Wajah-wajah Baru Menghidupi Keheningan ”Perang Bintang”
Perang bintang All-Star 2021 membawa wajah-wajah baru yang tampil mengejutkan pada awal musim, juga wajah lama yang hilang musim lalu.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
NBA All-Star yang biasa ramai dengan hiruk-pikuk pendukung terancam hening musim ini tanpa kehadiran penonton. Meski begitu, keseruan perang bintang tetap akan terjamin. Tahun ini, euforia datang dari persaingan wajah-wajah baru yang berebut tiket All-Star pertama mereka.
Akibat pandemi Covid-19, laga All-Star 2021 yang berlangsung rutin setiap tahun nyaris saja ditiadakan. Setelah pembahasan berulang kali, NBA akhirnya memutuskan ajang tahunan ini tetap digelar pada 7 Maret mendatang di Arena State Farm, Atlanta.
Perdebatan nama-nama kandidat pemain All-Star sedang terjadi di tengah pemungutan suara yang berjalan sejak akhir Januari sampai 16 Februari tersebut. Dari banyaknya kandidat, ada beberapa calon debutan perang bintang yang cukup mengejutkan.
Gebrakan terbesar datang dari Wilayah Timur. Nama forward muda Boston Celtics, Jaylen Brown (24), masuk dalam radar lima pemain utama, bersanding dengan megabintang lain, seperti Most Valuable Player (MVP) dua musim beruntun asal Milwaukee Bucks, Giannis Antetokounmpo.
Paul Pierce, legenda hidup Celtics, menilai Brown sangat pantas masuk ke dalam lima pemain mula yang mewakili Timur. ”Saya mencoba tidak bias meskipun itu tidak mungkin. Brown sangat luar biasa untuk Celtics di dua sisi (serangan dan bertahan). Dia memainkan musim All-Star tahun ini. Karena itu, Brown perlu dan harus ada di sana,” katanya dalam acara ”The Jump”.
Brown musim ini telah menghasilkan rata-rata catatan tertinggi dalam kariernya, 26,6 poin dan 5,6 rebound. Pemain musim kelima ini menopang Celtics di awal musim, tanpa bintang utama forward Jayson Tatum dan guard Kemba Walker, yang absen di beberapa laga. Bersamanya, Celtics sekarang menempati peringkat ke-4 dengan rekor kemenangan 55 persen (11-9).
Hal paling istimewa adalah peningkatan efisiensi lemparan Brown. Pebasket bertipe dua arah ini mencatatkan akurasi lemparan lapangan hingga di atas 50 persen dan lemparan tiga poin di atas 40 persen. Statistik tersebut menyandingkannya dengan penembak top liga.
Berdasarkan data Fivethirtyeight, lemparan jarak menengah Brown paling signifikan peningkatannya. Akurasi lemparannya sempat mencapai 56,8 persen, yang mayoritas dilakukan sambil mendribel bola. Sebagai pembanding, penembak jarak menengah terbaik di liga, Kevin Durant (Brooklyn Nets), tidak pernah melewati angka 55,1 persen dalam catatan sepenuh musim.
Pelatih Philadelphia 76ers Doc Rivers sudah dua kali memimpin timnya bertemu Brown musim ini. Dari pertemuan itu, dia melihat perkembangan signifikan dari sang pemain. ”Peningkatan terbesarnya adalah dalam melempar sambil dribel, lemparan tiga poin, semua caranya menuju keranjang. Ketika punya semua itu, Anda menjadi pemain menyerang lebih baik di liga. Dia telah memilikinya,” ucapnya.
Wajah baru yang juga menjadi kandidat kuat adalah guard bintang Chicago Bulls, Zach LaVine (25). Pemenang kontes Slam Dunk NBA dua kali, 2015 dan 2016, ini pun memainkan musim terbaiknya, memproduksi rata-rata 26,5 poin, 5,3 rebound, dan 5,2 asis.
Brown sangat luar biasa untuk Celtics di dua sisi. Dia memainkan musim All-Star tahun ini. Karena itu, Brown perlu dan harus ada di sana.
Hanya saja, LaVine tidak didukung kualitas tim memadai. Rekor kemenangan Bulls hanya 40 persen (8-12) musim ini, berada di bawah zona playoff. Hal tersebut yang bisa menipiskan peluangnya merasakan perang bintang pertama.
”Saya memang memainkan musim (seperti) All-Star. Namun, Anda juga butuh kemenangan dalam tim untuk menjadi All-Star. Itulah mengapa saya fokus membantu tim untuk menang terlebih dulu. Jika itu tercapai, sisanya pasti akan mengikuti,” ucap LaVine, dikutip ESPN.
Dari Wilayah Barat, guard andalan Utah Jazz, Donovan Mitchell, menjadi salah satu kandidat teratas. Pemain yang baru sekali terlibat dalam laga All-Star ini—sebagai cadangan pada musim lalu—berpotensi besar masuk ke skuad utama. Penampilannya dengan 23,3 poin dan 4,6 asis membantu Jazz menjadi tim dengan rekor kemenangan terbaik di NBA, 76,2 persen (16-5).
Meski begitu, pengamat NBA, Kendrick Perkins, menilai Mitchell belum pantas bersanding dengan pemain veteran lain di Barat. ”Ketika melihat Jazz, mereka punya kedalaman tim yang bagus. Ada 6-7 pemain yang bisa menghasilkan poin dua digit. Karena itu, dia tidak terlalu krusial,” jelasnya.
Wajah hilang
Di antara wajah baru, beberapa megabintang juga berpeluang kembali meramaikan All-Star. Misalnya, dua sahabat Durant dan Stephen Curry (Golden State Warriors) yang absen musim lalu karena cedera panjang. Musim ini mantan rekan setim ini mendominasi liga dengan berada di lima besar pencetak poin terbanyak.
Menurut ESPN, laga bintang musim ini akan kembali ke aturan konvensional, yaitu tim Barat melawan Timur. Adapun tiga musim sebelumnya, pemain terbaik kedua wilayah dicampur. Mereka akan dipilih tergantung oleh kapten tim, pemain dengan suara terbanyak.
Dengan begitu, Curry dan Durant kemungkinan besar akan saling berhadapan di perang bintang. Laga ini menghadirkan imajinasi hujan lemparan dari tim Barat maupun Timur, yang akan menghasilkan banjir poin.
Tentunya meski ada ataupun tanpa penonton, NBA All-Star 2021 akan mencatat kisahnya sendiri dalam sejarah. Sebuah kisah yang akan dikenang, seperti keseruan perang bintang musim lalu, yang ditujukan untuk mengenang mendiang Kobe Bryant. (AP)