Naomi Osaka menaklukkan idolanya, Serena Williams dalam pertandingan semifinal Australia Terbuka di Rod Laver Arena. Kelak. Osaka berpotensi menggantikan Serena sebagai ratu tenis.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Serena Williams mengenakan kalung bertuliskan “Queen” selama bermain di Australia Terbuka. Namun, ratu tenis dengan 23 gelar Grand Slam itu dihentikan langkahnya oleh “putri” Naomi Osaka dalam semifinal.
Serena menjadi petenis aktif dengan gelar juara terbanyak di arena Grand Slam dan masih terus berburu untuk menambahnya meski telah berusia 39 tahun. Di antara petenis aktif lainnya, tak ada satu pun yang mendekati statistik tersebut. Petenis dengan gelar terbanyak kedua tak lain adalah kakaknya yang telah berusia 40 tahun, Venus Williams, dengan tujuh gelar juara.
Di antara sembilan juara baru Grand Slam setelah Australia Terbuka 2017, yakni Grand Slam terakhir yang dijuarai Serena, Osaka adalah yang tersukses. Tiga gelar juara diraih dari delapan turnamen terakhir, yaitu dari Amerika Serikat Terbuka 2018 dan 2020 serta Australia Terbuka 2019.
Ketiganya diraih dari tiga final dan Osaka berpeluang menambahnya dalam final Australia Terbuka 2021. Lawannya pada perebutan trofi Daphne Akhurst Memorial di Rod Laver Arena, Sabtu (20/2/2021) adalah pendatang baru di final Grand Slam, Jennifer Brady. Petenis AS itu mengalahkan Karolina Muchova 6-4, 3-6, 6-4 pada semifinal.
Atas kemenangannya, Osaka pun disebut-sebut sebagai petenis paling potensial pengganti Serena yang telah mendominasi Grand Slam dalam dua dekade terakhir. Tak hanya jumlah gelar juara, petenis keturunan Jepang-Haiti yang besar di AS itu punya banyak potensi untuk meniru Serena, sebagai idolanya.
Osaka mencontoh power game sebagai gaya main Serena. Pukulan kencang, yang telah dipoles oleh pelatihnya (Wim Fisette) agar bola bisa jatuh mendekati baseline, telah mengantarkan Osaka pada tiga kemenangan dari empat pertemuan dengan Serena. Terakhir, petenis yang semasa kecilnya berlatih di lapangan tempat latihan Serena itu melakukannya di Rod Laver Arena, Kamis. Osaka mengalahkan Serena, 6-3, 6-4.
Kencangnya pukulan itu membuat Osaka memiliki kecepatan servis maksimal yang sama dengan Serena, yaitu 197 kilometer per jam. Serena pun kewalahan dengan begitu cepatnya Osaka mengantisipasi pukulan, hingga bisa mengarahkan bola ke tempat kosong yang membuat Serena mati langkah.
Saat mengalahkan Serena pada final AS Terbuka 2018 misalnya, New York Times merilis artikel tentang permainan Osaka. Disebutkan, groundstroke-nya bisa mencapai kecepatan 161 km/jam, lebih cepat dari kecepatan rata-rata groundstroke Roger Federer, 126 km/jam.
Satu hal yang paling berkembang dalam diri saya adalah mental. Ini adalah faktor yang saya coba perbaiki bertahun-tahun.
Namun, ada satu faktor yang menurut Osaka menjadi faktor penting dalam kemenangannya. “Satu hal yang paling berkembang dalam diri saya adalah mental. Ini adalah faktor yang saya coba perbaiki bertahun-tahun,” katanya.
Dalam laga melawan Serena, kekuatan mental itu diperlihatkan ketika dia bisa bangkit setelah tertinggal 0-2 pada set pertama. Osaka memulai pertandingan dengan gugup dan rasa takut, bahkan, ketika melakukan servis pertama. Itu karena sosok yang ada di seberang net adalah salah satu legenda tenis putri.
Seperti ketika mengalahkan Serena dalam final AS Terbuka 2018, rasa gugup dihilangkan dengan mengubah pola pikir dalam waktu singkat. Dia memperlakukan lawan bukan sebagai Serena Williams, sang legenda, agar bisa menghilangkan semua emosi yang mempengaruhi permainan. Setelah bisa mengembalikan fokus pada poin per poin, Osaka berbalik mengontrol permainan.
“Saya selalu merasa terhormat setiap kali melawan Serena, tetapi terasa sulit karena dia adalah idola saya. Namun, saya tetap berusaha kompetitif. Setelah banyak membuat kesalahan di awal, akhirnya saya berpikir harus menikmati pertandingan, apalagi ketika penonton boleh datang kembali ke stadion,” tutur Osaka.
Sejak Kamis, pemerintah negara bagian Victoria memperbolehkan penonton datang ke Melbourne Park setelah diberlakukan karantina pada Sabtu-Rabu karena kasus Covid-19.
Osaka juga memperlihatkan ketenangannya ketika mengalahkan Garbine Muguruza pada babak keempat, meski lawan telah mendapat dua match point. Petenis peringkat ketiga dunia itu menang, 4-6, 6-4, 7-5 setelah tertinggal 3-5 pada set ketiga.
Media daring olahraga di AS pun menyejajarkan status Osaka dengan Serena melalui unggahan foto Osaka yang dipeluk Serena, setelah pertandingan, dengan tulisan “Cinta di Antara Dua Legenda” di Twitter. Osaka pun menanggapinya, “Saya sangat jauh untuk menjadi legenda, tetapi akan mencoba sebaik mungkin”.
Atas pencapaian hingga saat ini, legenda tenis, Martina Navratilova, menilai, Osaka bisa meraih hasil lebih besar di masa depan. Menurut peraih 18 gelar Grand Slam itu, selain memiliki pukulan keras sebagai senjata, Osaka adalah pemain yang cerdas dan pemberani.
Osaka, yang hanya ingin membuat Serena terkesan pada pertemuan pertama mereka dalam babak pertama WTA Miami 2018, kini telah menjadi rival berat idolanya itu. Sang putri pun punya potensi besar untuk menggantikan takhta sang ratu. (AP/AFP)