Penggunaan teknologi "Hawk-Eye Live" menggantikan peran hakim garis di Grand Slam Australia Terbuka. Uniknya, agar tidak terlihat seperti robot, teknologi itu disisipi suara para pahlawan tanpa tanda jasa di Australia.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Berbagai terobosan teknologi dilakukan di panggung olahraga untuk beradaptasi dengan situasi akibat pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung. Grand Slam Australia Terbuka—salah satu ajang tenis terkemuka sejagat yang kini tengah berlangsung—misalnya, menggantikan fungsi hakim garis dengan kecerdasan buatan yang disisipi sentuhan humanis, yaitu berupa suara pahlawan kemanusiaan.
Selain lengkingan para petenis elite dunia, seperti Novak Djokovic dan Serena Williams, kompleks olahraga Melbourne Park di Australia ”diramaikan” pula dengan suara-suara tidak biasa, sepekan terakhir ini. Suara orang-orang yang selama ini sulit terdengar, seperti pekerja medis penanganan Covid-19, pemadam kebakaran, dan penjaga pantai, kini menjadi suara yang paling diperhatikan oleh peserta Australia Terbuka 2021 maupun penggemas tenis di seluruh dunia.
Suara mereka bisa menentukan jalannya pertandingan dan menang-kalahnya petenis. Suara rekaman delapan orang yang disebut ”pahlawan tanpa tanda jasa” itu akan muncul, dengan logat khasnya masing-masing, setiap kali bola keluar lapangan (out) serta terjadi kesalahan letak bola servis (fault) dan posisi kaki ketika servis (foot fault).
Dengan bantuan Hawk-Eye Live, teknologi kamera akurasi tinggi yang memantau pergerakan bola dan kaki petenis di lapangan, suara-suara itu menggantikan fungsi hakim garis di Australia Terbuka 2021. Maka, petugas yang ada di setiap laga di turnamen itu kini hanyalah wasit dan pemungut bola.
”Australia Terbuka adalah ajang olahraga ikonik. Pada masa kecil, di depan televisi, saya seringkali berteriak menirukan suara-suara hakim garis. Sungguh tidak menyangka, suara saya kini muncul di sana. Ini sebuah kehormatan,” ungkap Steven Gelagotis, petugas ambulans yang tertular virus korona baru ketika mengangkut pasien Covid-19 di Negara Bagian Victoria, seperti dikutip Sydney Morning Herald, Senin (8/2/2021).
Lain lagi dengan yang dirasakan Simon Merrick, relawan penyelamat dari Layanan Gawat Darurat Negara Bagian New South Wales, Australia. Pria yang menyelamatkan dua orang dari terjangan banjir bandang di kawasan Hunter Valley, Australia, bulan lalu, itu merasa tersanjung sekaligus malu suaranya diperdengarkan di Australia Terbuka.
”Kami tidak menginginkan pengakuan ini. Kami melakukan pekerjaan ini, tanpa dibayar, karena itu adalah hal yang benar. Kami ingin menolong orang. Tidak lebih,” ujar Merrick.
Respons beragam pun disampaikan para petenis atas penggunaan teknologi tersebut. ”Itu menjauhkan saya dari godaan meminta challenge (peninjauan ulang putusan hakim garis) dan pikiran benar atau tidaknya keputusan hakim garis. Jika teknologi ini akan terus digunakan, saya setuju meski banyak argumen pro-kontra di luar,” ujar Naomi Osaka, petenis putri peringkat ketiga dunia.
Serena Williams, yang pernah beradu mulut dengan hakim garis ketika dinyatakan foot fault pada semifinal AS Terbuka 2009, ikut menyatakan dukungannya. Sebelum Australia Terbuka 2021, sejumlah turnamen lain, seperti AS Terbuka 2020, ATP/WTA Cincinnati 2020, dan Final ATP Next Gen, telah memanfaatkan teknologi serupa.
Asosiasi Tenis Amerika Serikat (USTA) misalnya, memakai Live Electronic Line Calling atau teknologi pengganti hakim garis di dua lapangan Grand Slam AS Terbuka 2020. Teknologi yang sama dipakai di ATP/WTA Cincinnati. ”Saat di Cincinnati, saya tidak terlalu terkesan. Sekarang, saya menyukainya karena bisa mengurangi banyak kesalahan yang biasanya dilakukan manusia. Saya akan menjadi fans nomor satu teknologi itu karena saya futuristik dan penyuka teknologi,” ujar Serena.
Sistem Live Electronic Line Calling menggunakan kamera dinamis dengan kendali jarak jauh, lalu memberi keputusan letak jatuhnya bola dan posisi kaki petenis saat servis secara otomatis. Adapun Hawk-Eye, yang digunakan di tenis sejak 2002, tidak memberi tahu jejak bola atau kaki secara langsung. Tayangan ulang jejaknya baru diperlihatkan jika atlet meminta challenge kepada wasit.
Dari empat Grand Slam di arena tenis, hanya Perancis Terbuka yang belum menggunakan teknologi untuk menelusuri jejak bola. Turnamen ini masih mengandalkan keputusan wasit yang melihat langsung jejak bola pada lapangan tanah liat saat petenis meminta challenge. Namun, permintaan penggunaan Hawk-Eye di turnamen itu kian menguat, akhir-akhir ini.
Australia Terbuka adalah ajang olahraga ikonik. Pada masa kecil, di depan televisi, saya seringkali berteriak menirukan suara-suara hakim garis. Sungguh tidak menyangka, suara saya kini muncul di sana.
Dukungan diterapkannya teknologi itu juga datang dari Novak Djokovic, petenis putra nomor satu dunia yang didiskualifikasi di AS Terbuka lalu karena mencederai hakim garis lewat bola pukulan dengan kecepatan 79,8 kilometer per jam. Ia berkata, tenaga hakim garis tidak lagi dibutuhkan pada masa mendatang di dunia tenis.
Direktur Turnamen Australia Terbuka Craig Tiley pun angkat bicara soal nasib hakim garis di ajang tenis, seperti Laura Clark yang pernah dicederai Djokovic di AS Terbuka, dengan penerapan teknologi itu. ”Mereka bertanya, apakah kariernya akan berakhir? Saya jawab, ya pada level Grand Slam. Namun, mereka masih bisa bertugas di level turnamen lebih rendah,” tutur Tiley yang juga Ketua Eksekutif Asosiasi Tenis Australia.
Namun, dua petenis lainnya, Francesca Jones (Inggris) dan Gilles Simon (Perancis), memiliki pendapat lain. Simon menilai, pertandingan tenis menjadi monoton ketika unsur manusia digantikan ”mesin”.
Adapun Jones mempertanyakan akurasi teknologi itu saat menghadapi Shelby Rogers (AS) pada babak pertama Australia Terbuka 2021. Ia merasa salah satu hasil pukulannya pada laga itu dinilai salah oleh ”hakim garis virtual”. ”Saya lebih suka kesalahan manusia dibandingkan kesalahan sistem,” ujar Jones yang kalah 4-6, 1-6, pada laga itu. (Reuters)