Inter Milan berada di ujung tanduk dalam misi meraih trofi Piala Italia musim ini. ”Si Ular Besar” gagal memanfaatkan keuntungan bermain di kandang karena tumbang dalam laga semifinal perdana melawan Juventus.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MILAN, RABU — Pelatih Inter Milan Antonio Conte belum berdamai dengan kegagalan. Kekalahan Inter dari Juventus pada laga pertama semifinal Piala Italia di Stadion Giuseppe Meazza, Milan, Rabu (3/2/2021) dini hari WIB, membuat Conte kembali mempermasalahkan kondisi finansial klub yang tidak mampu menghadirkan pemain baru di jendela transfer musim dingin.
Tumbang di kandang sendiri pada semifinal Piala Italia meninggalkan kekesalan mendalam bagi Conte. Meskipun Inter masih berpeluang membalas kekalahan 1-2 dari Juve pada laga kedua di Stadion Allianz Arena, pekan depan, mantan pelatih tim nasional Italia itu paham anak asuhannya butuh keajaiban untuk meraih satu tiket ke babak final.
Meskipun pada laga kedua sudah bisa memainkan Achraf Hakimi dan Romelu Lukaku yang absen di Milan akibat hukuman akumulasi kartu kuning, Conte harus kehilangan Arturo Vidal dan Alexis Sanchez karena alasan suspensi serupa.
Pengalaman di musim lalu masih membekas bagi Conte ketika Inter tumbang di kandang dari Napoli pada laga pertama semifinal Piala Italia. Meskipun bermain dominan di dua laga, tim berjuluk ”Si Ular Besar” itu harus mengakui keunggulan Napoli dengan agregat, 1-2. Napoli akhirnya meraih trofi Piala Italia edisi 2019-2020.
Dalam laga melawan Juve, Conte menilai, Inter bermain jauh lebih baik dibandingkan skuad ”Si Nyonya Besar”. Hanya saja, keberuntungan menjauhi timnya. ”Penampilan kami luar biasa, kami membuat Juventus berada di dalam perangkap permainan kami. Kekalahan 1-2 ini tentu amat mengecewakan karena kami seharusnya pantas mendapat hasil yang lebih baik,” ujar Conte kepada Rai Sport.
Inter unggul lebih dulu lewat gol Lautaro Martinez setelah menerima umpan Nicolo Barella pada menit ke-9. Berselang 17 menit, Cristiano Ronaldo menyamakan kedudukan lewat sepakan penalti. Lampu sorot di San Siro akhirnya bersinar terang ke arah Ronaldo setelah bintang asal Portugal itu mencetak gol kedua pada menit ke-35.
Setelah tertinggal, Inter memang tampil dengan zona pertahanan tinggi, tetapi pola permaian itu tidak membuat Inter lebih superior dibandingkan dengan tim tamu. Sebagai gambaran, Juve justru menguasai lebih banyak menguasai bola, yakni sebanyak 52 persen. Si Nyonya Besar juga mencatatkan 496 operan, sedangkan Inter melakukan 458 operan.
Inter unggul dari total akumulasi tembakan dengan 11 tembakan, sedangkan Juve melakukan 10 tembakan. Namun, serangan Juve lebih terarah dengan enam tembakan yang mengancam gawang Inter yang dikawal Samir Handanovic, sedangkan Inter tercatat membuat lima tembakan ke arah gawang Gianluigi Buffon.
Tidak sehat
Conte menuding, kambing hitam atas kekalahan itu adalah kondisi finansial klub yang mulai tidak sehat. Berdasarkan laporan Sky Sport Italia, Grup Suning, pemilik Inter asal China, mulai menjajaki untuk menjual saham minoritas demi mendapatkan dana segar. Sayangnya, rencana itu harus tertunda karena proses negosiasi dengan firma investasi asal Inggris, BC Partners, dalam dua bulan terakhir menemui jalan buntu.
”Kami memulai proyek besar di awal musim ini untuk membawa klub ini berprestasi. Tetapi, proyek ini secara mendasar harus berakhir sejak Agustus seiring kondisi (finansial) klub,” ujar Conte seperti dikutip Corriere dello Sport.
Protes Conte terkait kondisi keuangan klub bukan hal baru. Di paruh kedua musim lalu, Conte juga mengeluhkan kurangnya dukungan finansial pada dirinya demi menghadirkan pemain baru di bursa transfer musim dingin 2020. Padahal, saat itu Inter memboyong gelandang serang, Christian Eriksen, dari Tottenham Hotspur. Pada musim 2019-2020, Inter finis di posisi kedua dan tersingkir di semifinal pada ajang Piala Italia dan Liga Europa.
Di awal musim ini, manajemen Inter berusaha memberikan kenyamanan kepada Conte dengan menghadirkan Achraf Hakimi dan Arturo Vidal, dua pemain yang menjadi incaran Conte. Inter menjelma menjadi pesaing utama scudetto dengan berada di posisi kedua hingga pekan ke-20. Akan tetapi, Inter harus gugur di fase grup Liga Champions, kemudian berpotensi kembali gagal menembus final Piala Italia.
Kami memulai proyek besar di awal musim ini untuk membawa klub ini berprestasi. Tetapi, proyek ini secara mendasar harus berakhir sejak Agustus seiring kondisi (finansial) klub.
Direktur La Gazzetta dello Sport Stefano Barigelli menilai, kedua tim bermain seimbang dalam dua babak. Juve bermain lebih baik di babak pertama, sedangkan Inter tampil lebih dominan di paruh kedua laga.
”Tidak seharusnya Conte mempermasalahkan kondisi internal karena Grup Suning pun tidak secara terbuka mengakui adanya masalah finansial. Ia seharusnya mempersiapkan proyek secara matang dengan pemain yang tersedia,” kata Barigelli.
Belum berakhir
Meskipun telah mencuri kemenangan di San Siro, gelandang Juve, Adrien Rabiot, menganggap laga semifinal belum berakhir. Menurut Rabiot, Inter akan berjuang lebih keras untuk membalas kekalahan di laga pertama.
”Pertandingan kedua di kandang akan berjalan lebih sengit. Kami harus membuktikan diri sekali lagi bahwa kami pantas mengamankan satu tempat di partai puncak,” ucap Rabiot seperti dilansir Tuttosport.
Hal senada disampaikan pula oleh Pelatih Juve Andrea Pirlo. Ia memuji konsentrasi penuh yang ditunjukkan semua pemainnya demi meraih kemenangan atas Inter. ”Kami baru menyelesaikan laga pertama, kami belum meraih apa pun. Laga ini menunjukkan, kami telah memahami kekuatan kami yang sesungguhnya,” kata Pirlo. (AFP)