Atlet Terancam Tidak Berlomba hingga Pertengahan Tahun
Awan kelam menaungi atlet atletik nasional. Mereka terancam tak mengikuti perlombaan karena kualifikasi Olimpiade dan kejuaraan tunggal dibatalkan hingga pertengahan tahun ini.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Awan kelam menaungi atlet atletik pelatnas, kecuali pelari 100 meter andalan Indonesia Lalu Muhammad Zohri, yang sudah pasti lolos ke Olimpiade Tokyo. Para atlet atletik terbaik itu terancam akan melanjutkan hari-hari tanpa perlombaan sejak awal hingga pertengahan 2021, karena kualifikasi Olimpiade Tokyo maupun kejuaraan tunggal lainnya dibatalkan hingga Juni-Juli.
”Ini bakal menjadi dua tahun yang sangat berat untuk kami. Setelah sepanjang tahun lalu tidak mengikuti perlombaan, setengah tahun ini, kemungkinan besar kami pun tidak akan mengikuti perlombaan. Karena, kualifikasi Olimpiade Tokyo maupun kejuaraan tunggal lainnya dibatalkan sampai Juni-Juli nanti,” ujar pelari 100 meter gawang putri andalan Indonesia Emilia Nova saat ditemui di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Kamis (4/2/2021).
Setelah Zohri melampaui limit waktu Olimpiade Tokyo (10,05 detik), PB PASI menargetkan menambah atlet yang lolos ke Olimpiade Tokyo (Zohri mencatat waktu 10,03 detik ketika meraih perunggu di ajang Seiko Golden Grand Prix 2019 di Osaka, Jepang). Mereka menggantungkan harapan kepada empat atlet lain, yakni Emilia, Sapwaturrahman di lompat jauh, Halomoan Edwin Binsar di lari 400 meter gawang, dan Alvin Tehupeiory di lari 100 meter putri.
Namun, Emilia mengatakan, dirinya telah mendapatkan informasi bahwa kualifikasi Olimpiade Tokyo sudah tidak ada lagi. Jadi, atlet yang lolos ditentukan berdasarkan peringkat dunia terakhirnya, atau prestasi terbaik terakhirnya. Sisanya adalah wildcard. Kondisi semakin sulit karena kejuaraan tunggal lainnya juga tidak ada lagi, minimal sampai pertengahan tahun ini.
Ini sangat merugikan atlet. Selain peluang untuk lolos langsung ke Olimpiade Tokyo sudah tertutup, kami juga sangat bosan karena hanya berlatih setiap hari tanpa punya tujuan jelas, yakni kejuaraan sebagai tempat evaluasi.
”Ini sangat merugikan atlet. Selain peluang untuk lolos langsung ke Olimpiade Tokyo sudah tertutup, kami juga sangat bosan karena hanya berlatih setiap hari tanpa punya tujuan jelas, yakni kejuaraan sebagai tempat evaluasi. Padahal, kami juga sangat butuh kejuaraan untuk menguji mental dan kesiapan sebelum ikut kejuaraan-kejuaraan lain, seperti SEA Games 2021 Vietnam di akhir tahun ini,” kata peraih perak lari 100 meter gawang putri Asian Games 2018 Jakarta-Palembang itu.
Butuh kepastian
Pelatih lari gawang PB PASI Fitri ”Ongky” Haryadi menuturkan, kini, atlet maupun pelatih butuh kepastian mengenai wildcard atlet ke Olimpiade Tokyo. Biasanya, wildcard itu diberikan untuk atlet putra dan putri dari setiap negara. Namun, kalau sudah ada salah satu atlet yang lolos langsung, maka negara itu akan hanya mendapatkan satu wildcard.
Saat ini, Indonesia sudah meloloskan satu atlet atletik putra ke Olimpiade Tokyo, yakni Zohri. Maka itu, kemungkinan besar, wildcard untuk Indonesia diberikan kepada atlet putri antara Emilia atau Alvin. ”Ini perlu dipastikan segera paling tidak Maret ini. Tujuannya, supaya masih ada cukup waktu untuk menyiapkan atlet ke Olimpiade. Kalau memang tidak dikirim (bukan Emilia yang dikirim), maka kami bisa langsung fokus ke SEA Games 2021,” tuturnya.
Adapun Ongky punya target tinggi untuk Emilia di Olimpiade Tokyo maupun SEA Games 2021. Di Olimpiade Tokyo, dirinya ingin Emilia bisa mencatat rekor nasional baru lari 100 meter gawang putri. Sekarang, waktu terbaik Emilia di nomor itu 13,33 detik kala meraih perak di Asian Games 2018 sedangkan rekornas masih milik Dedeh Erawati dengan waktu 13,18 detik di Taiwan Terbuka 2012.
Di SEA Games 2021, Ongky ingin Emilia bisa mempertahankan emas lari 100 meter gawang putri yang diraih pada SEA Games 2019 Filipina dan meningkatkan prestasi menjadi emas saptalomba putri setelah hanya meraih perak dalam SEA Games 2017 Malaysia. ”Sebagai pelatih, saya ingin prestasi terbaik untuk atlet saya di setiap kejuaraan,” ujar Ongky.
Pelatih kepala PB PASI Eni Nuraini yang lebih fokus menangani sprinter menyampaikan, untuk mengakali ketiadaan kejuaraan selama setengah tahun ini, dirinya akan lebih banyak melaksanakan simulasi perlombaan secara internal di pelatnas. Tujuannya, agar atlet tidak bosan dan tetap punya prestasi untuk meraih hasil terbaik.
”Perlombaan internal ini juga penting untuk Zohri sebelum tampil di Olimpiade Tokyo. Walaupun masih belum pulih total dari cedera, Zohri tetap perlu merasakan persaingan dalam lomba. Itu agar mentalnya sudah terasa sebelum berlomba di Olimpiade,” terang Pelatih Atletik Terbaik Asia 2019 tersebut.