Generasi baru petenis putra bersaing merebut gelar juara Grand Slam pertama mereka di Australia Terbuka 2021. Daniil Medvedev dan Stefanos Tsitsipas lebih difavoritkan bersaing dengan Novak Djokovic dan Rafael Nadal.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MELBOURNE, SELASA — Ketika Melbourne Park menjadi panggung persaingan para juara tunggal putri, tempat yang sama menjadi pentas generasi baru tunggal putra untuk mewujudkan cita-cita meraih gelar pertama di ajang Grand Slam. Mereka berambisi mengisi daftar gelar juara kompetisi tenis berlevel tertinggi itu, yang selalu memuat nama Novak Djokovic atau Rafael Nadal dalam 14 dari 15 turnamen terakhir.
Setidaknya, ada delapan petenis berusia 20-24 tahun berperingkat 20 besar dunia yang berupaya mewujudkan ambisi tersebut di Australia Terbuka, 8-21 Februari. Mereka melaju ke babak kedua setelah melewati laga pertama, termasuk Daniil Medvedev dan Stefanos Tsitsipas yang lebih difavoritkan daripada yang lain.
Mengawali penampilan di Melbourne Park, Selasa (9/2/2021), keduanya meraih kemenangan straight sets. Medvedev mengalahkan Vasek Pospisil 6-2, 6-2, 6-4, sedangkan Tsitsipas menang atas Gilles Simon, 6-1, 6-2, 6-1.
Medvedev memiliki beberapa faktor yang menempatkannya sebagai favorit juara Australia Terbuka dari generasi baru. Petenis peringkat keempat dunia itu berpengalaman tampil dalam laga puncak Grand Slam pada Amerika Serikat Terbuka 2019. Meski kalah dari Nadal, dia memaksakan pertandingan berjalan lima set, hal yang sulit dilakukan pada trio Nadal, Djokovic, dan Roger Federer di ajang Grand Slam.
Petenis berusia 24 tahun itu juga berpengalaman mengalahkan Nadal (1-3) dan Djokovic (3-4), dua unggulan Melbourne Park di tengah absennya Federer. Terakhir, Medvedev mengalahkan mereka dalam perjalanan menjadi juara turnamen Final ATP 2020.
Tsitsipas pun memiliki catatan menang atas Djokovic (2-4) dan Nadal (1-6). Prestasi terbaiknya di Grand Slam berada di bawah Medvedev, yaitu semifinal Australia Terbuka 2019. Namun, petenis Yunani berusia 22 tahun itu selalu memiliki rasa percaya diri tinggi ketika berhadapan dengan pemain senior, seperti ketika mengalahkan Medvedev, Federer, dan Dominic Thiem untuk juara Final ATP 2019. Sejak dua tahun lalu itu pula, dia menyatakan ambisi segera menjuarai Grand Slam.
Mantan petenis putri Daniela Hantuchova menilai, Tsitispas harus mengontrol rasa percaya dirinya. ”Untuk bermain di Grand Slam perlu konsistensi penampilan dan mental selama dua pekan. Stefanos tidak boleh berpikir terlalu jauh. Dia harus fokus pada setiap pertandingan,” ujar Hantuchova, komentator Australia Terbuka dalam jaringan televisi Fox Sports.
Tantangan tersebut disadari Medvedev yang juga mengetahui bahwa dirinya difavoritkan juara. ”Jika banyak orang mempertimbangkan saya sebagai favorit, itu artinya saya telah memperlihatkan penampilan yang bagus. Saya bekerja keras untuk menjadi bagian dari petenis top dunia. Tetapi, untuk menjuarai Grand Slam, saya harus menang tujuh kali beruntun. Saat ini, saya baru memenangi satu, jadi perlu enam kali lagi dengan lawan yang kian berat,” komentar Medvedev.
Selain statistik pertemuan dan rekam jejak di arena Grand Slam, Medvedev dan Tsitsipas memiliki faktor eksternal yang mendukung mereka menjadi favorit juara. Dengan absennya Federer, ditambah Nadal yang diganggu cedera punggung, lawan tangguh mereka dari ”Big Three” menyisakan Djokovic.
Namun, Medvedev dan rekan generasi baru lainnya tak boleh lengah, apalagi dengan pengalaman Djokovic dan Nadal di ajang Grand Slam. Dalam 15 turnamen terakhir sejak awal 2017, 14 gelar jatuh ke tangan salah satu di antara mereka. Hanya Dominic Thiem yang bisa menyelipkan namanya sebagai juara baru ketika menjadi kampiun AS Terbuka 2020.
Hal ini berbeda dengan tunggal putri yang melahirkan sembilan juara baru pada periode yang sama. Di antara mereka adalah juara bertahan Australia Terbuka, Sofia Kenin, yang melaju ke babak kedua setelah mengalahkan Maddison Inglis, 7-5, 6-4. Ada pula juara Perancis Terbuka 2019, Ashleigh Barty, yang memenangi babak pertama tanpa kehilangan satu gim pun ketika berhadapan dengan Danka Kovinic.
Sakit punggung
Nadal akhirnya memulai penampilan dengan sakit punggung yang belum hilang ketika berhadapan dengan Laslo Djere (Serbia) di Rod Laver Arena, Selasa. Petenis dengan 20 gelar Grand Slam itu menang, 6-3, 6-4, 6-1 untuk berhadapan dengan petenis kualifikasi, Michael Mmoh (AS), pada babak kedua.
Pertandingan melawan Djere menjadi tes bagi Nadal untuk mengecek cedera punggung yang membuatnya batal bermain bersama petenis Spanyol lainnya dalam turnamen Piala ATP. Meski masih bisa meraih winner dengan running forehand top-spin, salah satu senjatanya, Nadal tak memungkiri masih merasakan sakit.
”Kondisinya tidak terlalu baik. Saya harus mengubah sedikit gerakan servis. Itu saya lakukan supaya bisa melewati pertandingan ini dan saya bisa melakukannya. Setelah ini, saya hanya harus menghadapi hari per hari dengan pola pikir positif,” katanya.
Tak hanya sekali ini Nadal diganggu cedera saat tampil pada Australia Terbuka. Pada 2010, cedera lutut membuatnya mundur pada perempat final ketika berhadapan dengan Andy Murray. Dia pun mundur ketika melawan Marin Cilic pada perempat final 2018 meski pertandingan telah memasuki set kelima.
Tujuh kali juara Grand Slam pada era 1980-an, Mats Wilander, berpendapat, gaya bermain Nadal yang menguras energi sangat besar selalu membuatnya kesulitan tampil di lapangan keras, seperti di Melbourne Park. ”Namun, itulah Rafa. Dia kerap memaksakan diri, melebihi limit kemampuannya seperti yang selalu dilakukan sepanjang kariernya,” ujar Wilander, petenis nomor satu dunia pada 1988. (AFP/AP)