Saat petenis lain yang menjalani karantina ketat 14 hari kehilangan sentuhan permainan, Jennifer Brady justru memanfaatkannya untuk beristirahat. Dia tampil lebih segar dan lolos ke perempat final Australia Terbuka.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MELBOURNE, SENIN — Ketika sebagian besar petenis mengeluhkan peraturan karantina ketat, Jennifer Brady justru berpikir situasi itu memberinya keuntungan. Petenis Amerika Serikat itu menjadi satu-satunya perempat finalis tunggal putri yang menjalani karantina ketat sebelum memulai penampilan pada Australia Terbuka.
Tiket babak delapan besar diperoleh Brady setelah mengalahkan Donna Vekic, 6-1, 7-5, pada babak keempat yang berlangsung di Rod Laver Arena, Melbourne Park, Senin (15/2/2021). Dalam perempat final pertamanya di Australia Terbuka itu, Brady akan berhadapan dengan petenis AS lainnya, Jessica Pegula, yang menyingkirkan unggulan kelima, Elina Svitolina, 6-4, 3-6, 6-3. Seperti Brady, Pegula akan mendapat pengalaman pertama dalam perempat final Australia Terbuka, bahkan yang pertama di arena Grand Slam.
”Saya senang bisa lolos ke perempat final, terutama setelah melalui pengalaman karantina dua pekan,” komentar Brady.
Petenis berperingkat ke-24 dunia itu termasuk 72 petenis yang harus menjalani karantina ketat selama dua pekan sejak tiba di Australia pada 15 Januari. Karantina itu dijalani dengan hanya boleh berada di kamar hotel, tanpa latihan lima jam per hari yang boleh dilakukan petenis lain.
Pembatasan itu dilakukan karena Brady berada di dalam satu pesawat dengan partisipan lain yang mendapat hasil positif Covid-19 pada tes yang dijalani setiba di Australia. Mereka tiba di Australia dengan 17 pesawat sewa yang disediakan Asosiasi Tenis Australia (TA) dari Los Angeles (AS), Dubai (Uni Emirat Arab), dan Singapura.
TA tidak merilis nama lengkap yang diwajibkan mengikuti karantina ketat itu, tetapi 26 di antaranya adalah pemain tunggal putri. Termasuk di antara mereka adalah 12 dari 32 petenis unggulan, salah satunya Brady sebagai unggulan ke-22.
Dua juara Australia Terbuka, Victoria Azarenka (juara 2012 dan 2013) dan Angelique Kerber (2016), yang juga harus menjalani karantina ketat, tersingkir pada babak pertama. Enam petenis lain mencapai babak ketiga, tetapi semuanya kalah dalam straight-sets.
Maka, perjalanan Brady pun cukup baik meski dia tak pernah berhadapan dengan unggulan yang lebih tinggi darinya dalam empat babak. Dia hanya kehilangan 17 gim dari empat pertandingan.
Saya senang bisa lolos ke perempat final, terutama setelah melalui pengalaman karantina dua pekan.
”Saat pertama kali menerima kabar harus menjalani karantina ketat, saya gelisah, tetapi kemudian saya menerimanya,” katanya. ”Banyak situasi yang lebih buruk di bagian lain dunia dibandingkan dengan terjebak di kamar hotel selama 14 hari. Ini bukan kondisi ideal untuk menghadapi Grand Slam, tetapi, jika dilihat lagi, saya masih punya jeda delapan hari sebelum pertandingan pertama.”
Tidur lebih lama
Kepada harian The New York Times, petenis yang mulai bermain dalam babak utama Grand Slam sejak Australia Terbuka 2017 itu bercerita, selama karantina, dia bisa tidur lebih lama dari biasanya. Sering kali, dia terbangun sekitar pukul 11.00.
Brady berlatih dua kali sehari di kamar, pada siang dan pukul 17.00. Pelatihnya, Michael Geserer, mengatakan, latihan dilakukan dengan peralatan bola tenis, sepeda statis, dan perlengkapan untuk angkat beban. Namun, faktor yang lebih penting dari program tersebut adalah menjaga mental Brady.
”Kami tak dapat menyimulasikan latihan di lapangan tenis dengan latihan di kamar, tetapi kami berusaha beradaptasi sebaik mungkin. Yang terpenting dari semuanya adalah pola pikir. Kami tidak memprotes situasi ini, tetapi menerimanya dengan sikap positif,” tutur Geserer, yang tak memungkiri terjadi juga hari-hari buruk pada masa karantina.
Selain memiliki waktu lebih banyak untuk mengistirahatkan tubuh, masa karantina juga dinilai Brady berguna untuk mengistirahatkan mentalnya, terutama setelah tampil pada jadwal ”padat” musim 2020.
Kompetisi tenis berhenti sejak Maret karena pandemi Covid-19. Banyak petenis yang tak segera bertanding ketika turnamen mulai hidup lagi di beberapa negara pada Agustus.
Namun, Brady tak membuang banyak waktu. Setelah tampil dalam lima turnamen sebelum Maret, dia bermain pada turnamen WTA Lexington, salah satu pemanasan Grand Slam AS Terbuka, dan menjadi juara.
Brady mencapai prestasi terbaiknya di arena Grand Slam dengan mencapai semifinal AS Terbuka sebelum dihentikan Naomi Osaka yang akhirnya menjadi juara. ”Tahun lalu sebenarnya menjadi tahun yang panjang bagi saya. Jadi, karantina ketat 14 hari menjadi momen yang baik untuk mengistirahatkan mental,” katanya.
Setelah terkurung di kamar, lalu akhirnya bisa berlatih di lapangan, masa persiapan singkat diisi dengan mengikuti turnamen Grampians Trophy di Melbourne Park. Dia dihentikan Li Ann pada semifinal.
Semula, Brady khawatir minimnya aktivitas saat di kamar membuatnya kaku ketika bertanding dan cedera. Namun, kekhawatiran itu tak terjadi. Dia justru bisa mencapai babak delapan besar di Melbourne Park, yang belum pernah dialami sebelumnya. (AFP/AP)