AS Roma membuktikan diri mampu bersaing dalam perebutan “scudetto” setelah mengalahkan Udinese, Minggu malam. "Si Serigala" memiliki momentum untuk memanaskan persaingan di papan atas Liga Italia.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
ROMA, MINGGU – AS Roma mampu memanfaatkan kekalahan yang diderita AC Milan dan Juventus untuk kembali ke dalam jalur pemburuan scudetto Liga Italia musim 2020-2021. Kemenangan 3-0 atas Udinese dalam laga pekan ke-22 di Stadion Olimpico, Minggu (14/2/2021), mengembalikan Roma ke posisi tiga besar.
Dengan raihan tiga poin itu Roma mengumpulkan 43 poin, sehingga cukup untuk menyalip Juventus yang memiliki 42 poin setelah tumbang 0-1 dari Napoli, Minggu dini hari WIB. Selain itu, Roma juga memangkas poin dengan AC Milan, sang pemuncak klasemen, menjadi enam poin. Hal itu tidak lepas dari kekalahan mengejutkan 0-2 yang diderita Milan dari tim promosi, Spezia.
Adapun jarak Roma dengan puncak klasemen bisa bertambah andai Inter yang bermain kontra Lazio, Senin (14/2) dini hari WIB, meraih kemenangan. Pasalnya, Inter hingga Minggu malam yang berada di posisi kedua memiliki 47 poin, sedangkan Milan mengumpulkan 49 poin.
Ketika melawan Juventus kami juga bermain baik tetapi hasil akhir tidak memihak kami. Kali ini kami kembali meraih tiga poin yang amat penting bagi posisi kami di klasemen.
“Ketika melawan Juventus kami juga bermain baik tetapi hasil akhir tidak memihak kami. Kali ini kami kembali meraih tiga poin yang amat penting bagi posisi kami di klasemen,” ujar Pelatih AS Roma, Paulo Fonseca kepada DAZN.
Roma masih berpeluang untuk terus memberikan tekanan di papan atas karena akan bertemu dengan AC Milan, pada laga pekan ke-24 di Stadion Olimpico, 1 Maret mendatang. Andai mampu mempertahankan tren tidak terkalahkan di kandang dalam delapan laga musim ini, Roma berpeluang semakin mendekati Milan yang telah menguasai liga sejak awal musim.
Keberhasilan Roma menjadi salah satu pesaing “scudetto” musim ini tidak lepas dari ketajaman para gelandang. Fonseca seakan telah menemukan formula terbaik untuk memaksimalkan ketajaman para pemain di lini tengah seiring friksi antara dirinya dengan penyerang utama, Edin Dzeko, yang terjadi di musim ini.
Akibat permasalahan internal itu, Fonseca telah mencabut ban kapten Dzeko sekaligus mengeluarkan penyerang asal Bosnia-Herzegovina itu dari daftar pemain utama di empat laga terakhir Roma, termasuk dalam laga menghadapi Udinese.
Dari empat laga itu, tim berjuluk “Si Serigala” mencetak 9 gol. Hanya satu laga, Roma tidak mencetak gol ketika menelan kekalahan 0-2 dari Juventus, akhir pekan lalu. Saat menghadapi Udinese, gelandang, Jordan Veretout, menjadi pembeda bagi Roma. Pemain berkebangsaan Perancis itu mencetak dua gol yang tercipta di menit 5 dan 25.
Alhasil, Veretout telah menyamai catatan gol Henrikh Mkhitaryan di Liga Italia musim ini dengan catatan sembilan gol. Sementara itu, satu gol Roma lainnya dicetak gelandang serang, Pedro, pada menit 90+3.
Dengan sumbangan gol dari Veretout dan Pedro, maka lini tengah Roma telah mencetak 29 gol dari 46 gol Roma di liga. Jumlah itu jauh lebih unggul dari akumulasi sumbangan dua penyerang tengah, yaitu Dzeko dan Borja Mayoral, dengan 13 gol.
Fonseca mengakui dirinya sempat membuat taruhan dengan Veretout di awal musim terkait jumlah gol yang diharapkan Fonseca dari sang gelandang itu.
“Saya bertaruh dengan Veretout bahwa saya meminta ia mencetak 10 gol dan sekarang ia telah mendekati target itu dengan 9 gol. Kami memang menyiapkan strategi khusus untuk memberikan ruang kepada Veretout,” ucap Fonseca, yang berasal dari Portugal itu.
Dalam laga kontra Udinese, Roma tampil amat dominan. “Si Serigala” menguasai 53 persen penguasaan bola, sedangkan tim tamu hanya memiliki 47 persen penguasaan bola. Untuk kreasi peluang, Roma juga mampu menciptakan 13 tembakan yang hanya mampu ditandingi enam tembakan oleh Udinese.
Udinese pun hanya bertumpu pada penyerang, Gerard Deulofeu, untuk membongkar lini pertahanan Roma yang diisi trio Roger Ibanez, Bryan Cristante, dan Gianluca Mancini. Deulofeu, yang pernah merumput bersama Barcelona itu, pun menjadi satu-satunya pemain Udinese yang mampu menciptakan tembakan ke arah gawang Roma.
“Kami bermain amat buruk di babak pertama. Gol cepat Roma membuat laga tidak seimbang,” kata Pelatih Udinese Luca Gotti.
Kekalahan yang pantas
Sementara itu, Milan menelan kekalahan tandang pertama di musim ini ketika bertandang ke Stadion Alberto Picco, markas Spezia, Minggu dini hari WIB. Kekalahan 0-2 dari Spezia adalah kekalahan perdana “Si Merah hitam” di laga tandang dalam 14 bulan. Terakhir kali Milan di bawah asuhan Stefano Pioli gagal membawa pulang poin dari rumah lawan terjadi ketika tumbang 0-5 dari Atalanta, Desember 2019.
“Ini adalah kekalahan pertama yang pantas kami dapatkan di musim ini. Kami tidak menunjukkan kualitas tim yang sesungguhnya, sehingga lawan mengambil keuntungan,” ucap Pioli dilansir Corriere dello Sport.
Meskipun hanya berada di peringkat ke-13, Spezia mampu bermain efektif untuk meredam serangan Milan. Spezia bahkan menjadi tim pertama di musim 2020-2021 yang membuat Milan gagal menciptakan satu pun tembakan mengarah ke gawang. Padahal dalam laga itu Milan diperkuat Zlatan Ibrahimovic yang ditopang sang otak serangan, Hakan Calhanoglu.
“Laga melawan Milan adalah pertandingan terbaik bagi karier kepelatihan saya,” kata Pelatih Spezia, Vincenzo Italiano yang baru menjalani debut di Serie A, kasta tertinggi liga di Italia, pada musim ini. (AFP/REUTERS)