terbaik,” tutur Medvedev.
Petenis asal Rusia berusia 25 tahun itu punya modal lain untuk meraih trofi Grand Slam pertamanya. Ia punya kesempatan besar mengalahkan Djokovic melalui servis hingga kecepatan 213 kilometer per jam, forehand dan backhand cepat, datar, serta menukik ke pojok lapangan, seperti diperagakannya saat membekap Tsitsipas.
Momentum gemilang
Dari tujuh pertemuan, Medvedev pernah tiga kali melewati Djokovic dengan kemenangan, terakhir di fase penyisihan grup turnamen Final ATP 2020. Dalam turnamen akhir musim di London, Desember 2020 itu, Medvedev juga menumbangkan Nadal dalam perjalanannya menuju gelar juara.
Lima kemenangannya di Final ATP saat itu menjadi bagian dari 20 kemenangan beruntun Medvedev menuju final Australia Terbuka. Rangkaian kemenangan itu juga mengantarkan Medvedev menjuarai Paris Masters 2020 dan kejuaraan beregu putra, Piala ATP 2021.
Rekam jejak menawan itu membuat Medvedev difavoritkan juara di Melbourne Park, sejak awal turnamen. Djokovic pun memuji penampilan rivalnya itu. ”Rasa percaya diri dan kerja keras menjadi faktor utama mempertahankan momentum itu karena sebelum di Paris (November 2020), penampilan saya buruk,” ujar Medvedev, petenis peringkat keempat dunia.
Kini, Medvedev tinggal selangkah lagi meraih trofi juara yang diimpikan semua petenis. Jika bisa melakukannya, catatan kariernya sebagai petenis profesional akan kian mengilap. Hanya dua petenis putra Rusia sebelumnya yang bisa menjuarai Grand Slam, yaitu Marat Safin dan Yevgeny Kafelnikov.
Ia juga bisa mengukir sejarah lainnya dengan mengikuti jejak Thiem yang menjuarai AS Terbuka 2020. Thiem menjadi juara Grand Slam pertama, di luar trio Djokovic, Nadal, dan Federer, dalam rentang empat tahun setelah Stan Wawrinka menjuarai AS Terbuka 2016.
Lima kemenangannya di Final ATP saat itu menjadi bagian dari 20 kemenangan beruntun Medvedev menuju final Australia Terbuka.
Final tunggal putri
Sementara itu, menjelang final tunggal putri yang akan berlangsung Sabtu (20/2) sore ini, Naomi Osaka dan Jennifer Brady membawa sikap positif dari pengalaman sebulan berada di Melbourne. Hal itu diungkapkan pelatih mereka.
Wim Fisette, pelatih Osaka, memuji sikap anak didiknya itu saat mengalahkan Serena Williams, 6-3, 6-4, pada semifinal. Menurutnya, Osaka tak hanya punya servis dan pukulan keras, melainkan juga kecerdasan dan kejernihan berpikir.
Fisette mencontohkan ketika Osaka memilih melakukan servis ke arah forehand Serena pada gim terakhir. Meski jenis pukulan itu selalu menjadi senjata Serena, Osaka melihat lawannya yang mengoleksi 23 trofi Grand Slam itu tak konsisten melancarkan forehand pada laga itu. Pada set pertama, Serena tidak bisa membuat satu pun winner dari pukulan itu.
Dia juga bercerita bagaimana Osaka sangat antusias sebelum menghadapi legenda tenis yang juga merupakan idolanya itu. “Sikapnya seperti anak kecil yang saya bawa ke toko mainan,” ujar Fisette yang pernah melatih mantan petenis nomor satu dunia lainnya, Kim Clijsters, Simona Halep, dan Victoria Azarenka.
Meski mengakui gugup dan takut pada awal pertandingan, Osaka bisa mengubah sikap itu menjadi positif. Dia hanya mencoba menikmati pertemuan dengan Serena hingga akhirnya menang. “Itu yang saya inginkan. Demi sikap semacam seperti itulah kami berlatih,” lanjut Fisette.
Brady juga membawa sikap positif pada debutnya dalam final Grand Slam nanti. Sikap itu telah diperlihatkannya ketika menjalani kewajiban karantina ketat selama dua pekan sejak tiba di Australia, 15 Januari. Oleh karena berada dalam satu pesawat dengan partisipan turnamen yang positif Covid-19, Brady dan 71 petenis lain tidak boleh ikut berlatih selama lima jam per hari, seperti yang bisa dilakukan sebagian besar peserta lainnya.
Alih-alih memprotes atau mengeluh di media sosial, Brady dengan lapang dada menerima situasi sulit tersebut. Ia pun terpaksa tetap berlatih dengan berbagai keterbatasan di kamar hotel. Dia lantas menjadi satu-satunya petenis dengan karantina ketat yang melaju ke pekan kedua turnamen tersebut.
“Kami melakukan pendekatan yang tepat. Saya katakan padanya bahwa kita tak dapat mengubah keadaan. Jadi, kami menyandarkan tempat tidur ke dinding. Daniel (Pohl, pelatih fisik) melempar bola dan Brady memukulnya dengan raket ke arah tempat tidur. Itu dilakukan untuk mengganti momen latihan di lapangan yang hilang. Sejauh ini, semua baik-baik saja,” tutur pelatih Brady, Michael Geserer. (ap/afp)