Klub-klub Liga Inggris menghadapi dua rintangan dalam mendapatkan pemain yang diinginkan, yaitu pandemi dan Brexit. Mereka kini harus lebih jeli dan selektif dalam mencari pemain.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LONDON, SELASA — Tekanan finansial yang dirasakan klub-klub Liga Inggris akibat pandemi Covid-19 terlihat di bursa transfer pemain musim dingin yang berlangsung selama Januari 2021. Aktivitas transfer sepi karena klub memilih berhemat dan mendatangkan pemain baru dengan status pinjaman.
Pada hari terakhir sebelum bursa transfer ditutup pada Senin (1/2/2021) pukul 23.00, atau Selasa (2/2/2021) pukul 06.00 WIB, tercatat hanya ada sembilan transfer. Sebanyak enam di antaranya merupakan transfer pemain dengan status pinjaman, hanya tiga pemain yang pindah dengan status dibeli.
Pembelian termahal pada hari terakhir dilakukan Brighton and Hove Albion yang memboyong Moises Caicedo dari Independiente del Valle, klub di Ekuador, senilai 4 juta pounds atau Rp 76,6 miliar. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan harga pemain baru Manchester United, Amad Diallo, yang didatangkan dari Atalanta pada awal Januari senilai 36 juta pounds (Rp 690 miliar).
Nilai transfer pada Januari ini pun menurun drastis jika dibandingkan dengan nilai transfer bursa musim dingin tahun lalu, dari 230 juta pounds (Rp 4,4 triliun) menjadi 70 juta pounds (Rp 1,3 triliun). Berdasarkan data dari perusahaan audit Deloitte, ini adalah jumlah nilai transfer terendah sejak 2012, yang tercatat sebesar 60 juta pounds.
Hilangnya daya beli klub di bursa transfer menjadi dampak dari pandemi Covid-19 yang menghantam industri sepak bola di Eropa. Klub-klub sudah kehilangan pendapatan dari penjualan tiket di stadion dan mengandalkan pendapatan dari hak siar televisi. Pengurangan pendapatan yang diderita 20 klub terkaya di dunia dalam dua musim ini mencapai lebih dari 2 miliar euro (Rp 33,7 triliun).
Pakar keuangan olahraga dari Universitas Sheffield Hallam, Dan Plumley, berusaha memperingatkan. ”Dampak dari pandemi Covid-19 terhadap keuangan di industri sepak bola terus berlanjut. Keadaan masih akan memburuk sebelum semuanya mulai membaik,” kata Plumley, seperti dikutip The Athletic.
Perubahan aturan keimigrasian akibat keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) membuat persoalan menjadi tambah rumit. Pemain dari negara-negara Uni Eropa tidak lagi leluasa masuk dan bergabung ke klub Liga Primer karena mereka harus mendapatkan Governing Body Endorsement (GBE) atau dukungan dari Asosiasi Sepak Bola Inggris.
”Saya sudah menemukan tiga pemain yang bisa bergabung dan mereka tidak diizinkan datang. Sungguh mengecewakan,” kata Manajer West Bromwich Albion Sam Allardyce. Dengan demikian, ada dua rintangan dalam mendapatkan pemain yang diinginkan, yaitu pandemi dan Brexit.
Klub ubah cara
Krisis finansial ini membuat mengubah cara memperkuat skuadnya di tengah keterbatasan dana. Klub tidak lagi memburu pemain mahal yang sudah matang, tetapi mencari pemain-pemain yang selama ini tidak terlihat, atau dari liga kasta lebih rendah, tetapi terbukti berkualitas.
Dampak dari pandemi Covid-19 terhadap keuangan di industri sepak bola terus berlanjut. Keadaan masih akan memburuk sebelum semuanya mulai membaik.
Fenomena ini terlihat pada hari terakhir bursa transfer Januari ketika Liverpool memburu bek Preston North End (klub Divisi Championship), Ben Davies, seharga 2 juta pounds (Rp 38 miliar). ”Pada situasi normal, kami tidak akan mencari pemain ke Preston,” kata Manajer Liverpool Juergen Klopp.
Pemain-pemain dari Divisi Championship atau liga di bawah Liga Primer menyediakan banyak talenta dengan harga yang lebih terjangkau. Namun, klub calon pembeli harus lebih jeli mengukur hasil investasi yang akan diperoleh dengan membeli pemain tertentu.
Everton, misalnya, mengincar penyerang Joshua King dari Bournemouth untuk alasan tertentu. Sebagai penyerang, King belum mencetak satu gol pun untuk Bournemouth pada musim ini meski sudah tampil dalam 12 laga. Manajer Everton Carlo Ancelotti menegaskan bahwa ia membutuhkan King bukan untuk mencetak gol.
”Kami memboyong King karena kualitasnya. Ia pemain yang tangguh dan cepat. Dengan memiliki King, kami akan punya banyak opsi di lini serang,” kata Ancelotti, seperti dikutip BBC. Everton mendatangkan King dengan kontrak jangka pendek hingga akhir musim ini. Namun, King masih punya opsi untuk memperpanjang kontraknya.
Kejelian dalam memilih kualitas pemain inilah yang bisa menjadi pembeda dari setiap klub dan manajer selama paruh musim kedua. Dengan pemain yang ”murah”, manajer di Liga Primer dituntut untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
Hal tersebut bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan. Chelsea sudah menjadi contoh klub yang boros membeli pemain pada awal musim, tetapi sempat terpuruk dan harus memecat manajer (Frank Lampard). Pemain-pemain baru yang mahal belum bermain seperti yang diharapkan. (AFP/REUTERS)