Paris Saint-Germain memiliki kesempatan untuk membalas kekalahan menyakitkan dari Barcelona pada 2017 silam. Namun, mereka harus melakukannya tanpa Neymar.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
BARCELONA, SENIN — Reuni antara Barcelona dan Paris Saint-Germain pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions, Rabu (17/2/2021) pukul 03.00 WIB di Stadion Camp Nou, tidak lepas dari kisah epik empat tahun silam. Sebuah kisah ”La Remontada” atau kebangkitan yang menjadi kebanggaan Barcelona, sekaligus menjadi ”hantu” bagi PSG yang terlalu sering patah hati.
Kisah yang terjadi pada babak 16 besar musim 2016-2017 yang kemudian menjadi inspirasi banyak tim elite Eropa itu telah menjadi luka lama PSG. Mereka sempat melibas Barcelona, 4-0, pada babak pertama, tetapi kalah 1-6 pada laga kedua di Camp Nou. Ambisi untuk meraih trofi ”Si Kuping Lebar” pun dikubur kembali.
Telah banyak perubahan yang terjadi pada kedua tim dalam empat tahun kemudian, terutama PSG yang pada musim lalu berhasil tampil di final melawan Bayern Muenchen. Kini PSG kembali merajut mimpi menjadi tim penguasa Eropa dengan skuad yang lebih matang di tangan Pelatih Mauricio Pochettino yang menggantikan Thomas Tuchel pada Januari lalu.
Sementara itu, Barcelona telah membangun identitas baru bersama Pelatih Ronald Koeman. ”Laga ini sangat menarik karena Barcelona telah banyak berkembang dalam beberapa bulan terakhir dan PSG juga punya kualitas. Ini akan jadi laga yang indah,” ujar Koeman dikutip laman UEFA.
Koeman menyadari, Pochettino merupakan pelatih yang telah lama menjadi sosok antagonis bagi Barcelona, dan kehadirannya kali ini patut diwaspadai. Pochettino pernah bermain sebagai bek Espanyol, klub rival Barcelona di Catalunya. Setelah berkarier menjadi pelatih, ia mampu mengantar Espanyol mengalahkan Barcelona era pelatih Pep Guardiola pada 2009. Itu menjadi kemenangan tandang Espanyol satu-satunya di kandang Barcelona dalam 39 tahun.
Kedekatannya dengan Espanyol membuatnya ”membenci” Barcelona. ”Saya menghabiskan 12 tahun sebagai pemain Espanyol dan lima tahun berikutnya sebagai pelatih. Tidak mungkin saya bisa melatih Barcelona. Andai diminta melatih Barcelona, saya pilih jadi petani saja,” ujar Pochettino.
Masa lalu Pochettino juga menjadi modal berharga bagi PSG. Pelatih asal Argentina ini pernah bermain untuk PSG (2001-2003) dan menjadi kapten tim. Pengalaman lain saat mengantar Totenham Hotspur ke final Liga Champions musim 2018-2019 sebagai manajer juga menambah kepercayaan diri PSG pada musim ini.
Tanpa Neymar
Sekitar satu bulan bersama Pochettino, PSG masih meraba-raba bentuk permainan terbaik. Mereka juga masih kesulitan merebut kembali posisi puncak klasemen Liga Perancis dari Lille.
Beban yang dipikul Pochettino untuk membalik kisah ”La Remontada” lawan Barcelona ini juga semakin berat karena Neymar dan Angel Di Maria absen karena cedera. Padahal, alasan utama PSG untuk membeli Neymar dari Barcelona dan menjadikannya pemain termahal di dunia pada 2017 adalah untuk mewujudkan ambisi menjuarai Liga Champions. Neymar yang menghancurkan PSG pada 2017 kini diharapkan menjadi pahlawan untuk menghancurkan Barcelona.
Saya menghabiskan 12 tahun sebagai pemain Espanyol dan lima tahun berikutnya sebagai pelatih. Tidak mungkin saya bisa melatih Barcelona. Andai diminta melatih Barcelona, saya pilih jadi petani saja.
Dalam situasi seperti ini, Pochettino terpaksa memodifikasi pola permainan untuk mengatasi serangan Barcelona yang kini sedang tajam. ”Saya ingin tim percaya diri bermain dengan sistem yang berbeda, tetapi tidak mudah melakukan hal ini dalam waktu 40 hari (waktu sejak Pochettino bergabung ke PSG),” ujarnya.
Laman L’Equipe membedah ancaman yang akan dihadapi PSG dari aspek taktik, terutama ancaman yang diberikan oleh bek kiri Barcelona, Jordi Alba. PSG harus mampu mematikan langkah Alba yang cerdik memanfaatkan lebar lapangan dan memanfaatkan bola dari sisi tengah yang biasanya diberikan oleh Lionel Messi.
Koeman, seperti pelatih-pelatih Barcelona sebelumnya, praktis selalu membutuhkan peran besar Messi untuk membuka celah pertahanan lawan. Tidak mudah bagi Koeman untuk meringankan tugas Messi kali ini karena Barcelona juga kehilangan sejumlah pemain, seperti Ronald Araujo, Ansu Fati, Sergi Roberto, dan Philippe Coutinho. Kondisi Gerard Pique juga masih terus dipantau.
Bagi PSG, Messi menjadi ancaman besar sekaligus calon pahlawan baru jika mereka berhasil memboyong bintang asal Argentina ini ketika kontraknya di Barcelona habis pada akhir Juni mendatang. PSG sudah sangat berharap Messi mau bergabung dan mereka sudah siap dengan kekuatan finansial untuk membayar gaji Messi yang fantastis.
Sekali lagi, detail dari kisah ”La Remontada” pada 2017 bisa terulang lagi. Waktu itu PSG membeli Neymar yang jadi kunci kemenangan Barcelona. Kini PSG mengincar Messi yang mungkin juga bisa menjadi sosok yang membuat kisah ”La Remontada” tetap menjadi hantu bagi PSG pada babak 16 besar ini. (AFP/REUTERS)