Manajer Manchester City, Pep Guardiola, berhasil membangun skuad yang tangguh dan sulit dihentikan. Mereka kian berpeluang merebut trofi Liga Inggris dari sang juara bertahan Liverpool.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
MANCHESTER, MINGGU - Manchester City pada paruh musim kedua ini menjelma menjadi sebuah “buldoser” yang bisa menghancurkan siapa saja yang menghadangnya. Bahkan, tim dengan lini serang mematikan seperti Tottenham Hotspur pun terpaksa tunduk, 0-3, ketika datang ke markas City, Stadion Etihad, Minggu (14/2/2021) pagi waktu Indonesia.
Tim berjuluk “The Citizens” ini telah meraih kemenangan dalam 16 laga terakhirnya di semua kompetisi. Sebanyak 11 kemenangan di antaranya terjadi di Liga Inggris. Mereka berangkat dari posisi ke-9 pada pertengahan Desember lalu dan kini kokoh di puncak klasemen Liga Inggris dengan 53 poin atau tujuh poin di atas Leicester City yang berada di peringkat kedua.
Pada November tahun lalu, Spurs sedang dalam kondisi terbaiknya dan mengalahkan City, 2-0, untuk mendapatkan tempat di puncak klasemen sementara. Kini situasinya sudah terbalik karena Spurs akhirnya lelah dan kini berada di peringkat ke-9 dengan 36 poin. Laga di Etihad pada Minggu kemarin menjadi laga untuk bertukar nasib.
Kekalahan dari Spurs pada November lalu merupakan kekalahan terakhir City sebelum memulai tren kemenangan hingga saat ini. Waktu itu manajer City Pep Guardiola belum selesai membangun “buldoser” yang kini melaju kencang dan sulit dihentikan.
Namun, ketika jadwal yang sangat padat yang mengakibatkan tumbangnya beberapa pemain membuat skuad City pincang, Guardiola justru berhasil menemukan formula baru yang mengubah wajah timnya seperti saat ini. City di tangan Guardiola bisa menjadi tim yang mematikan meski tampil tanpa striker murni.
Guardiola berhasil mengeluarkan naluri-naluri mencetak gol yang dimiliki para pemainnya yang sebelumnya lebih banyak fokus di lini tengah. Tanpa ada sosok Aguero dan Kevin De Bruyne yang cedera, nama pemain lainnya seperti Phil Foden menjadi lebih menonjol. Pemain berusia 20 tahun ini berhasil menjalankan peran baru untuk menjadi lebih dari sekadar penyerang semu.
Saya telah mengatakan beberapa kali bahwa Gundogan mampu bermain sebagai striker tetapi orang-orang malah tertawa.
Pada laga kontra Spurs, giliran Ilkay Gundogan yang terbukti menjadi gelandang City lainnya yang kini rajin mencetak gol. Ia mencetak dua gol pada laga itu dan sejauh ini telah mengoleksi sebanyak 11 gol dalam 12 laga Liga Inggris terakhir yang jalani pada musim ini. “Saya telah mengatakan beberapa kali bahwa Gundogan mampu bermain sebagai striker tetapi orang-orang malah tertawa,” ujar Guardiola dikutip BBC.
Gol pertama Gundogan pada menit ke-50 tercipta setelah ia membiarkan Raheem Sterling membuka ruang di depan gawang Spurs. Ia mengamati dari luar kotak penalti dan begitu mendapat momentum, ia maju dan menyambar umpan dari Sterling untuk mencetak gol tersebut.
Sementara gol keduanya terjadi ketika ia berinisiatif lari ke depan dan kiper City Ederson menanggapinya dengan memberi umpan panjang. Dengan ketenangannya, Gundogan mengubah umpan Ederson itu menjadi gol yang indah. Gol City lainnya pada laga itu dicetak Rodrigo melalui tendangan penalti.
Kunci dari kemenangan pada laga itu adalah kesabaran. Guardiola memahami Manajer Spurs Jose Mourinho memiliki para pemain haus gol seperti Harry Kane dan Son Heung-min. “Mereka tidak perlu kesulitan menciptakan peluang gol karena punya kualitas dan taktik dari manajernya. Namun, kami hanya perlu sabar, sabar, dan tetap tenang,” kata Guardiola.
Berkat taktik dan kesabaran yang ditanam Guardiola, City memperbesar kans untuk merebut trofi Liga Inggris dari sang juara bertahan Liverpool. “Satu-satunya yang bisa menghentikan City adalah mereka sendiri. Masalahnya, City tampaknya tidak akan kolaps,” kata mantan striker Newcastle United, Alan Shearer.
Menggusur Liverpool
City justru melihat Liverpool yang kini kolaps setelah kembali kalah di tangan Leicester City dan bakal kehilangan posisi di peringkat empat besar apabila Chelsea dan West Ham United menang pada laga terpisah yang berlangsung, Selasa (16/2/2021) dini hari WIB. Chelsea akan bertemu Newcastle United dan West Ham menjamu Sheffield United.
Chelsea dan West Ham masing-masing telah mengantongi 39 poin dan hanya berjarak satu poin di bawah Liverpool. Manajer Chelsea Thomas Tuchel akan melanjutkan tren kemenangan tim sejak menggantikan manajer sebelumnya, Frank Lampard. Chelsea di tangan Tuchel selalu menang dalam empat laga terakhir di semua kompetisi.
Saat melawan Newcastle, Tuchel mengisyaratkan beberapa pemain inti yang cedera seperti Thiago Silva dan Kai Havertz belum siap untuk tampil. Padahal, pemain baru seperti Havertz sedang membutuhkan banyak kesempatan tampil untuk beradaptasi. “Saya rasa Havertz adalah pemain yang rendah hati dan sangat berbakat. Tidak diragukan lagi ia bakal segera menunjukkan bakatnya," kata Tuchel. (AFP/REUTERS)