Duet Maverick Vinales dan Fabio Quartararo menandai era baru tim pabrikan Yamaha untuk menuntaskan misi juara dunia MotoGP yang terakhir diraih pada 2015. Mereka diharapkan mengembalikan Yamaha seperti era Rossi-Lorenzo.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
GERNO DI LESMO, SENIN — Optimisme menyelimuti tim Monster Energy Yamaha menjelang bergulirnya MotoGP musim 2021. Mereka telah menuntaskan masalah teknis pada mesin M1 serta memiliki dua pebalap yang kompetitif, Maverick Vinales dan Fabio Quartararo. Kedua pebalap muda itu menjadi tumpuan Yamaha untuk kembali ke puncak MotoGP seperti era Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo.
Musim lalu Yamaha mengawali kejuaraan dengan sangat solid, Vinales dua kali finis kedua di bawah Quartararo yang masih membela tim satelit Petronas Yamaha SRT. Bahkan, pada seri kedua, tiga pemacu M1, Quartararo, Vinales, dan Rossi, menguasai podium. Namun, masalah keandalan katup mesin merusak misi juara pada pemacu M1. Vinales bahkah hanya memiliki dua mesin yang sehat mulai seri kedua. Mesin yang jelas tak bisa diandalkan untuk bersaing merebut gelar juara.
Meskipun Yamaha menjadi pabrikan peraih kemenangan terbanyak, tujuh dari 14 seri, para pebalap mereka gagal juara. Vinales dan Rossi yang membela tim pabrikan, finis di posisi ke-6 dan ke-15. Dua pebalap tim satelit, Franco Morbidelli, membuat kejutan dengan finis kedua, dan Quartararo yang memimpin klasemen sejak awal musim hanya bisa finis kedelapan. Mesin M1 2020 yang mengalami kegagalan pada klep dari salah satu rekanan Yamaha membuat mereka kehilangan konsistensi.
Masalah itu menjadi pekerjaan utama yang diselesaikan oleh Yamaha untuk musim 2021. Mereka optimistis bisa konsisten musim ini tanpa masalah keandalan mesin karena klep dari salah satu rekanan terbukti mampu bertahan hingga akhir musim 2020. Aura positif itu terpancar saat Monster Energy Yamaha meluncurkan timnya secara daring dari Gerno di Lesmo, Italia, Senin (15/2/2021). Tema mereka musim ini adalah #InItToWinIt.
Vinales menegaskan, misinya musim ini tetap sama dengan saat dia bergabung dengan Yamaha pada 2017. ”Harapan saya tetap sama sejak saya pertama kali bergabung dengan Yamaha, kami memiliki target menuntaskan (misi) meraih gelar juara,” ujar pebalap asal Spanyol itu.
”Hal itu tidak mudah karena kami menghadapi banyak kesulitan, biasanya kami mengawali musim dengan kuat, tetapi kadang kami tidak bisa mempertahankan level kami. Para pesaing membaik, tetapi kami tidak menjadi lebih baik. Kami akan berusaha semaksimal mungkin di setiap balapan, tidak hanya di beberapa balapan, karena di beberapa trek kami benar-benar di puncak, kami tidak terkalahkan di trek tersebut. Kemudian kami datang ke trek tempat kami tidak bisa finis di lima besar, jadi kami akan berusaha lebih konsisten dan semua anggota tim Yamaha bekerja keras selama musim dingin,” kata Vinales.
Pebalap berusia 26 tahun itu mempersiapkan musim ini dengan latihan fisik untuk menjaga kebugaran. Dia baru bisa berlatih dengan YZR-M1 saat tes pramusim bergulir di Sirkuit Losail, Qatar, pada 6-7 Maret dan 10-12 Maret.
”Sebenarnya saya berusaha tetap bugar sepanjang tahun, saya tidak memiliki keinginan untuk lebih siap dalam beberapa balapan, tetapi saya lebih suka tetap bugar sepanjang tahun. Ini tidak mudah karena kadang sulit untuk menjaga diet, tetap berlatih, motivasinya tidak sama karena musim balapan, seperti roller coaster. Cukup sulit, tetapi kondisi saya cukup bagus saat ini dan saya harap bisa maksimal dalam balapan pertama,” ucap Vinales.
