Juventus kembali kehilangan mentalitas juara saat berlaga di fase gugur Liga Champions Eropa. Kekalahan 1-2 dari Porto membuat Juve harus tampil sempurna pada laga kedua di Turin demi ambisi lolos ke perempat final.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
PORTO, KAMIS - Sebagai tim tersukses di Italia, Juventus selalu bermasalah mereplikasi mentalitas juaranya saat bersaing di Liga Champions Eropa. Menghadapi Porto pada laga pertama babak 16 besar di Stadion Do Dragao, Kamis (18/2/2021) dini hari WIB, ”Si Nyonya Besar” kehilangan identitasnya, sehingga melakukan kesalahan sendiri dan gagal keluar dari tekanan.
Setelah menguasai Liga Italia, sembilan musim terakhir, Juve tidak bisa menyembunyikan hasrat besarnya menguasai kembali Eropa. Mereka telah berpuasa gelar Liga Champions selama 25 tahun, yaitu sejak 1997 hingga saat ini.
Sejak musim 2014-2015, Juve sempat dua kali lolos ke babak final. Akan tetapi, impian menjadi juara kandas oleh dua tim terbesar di Spanyol. Mereka kalah, 1-3, dari Barcelona pada final musim 2014-2015; kemudian dihancurkan Real Madrid, 1-4, pada laga puncak musim 2016-2017.
Kehadiran Cristiano Ronaldo pada awal musim 2018-2019 memberikan harapan baru bagi Juve. Namun, pencetak gol terbanyak di Liga Champions dengan koleksi 134 gol itu belum mampu membawa Juve kembali menggapai partai puncak.
Bahkan, ketika diperkuat Ronaldo, Juve selalu tumbang di laga pertama babak 16 besar. Kekalahan 1-2 dari Porto seakan mengulangi derita mereka dalam dua musim terdahulu. Pada musim 2018-2019, Juve dibekap Atletico Madrid, 0-2. Musim berikutnya, mereka dikalahkan Olympique Lyon, 0-1.
Seperti dua musim terdahulu, Juve juga gagal menampilkan performa terbaiknya di markas Porto. Blunder Rodrigo Bentancur, yang berujung gol saat laga baru berjalan 59 detik, menunjukkan adanya masalah mental dalam skuad Juve di laga penentu Liga Champions.
Kesalahan fatal
Kesalahan fatal itu memberikan ”hadiah” gol bagi Porto melalui sepakan penyerang Mehdi Taremi. Kemudian, ketika babak kedua baru berjalan 38 detik, lini belakang Juve juga masih ”tertidur” sehingga memberikan ruang bagi Moussa Marega mencetak gol kedua bagi Porto.
Pelatih Juventus Andrea Pirlo tidak menampik bahwa permainan timnya, kemarin, adalah salah satu yang terburuk pada musim ini. Meskipun telah menyiapkan laga dengan baik, kata Pirlo, kehilangan konsentrasi saat awal babak mempersulit timnya.
”Kami memberikan gol kepada Porto, sehingga para pemain kehilangan kepercayaan diri sejak awal laga. Adalah hal normal kami tidak bisa selalu mempertahankan fokus dan tempo permainan di setiap laga dalam jadwal padat seperti saat ini. Akan tetapi, hal itu tidak bisa terjadi pada babak 16 besar Liga Champions,” ucap Pirlo kepada Sky Sports Italia.
Menurut Fabio Capello, mantan pelatih Juve, bekas timnya itu terlalu berani mempertahankan permainan dengan operan pendek dari lini belakang. ”Pola itu bisa efektif dijalankan jika ada gelandang yang piawai mengontrol bola dan tempo di lini tengah. Sosok pemain seperti itu tidak dimiliki Juve saat menghadapi Porto,” tutur Capello merujuk absennya gelandang pengatur serangan Juve, Arthur Melo.
Pada laga di Do Dragao, mantan pemain Barcelona itu absen karena masih dalam pemulihan cedera. Juve pun kehilangannya. Mereka kesulitan melakukan penetrasi ke wilayah jantung pertahanan Porto. Selama ini, Arthur berperan sebagai regista atau pengatur permainan Juve.
Saya pastikan, kami akan menghadirkan Juve yang sangat berbeda pada laga kedua demi melaju ke fase selanjutnya.(Federico Chiesa)
Absennya Arthur membuat Pirlo tidak punya pilihan lain selain memainkan Bentancur sejak menit awal. Sayang, keputusan itu harus dibayar mahal karena ia salah melakukan operan di kotak penalti yang menyebabkan Juve kebobolan gol pertama. Bentancur juga miskin kreativitas.
Ia hanya mampu melakukan operan dengan akurasi keberhasilan 89 persen. Persentase itu amat jauh dengan rata-rata persentase akurasi operan sukses Arthur pada musim ini yang mencapai 94 persen.
“Saya akan tetap meminta seluruh pemain memulai aliran bola dari belakang karena itu memberikan lebih banyak keuntungan bagi kami. Satu kesalahan tidak akan mengubah pola permainan yang telah kami jalankan di musim ini,” ujar Pirlo dilansir laman UEFA.
Pirlo masih optimistis timnya bisa lolos ke perempat final. Berkat gol penyerang sayapnya, Federico Chiesa, pada menit ke-82 laga kemarin, Juve hanya butuh kemenangan 1-0 saat ganti menjamu Porto di Turin, Italia, 9 Maret mendatang.
”Di Liga Champions, ketika Anda tidak berkonsentrasi penuh, maka lawan akan menghukum Anda. Namun, saya pastikan, kami akan menghadirkan Juve yang sangat berbeda pada laga kedua demi melaju ke fase selanjutnya,” kata Chiesa.
Sementara itu, gelandang Porto, Sergio Oliveira, berkata, kemenangan atas Juve adalah buah analisa persiapan taktik yang matang. Mereka telah mempelajari kekuatan dan kelemahan Juve dengan saksama. “Kami tahu Juve akan memainkan bola dari lini belakang dan mengambil keuntungan dari itu," ucap Oliveira yang dinobatkan sebagai pemain terbaik di laga itu.
Dengan kemenangan atas Juve, Porto belum terkalahkan dalam empat laga kandang di Liga Champions musim ini. Tim berjuluk "Si Naga" itu meraih tiga kemenangan dan sekali hasil imbang. Satu-satunya hasil seri terjadi ketika bermain imbang tanpa gol melawan Manchester City, 2 Desember 2020 lalu. (REUTERS)