Setelah Yoshiro Mori mundur sebagai Ketua Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo, Jumat, Jepang terbelah dua. Satu pihak ingin calon pengganti seperti Mori dan pihak lain ingin sosok baru, terutama dari kalangan wanita.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
TOKYO, SABTU – Setelah Yoshiro Mori mundur sebagai Ketua Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo, Jumat (12/2/2021), muncul perdebatan baru yang menghiasi persiapan Olimpiade Tokyo. Sekarang, Jepang terbelah dua antara pihak yang tetap ingin wajah lama menjadi pengganti Mori dan yang ingin wajah baru sebagai suksesor ketua persiapan Olimpiade yang berlangsung pada 23 Juli-8 Agustus mendatang.
Perdebatan ini wajib segera diselesaikan agar nasib Olimpiade ke-32 itu tidak semakin menggantung. Komite Olimpiade Internasional (IOC) pun berharap segera ada pengganti Mori supaya semua pihak bisa kembali bekerja dengan optimal menyiapkan pesta olahraga internasional empat tahunan tersebut.
Mori mundur berawal dari rapat daring pejabat senior Komite Olimpiade Tokyo, Rabu (3/2/2021). Kala itu, Mori berkata bahwa wanita terlalu banyak bicara sehingga menyebabkan diskusi bisa berlarut-larut.
”Perempuan punya rasa persaingan kuat. Jika seseorang angkat tangan untuk bicara, yang lain merasa harus ikut bicara. Semuanya merasa perlu bicara. Jika ingin menambah direktur perempuan, kita patut memastikan ada pembatasan lama bicara. Mereka sulit berhenti dan itu menjengkelkan,” terangnya dikutip BBC, Kamis (11/2/2021).
Sehari sebelum mengumumkan pengunduran dirinya, Mori yang telah berusia 83 tahun mengusulkan rekannya, Saburo Kawabuchi, yang telah berusia 84 tahun sebagai penerusnya. Sebagian pihak sepakat dengan usulan itu karena menilai Kawabuchi memiliki karakter mirip dengan Mori yang memiliki jaringan luas yang bakal membantu menyiapkan Olimpiade Tokyo.
Akan tetapi, sebagian pihak lain menentang usulan tersebut. Mereka menilai, mantan Ketua Federasi Sepak Bola Jepang 2002-2008 sekaligus mantan pemain timnas Jepang 1958-1965 itu hanyalah figur lain yang tidak memiliki terobosan baru untuk menyiapkan Olimpiade di tengah isu negatif, mulai dari jual beli suara, pandemi Covid-19, kerugian dampak penundaan, sampai seksisme yang dilontarkan Mori sepekan lalu.
Ada semacam tarik-menarik nyata di antara kaum konservatif yang ingin melanjutkan status quo dan yang lainnya mendorong perubahan.
Dampak dari penolakan itu, Kawabuchi dikabarkan menarik diri dari pencalonannya. ”Ada semacam tarik-menarik nyata di antara kaum konservatif yang ingin melanjutkan status quo dan yang lainnya mendorong perubahan,” ujar ilmuwan politik Universitas Sophia di Tokyo, Koichi Nakano, dikutip Npr.org, Jumat (12/2/2021).
Butuh sosok berpengalaman
Nakano menilai, pihak yang pro kepada Mori ingin sosok berpengalaman seperti mantan Perdana Menteri Jepang April 2000-April 2001 itu untuk menjadi Ketua Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo. Itu karena selama ini Mori telah memiliki pengaruh kuat di kalangan pejabat ataupun penguasa Jepang dan IOC, serta dan berhasil mengatasi banyak kritik di tengah persiapan Olimpiade Tokyo.
Maka, orang yang memiliki karakter seperti Mori yang layak menggantikan jabatannya di tengah jadwal Olimpiade yang tak lama lagi. ”Selama ini, dia (Mori) bisa membuat IOC tunduk pada saran Tokyo. Dia unggul dalam hal ini dan menjadi pertanyaan bagaimana ini bisa diteruskan,” kata Nobuya Kobayashi, jurnalis olahraga di Tokyo.
CEO Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo Toshiro Muto, dikutip Apnews.com, Jumat, mengatakan, Dewan Eksekutif Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo akan memilih pengganti Mori dalam waktu dekat. Namun, pihaknya harus menyiapkan diri untuk memilih pengganti yang tepat. Mereka akan segera membentuk komite peninjau bagi calon suksesor tersebut.
