Meninggalnya ibunda Juergen Klopp bisa jadi momen penyatu skuad Liverpool yang sedang retak. ”Si Merah” mengincar pelampiasan di markas Leicester City.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LEICESTER, JUMAT — Keharmonisan dan kepercayaan diri skuad Liverpool dikhawatirkan retak seusai rentetan hasil buruk. Di tengah kekhawatiran, skuad ”Si Merah” justru semakin menyatu pekan ini. Mereka bersatu demi misi mengobati rasa duka sang manajer, Juergen Klopp, yang baru saja kehilangan ibunya.
Kabar duka menghantam Klopp, Rabu lalu. Ibunya, Elizabeth, meninggal pada usia 81 tahun di Jerman. Sang manajer sangat ingin mendatangi pemakaman, tetapi dia terhalang aturan larangan masuk ke Jerman, di tengah pandemi Covid-19 yang semakin mengganas.
Alih-alih menghadiri pemakaman, manajer karismatik ini justru ”terpenjara” di Inggris. Tiga hari setelah kepergian ibunya, Klopp justru tetap akan mendampingi Liverpool saat bertandang ke markas Leicester City, Stadion King Power, pada Sabtu (13/2/2021) malam WIB.
Dalam wawancara dengan surat kabar Jerman Schwarzwaelder Bote, Klopp melukiskan kesedihan yang sangat mendalam. ”Dia (Ibu) sangat berarti bagiku. Dia definisi sebenarnya dari seorang ibu,” kata anak bungsu dari tiga bersaudara ini, yang semakin terpukul karena tak bisa memakamkan ibunya.
Di tengah rasa duka, skuad Liverpool yang punya moto ”You’ll Never Walk Alone” ini menunjukkan solidaritasnya. Mereka bersatu mendukung Klopp. Mulai dari sang kapten Jordan Henderson sampai pemain muda Rhys Williams menyerukan, mereka akan selalu berada di belakang Klopp.
Momen ini menjadi pertanda baik bagi Si Merah. Mereka kembali berada dalam satu ”kapal” setelah krisis kekalahan dari Manchester City, 1-4. Henderson dan rekan-rekan membawa misi besar ke Stadion King Power. Mereka tidak hanya mengincar tiga poin, tetapi juga kemenangan demi menghibur sang manajer, sosok yang melindungi pemain selama ini.
Satu hal yang bisa kita lakukan adalah bertarung melawannya. Kami akan bersama-sama menghadapi ini.
Isu keharmonisan tim juga menjadi fokus Klopp dalam konferensi pers, Jumat kemarin. Dia menyebut, hal terpenting dalam krisis sang juara bertahan adalah kesatuan skuad. Tidak ada gunanya menyalahkan satu sama lain dalam kondisi ini. ”Satu hal yang bisa kita lakukan adalah bertarung melawannya. Kami akan bersama-sama menghadapi ini,” katanya.
Motivasi berbeda ini sangat mungkin mengembalikan sosok tak terkalahkan mereka musim lalu. Seperti kata psikolog olahraga Dan Abrahams, penurunan performa Liverpool terjadi karena pengaruh mental. Mereka jenuh karena menjalani rutinitas sama dengan jadwal padat. Apalagi, Si Merah kehilangan sosok fans di stadion yang selalu bisa mendorong pada saat sulit.
Masalah motivasi ini terlihat jelas dalam statistik dari The Athletic. Sebelum pembatasan akibat pandemi, Liverpool menghasilkan setidaknya 2,83 poin setiap laga. Sementara itu, mereka hanya memproduksi 1,78 poin setiap laga sejak penonton dilarang.
Skuad asuhan Klopp sangat butuh kemenangan atas Leicester. Peluang mereka mempertahankan juara liga sudah hampir tertutup akibat tren buruk. Saking inkonsistennya, legenda hidup Manchester United, Roy Keane, sampai menyebut Liverpool sebagai juara bertahan paling buruk dan butuh 30 tahun lagi untuk mengulang juara.
Statistik menunjukkan, Henderson dan rekan-rekan menurun drastis dibandingkan musim lalu. Penurunan poin Liverpool sampai 40 persen, dari 67 poin ke 40 poin, antara musim lalu dan musim ini. Dibandingkan dengan seluruh juara bertahan, menurut Squawka, penurunan ini merupakan yang ketiga terburuk sepanjang sejarah.
Mantan pemain Liverpool era 1980-an, Mark Lawrenson, menilai, Klopp perlu perubahan radikal dalam 11 pemain utama jika ingin menang. Sang manajer perlu memainkan duet bek, pemain muda Nat Phillips dan pemain pinjaman baru dari Schalke, Ozan Kabak.
”Setelah itu, Liverpool bisa mengembalikan Fabinho dan Henderson ke lini tengah. Jika Anda melihat Liverpool dari lini tengah ke depan, mereka sangat luar biasa. Yang harus dilakukan sekarang hanya keluar bermain dan bersenang-senang. Dan mereka akan mulai memenangi pertandingan lagi,” kata Lawrenson.
Jika menang, Si Merah akan mengudeta Leicester menuju peringkat ke-3 klasemen sementara. Namun, seandainya kalah, mereka berpotensi besar keluar dari empat besar. Chelsea yang terus menanjak sejak dipegang manajer baru Thomas Tuchel sudah siap merangsek empat besar.
Tuan rumah bisa sedikit tersenyum. Tim asuhan Brendan Rodgers ini sudah bisa tampil bersama penyerang terbaiknya, Jamie Vardy. Sang striker telah bermain sejak awal laga di Piala FA, tengah pekan lalu, seusai cedera sejak Januari.
Ini menjadi dorongan besar bagi skuad ”Si Rubah”. Dalam sistem permainan mereka, Vardy berperan bagaikan pemimpin kawanan rubah. Dengan presensi penyerang dengan lari cepat ini, Leicester sangat bisa menggigit balik lawan-lawannya.
Menurut gelandang Leicester, James Maddison, tim tamu memang sedang dalam rentetan hasil buruk. Namun, mereka tetaplah tim juara bertahan yang punya kualitas terbaik di liga. Karena itu, Leicester sangat mewaspadai kemungkinan Liverpool untuk bangkit.
”Saya tahu mereka dikalahkan oleh City, 1-4, tetapi mereka masih memiliki tim papan atas dan skuad yang fit, selain posisi bek tengah. Kami ingin memperbaiki hasil tahun lalu di King Power (kalah 0-4). Kami telah menempuh perjalanan panjang sejak saat itu, mudah-mudahan kami bisa lebih baik,” ucap gelandang Inggris yang sedang naik daun tersebut. (AP/REUTERS)