Potensi Zion Williamson bagaikan matahari yang timbul dan tenggelam. Musim ini, Williamson menampilkan dirinya punya masa depan cerah di NBA, meneruskan gaya permainan legenda hidup Shaquille O’Neal.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Musim lalu, euforia malam draf NBA 2019 tersedot seluruhnya ke bocah remaja asal Universitas Duke, Zion Williamson, yang saat itu belum lagi berusia 19 tahun. Potensinya menyerap magnet perhatian super besar yang belum terlihat lagi sejak kehadiran LeBron James pada draft 2003. Mirisnya, potensi pemain bertubuh ”raksasa” ini sempat tenggelam dalam musim debut di New Orleans Pelicans.
Williamson hanya memainkan 24 laga musim lalu. Dia juga gagal mengantar Pelicans lolos playoff. Potensi besarnya yang terlihat di tingkat universitas seakan hilang begitu saja. Potensi ini direnggut cedera lutut yang menjadi masalah klasiknya dengan bobot tubuh sekitar 130 kilogram.
Akan tetapi, pemain yang terbilang bertubuh gempal untuk ukuran pebasket ini tidak menyerah begitu saja. Dia mencuri kembali lampu sorot pencinta basket pada musim ini. Williamson baru saja mencapai 1.000 poin hanya dalam 44 pertandingan ketika mencetak 18 poin dalam kemenangan Pelicans atas Indiana Pacers, 114-113, Sabtu (6/2/2021) pagi WIB, di Bankers Life Fieldhouse, Indianapolis.
Catatan tersebut sangat spesial. Dia mencatat rekor sebagai pemain kedua tercepat yang bisa mencetak 1.000 poin. Williamson hanya kalah dari legenda hidup NBA yang sering dijuluki mirip dirinya, Shaquille O’Neal (43 laga). Pemain yang kini berusia 20 tahun itu melampaui catatan yang bertahan lama milik pemain veteran, seperti Joel Embiid (48 laga) dan James (49 laga).
Dengan rekor ini, masa depan cerah menantinya. Williamson yang punya gaya main mirip O’Neal bisa mengikuti jejak kesuksesan sang legenda. Mereka sama-sama sangat mendominasi di area dekat keranjang. Tubuh tinggi besar membuat keduanya memainkan peran sebagai ”Si Perundung” di area dalam.
Pada laga melawan Pacers, Williamson menampilkan sosok perundungnya. Saat menciptakan poin ke-1.000, dia merundung pemain kecil lawan Justin Holiday dengan badan besarnya. Setelah menang beradu badan, Williamson dengan eksplosif menombok bola ke keranjang. Aksi itu mengembalikan memori ketika O’Neal masih bermain.
Potensinya bahkan diperkirakan bisa melampaui O’Neal. Banyak pengamat menilai pebasket kidal ini lebih dominan ketika berada di area dalam. Meski bertubuh gempal, Williamson sangat atletis dan memiliki kecepatan tinggi yang tidak dimiliki O\'Neal.
”Dia (Williamson) adalah pencetak angka terbaik di paint area yang pernah saya lihat. JJ Reddick (rekannya di Pelicans) berkata, semua orang ingin seperti Zion, bisa melakukan 15 kali lay-up dengan mudah setiap laga. Namun, tidak ada yang bisa selain dia. Reddick benar, dia akan terus mencetak angka dari paint,” kata pengamat ESPN, Brian Windhorst.
O’Neal dengan tinggi 2,16 meter lebih tinggi 15 sentimeter dari Williamson. Namun, pemain muda ini punya lompatan tinggi yang tidak dimiliki pemain besar kebanyakan. Saat di Universitas Duke, dia mencatat lompatan vertikal 114,3 cm. Lompatan itu bahkan lebih tinggi daripada pemain super atletis, seperti James (111,7 cm).
Kemampuan atletis pun menjadi senjata mematikan Williamson. Tidak hanya menyerang, ketika bertahan dia selalu menjadi momok setiap lawan. Lompatannya dengan jangkauan tangan bisa mencapai bagian paling atas papan basket. Dia sangat mudah mencetak poin lewat dunk dan mengeblok lawan saat bertahan.
Kelebihannya menjadikan Williamson pemain paling dominan selama 15 musim terakhir dalam catatan poin di area dalam. Musim ini, dia menghasilkan rata-rata 17,9 poin per laga hanya dari area dalam. Catatan tersebut melampaui rekor milik dua kali peraih Most Valuable Player beruntun asal Milwaukee Bucks, Giannis Antetokounmpo.
Dia adalah pencetak angka terbaik di paint area yang pernah saya lihat.
Dominasi itu pun membuatnya sebagai pemain dengan persentase akurasi lemparan tertinggi di liga, dengan catatan di atas 20 poin. Williamson sudah menghasilkan total 23,5 poin per laga dengan akurasi mencapai 59 persen.
Mantan pebasket NBA, Richard Jefferson, menilai, Williamson hanya perlu melakukan keahliannya mendominasi di area dalam. Dia tidak perlu cepat-cepat beradaptasi dengan tren liga yang mengandalkan lemparan tiga poin.
”Jika dia bisa mencetak 18 poin setiap kali dari area dalam, lakukan itu setiap malam. Tidak perlu mencari pembuktian dengan kemampuan lain. Fokus saja. Giannis saja bisa memenangkan MVP hanya dengan dominan dari area dalam,” ucapnya.
Meskipun demikian, kemampuan lemparan tiga angka Williamson juga tidak terlalu buruk. Dia membuat empat lemparan tiga angka dari empat upaya pada laga melawan San Antonio Spurs pada 23 Januari 2020.
Bencana cedera
Hal yang paling dikhawatirkan dari pebasket pilihan pertama draft 2019 ini adalah problem cedera. Cedera, terutama di bagian lutut dan engkel, sering menghantui sejak masih di universitas.
Kerentanan cedera tersebut adalah konsekuensi dari kondisi tubuhnya. Menurut Peter Weyand, profesor Fisiologi dan Biomekanik Universitas Georgia, berat tubuh Williamson membuat usaha yang dikeluarkan tubuhnya lebih besar daripada pemain lain.
Williamson membutuhkan tenaga dua kali lebih besar daripada Michael Jordan untuk melompat. Lompatan itu, dan saat mendarat, membuatnya lebih rentan cedera. Setiap lompatan akan sangat membebani lutut ataupun engkel.
”Saat melompat, Zion butuh tenaga seperti yang dikeluarkan atlet loncat galah. Bedanya, atlet loncat galah punya tubuh yang lebih ringan dua kali lipat,” kata Weyand dalam dokumentasi ESPN.
Menyadari hal itu, pemain asal North Carolina ini menurunkan beratnya hingga 11 kg. Dengan tubuh seberat 117 kg, Williamson tampak lebih nyaman dan tidak rentan cedera. Sampai saat ini, musim 2020-2021, dia sudah bermain 21 kali dari 22 laga Pelicans.
Bagi Williamson, hal terpenting saat ini adalah kemenangan tim. Rekor dan pencapaian pribadi tak berarti tanpa kemenangan. Adapun Pelicans dengan rekor kemenangan 45 persen semakin membaik dengan tiga kemenangan beruntun. ”Kami mulai memercayai satu sama lain, dalam bertahan dan menyerang. Ini akan jadi momentum kami untuk semakin membaik,” katanya. (AP)