Kendati demikian, Muto menegaskan, dirinya menolak kalau pengganti Mori harus wanita walau banyak pihak menodorong wanita guna meredam isu seksisme yang masih menyeruak tersebut. Pasalnya, mereka tidak memiliki cukup banyak wanita dalam kepemimpinan dan tidak ada wanita di tingkat wakil ketua. ”Bagi saya, dalam memilih ketua, kita tidak perlu membahas atau memperdebatkan jender. Kita harus fokus memilih orang yang tepat,” ujarnya.
Sosok baru
Surat kabar harian Asahi Shimbun, Kamis (11/2/2021), menerangkan, pihak yang kontra Mori menginginkan sosok baru yang menjadi Ketua Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo. Publik menyerukan wanita atau setidaknya tokoh yang lebih muda, pria ataupun wanita, untuk mengambil alih jabatan tersebut.
Hal itu diperkuat oleh instruksi Perdana Menteri Yoshihide Suga. Menurut The Guardian, Jumat, Suga juga menyarankan wanita atau pria yang lebih muda menjadi suksesor Mori. Selain itu, dia meminta ada proses pemilihan transparan untuk memilih pengganti Mori. Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo telah berjanji membentuk panel dengan jumlah anggota pria dan wanita yang seimbang untuk menangani masalah tersebut.
Fuji News Network, Jumat, menyiarkan, pemerintah memang telah memblokir pencalonan Kawabuchi karena menginginkan sosok baru untuk mengisi jabatan yang ditinggalkan Mori. ”Kami tidak bisa memberikan pendapat mengenai itu (pencalonan Kawabuchi) karena banyak hal yang telah berubah. Kecuali, ada seorang wanita atau pria dari generasi lebih muda (yang dicalonkan),” ucap penyiar mengutip sumber pemerintah.
Sejumlah media di Jepang menyebutkan, sedikitnya ada empat wanita yang punya potensi kuat menggantikan Mori. Mereka adalah peraih perunggu judo Olimpiade 1988 Seoul, Kaori Yamaguchi; peraih dua perunggu renang Olimpiade 1988, Mikako Kotani; peraih emas maraton Olimpiade 2000 Sydney, Naoko Takahashi; dan Menteri Negara Olimpiade Tokyo sekaligus peraih perunggu speed skating Olimpiade Musim Dingin 1992, Albertville Seiko Hashimoto.
Terlepas dari segala perdebatan, Muto mengingatkan, itu tidak boleh berlarut. Kalau terus dibiarkan, isu itu berpotensi menghambat persiapan Olimpiade Tokyo. ”Efek pengunduran diri Mori tidak boleh menyebabkan penundaan dalam persiapan Olimpiade,” ujarnya.
Mori ketika mengumumkan pengunduran dirinya, Jumat, menuturukan, komentar seksisnya sepekan lalu tidak tepat dan telah menyebabkan kekacauan. Untuk itu, dia menyampaikan permintaan maaf kepada semua pihak. Dirinya berharap semua pihak ataupun penggantinya bisa segera memastikan Olimpiade Tokyo tetap diadakan pada Juli ini.
”Jika saya akan menjadi penghalang, itu harus dihindari. Pertandingan (Olimpiade Tokyo) harus dilanjutkan di bawah kepimpinan baru. Jadi, saya mengumumkan hari ini (per Jumat) bahwa saya mengundurkan diri sebagai Ketua Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo,” ungkapnya dikutip The Guardian.
Ketua IOC Thomas Bach dikutip Olympic.org, Jumat, memastikan, IOC sepenuhnya menghormati keputusan Mori mengundurkan diri. Bagi IOC, Mori telah banyak berkontribusi untuk menyiapkan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo di tengah sejumlah hambatan. Bahkan, persiapan yang telah dilakukan Tokyo salah satu persiapan terbaik yang pernah ada.
Sekarang, IOC berharap Tokyo atau Jepang bisa segera mendapatkan pengganti Mori untuk meneruskan persiapan yang ada. ”Kami akan terus bekerja bahu-membahu dengan pengganti Mori guna menyelenggarakan Olimpiade Tokyo dengan aman dan terjamin,” ucap Bach.
Adapun IOC menyambut positif pula upaya Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo membentuk komite peninjau kandidat pengganti Mori. Mereka setuju dengan keputusan mengisi anggota komite dengan perwakilan jender yang seimbang. Mereka sepakat kalau memang ada penambahan jumlah anggota wanita dalam Dewan Eksekutif Panita Penyelenggara Olimpiade Tokyo. (AP/AFP/REUTERS)