Paling senior
Vinales mulai musim ini akan menjadi pebalap paling senior di tim pabrikan Yamaha menggantikan Valentino Rossi yang pindah ke Petronas SRT. Posisi itu dijadikan sumber motivasi oleh Vinales. ”Saya berusia 26 tahun, tetapi jangan katakan saya tua. Saya masih merasa muda,” guraunya saat diwawancara oleh presenter Federica Masolin.
”Ini perasaan yang aneh karena saya berada di posisi Valentino, tetapi saya selalu menghadapi musim seperti anak muda. Kini, Fabio lebih muda dari saya empat tahun, saya sepertinya lebih senior, tetapi saya suka itu karena memberi saya motivasi ekstra karena saya tahu saya bisa memimpin tim Yamaha dan tahu apa yang bisa kami lakukan. Saya tidak sabar menunggu musim bergulir dan menunjukan semua potensi kami,” kata Vinales.
Terkait dengan persaingan juara, dia menilai, pebalap tim pabrikan Ducati, Jack Miller, akan menjadi pesaing yang kuat. ”Saya pikir Miller bisa menjadi salah satunya karena dia tampil sangat bagus musim lalu. Saya pikir dia sangat tahu sisi kuat Ducati. Namun, kami berdua di Yamaha juga bisa di puncak, jadi kami akan berusaha membawa Yamaha ke posisi terdepan,” ujar Vinales.
Vinales dan Quartararo diyakini akan menciptakan persaingan internal yang panas karena keduanya sama-sama kompetitif. Mereka mampu membuat pace yang cepat dan saat M1 dalam kondisi terbaik, mereka akan sulit dikalahkan. Namun, tantangan bagi Quartararo akan lebih dari persaingan juara. Dia akan beradaptasi dengan tekanan baru sebagai pebalap tim pabrikan yang berlimpah dukungan.
”Menjadi pebalap tim pabrikan, saya tidak memiliki pengalaman itu, tetapi saya pikir akan ada pekerjaan yang berbeda, seperti mencoba banyak sesuatu yang baru pada motor. Saya pikir mengembangkan motor sedikit lebih sulit karena di tim satelit kami hanya mengecek motor sesuai dengan pengemudi, tetapi di tim pabrikan mengembangkan motor supaya sedikit lebih sesuai dengan Anda. Saya pikir akan lebih banyak tekanan, tetapi akan ada banyak hal baru yang lebih baik bagi saya,” ujar Quartararo.
Bagi Direktur Yamaha MotoGP Lin Jarvis, Quartararo tidak akan kesulitan beradaptasi dengan pola kerja tim pabrikan. Dia juga akan menjadi rekan tim yang kompetitif bagi Vinales untuk menyelesaikan misi juara.
”Dari sisi kami, memiliki Fabio, pebalap muda yang sangat bersemangat bersama dengan Maverick, kami memiliki para pebalap muda superstar dengan potensi untuk menang. Kami sangat gembira. Ini perubahan generasi, tetapi saya pikir ini akan berjalan dengan baik,” kata Jarvis.
”Kami sangat percaya kepada Fabio. Dia masih sangat muda, tetapi dia telah menjalani dua tahun yang bagus di MotoGP, menjadi rookie terbaik (2019) dan kemudian memenangi tiga balapan tahun lalu. Menurut saya, dia memiliki semua pengalaman dan kecepatan. Saya tidak berpikir bergabung dengan tim pabrikan akan membawa tekanan lebih, dia mendapat lebih banyak tekanan musim lalu karena dia memenangi dua balapan pertama,” ujar Jarvis.
”Seperti Maverick, dia akan menjadi pesaing juara,” ujar Jarvis. ”Ketika kami di era Lorenzo-Rossi, mereka saling mendorong serta menjadi lebih baik, dan kami ingin berada di zona itu lagi.”