Sergio Perez menempuh jalan panjang dan berliku untuk menjadi pebalap Formula 1. Perez muda yang dijuluki ”Bocah Meksiko Ajaib”, berulang kali ingin meninggalkan dunia balap. Namun, dukungan keluarga menguatkan Perez.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
MILTON KEYNES, SENIN — Karier balap Sergio Perez berdiri di atas spirit ”la familia”. Pada masa-masa sulit di awal karier balapnya, keluarga selalu berada di belakang Perez, memberi suntikan motivasi untuk tidak menyerah. Perez muda berulang kali ingin mencampakkan mimpinya menjadi pebalap Formula 1 karena realita tak seindah angan. Tempaan mental itulah yang menguatkan Perez melalui masa sulit hingga bisa memasuki musim ke-11 di Formula 1.
Pebalap Meksiko itu telah melewati berbagai ujian berat yang menguatkan dirinya saat berada di masa krisis. Langkah fenomenal yang pernah dia lakukan adalah mengajukan petisi saat Force India mengalami masalah finansial pada 2018. Langkah itu membuat Force India masuk ke ranah tata usaha sehingga bisa memuluskan penjualan tim dan menyelamatkan sekitar 400 karyawan.
Force India kemudian mendapat investor baru dan beralih nama menjadi Racing Point Force India, dan mulai 2019 menjadi Racing Point. Perez membalap di tim itu hingga musim 2020. Dia meninggalkan tim yang sudah dia bela selama enam musim karena manajemen mengubah strategi seiring perubahan nama menjadi Aston Martin mulai 2021. Kembalinya Aston Martin ke Formula 1 itu diiringi dengan perekrutan juara dunia empat kali, Sebastian Vettel, untuk mendapatkan sorotan publik yang besar. Konsekuensinya, Perez harus meninggalkan Racing Point yang diumumkan pada September lalu.
Dia sempat berada dalam ketidakpastian karena belum mendapat tim untuk musim 2021. Karier balapnya di ujung tanduk. Namun, kekuatan pikiran yang dia tempa sejak meniti karier, membuat dia bisa tampil brilian pada musim 2020 hingga dilirik oleh Red Bull Racing. Perez memenangi seri Sakhir dan menunjuk,an kemampuan tinggi saat finis kedua di Turki. Dia pun menjadi pilihan logis Red Bull untuk menggantikan Alexander Albon mulai musim 2021.
Perez yang sempat merasa kecewa mampu bangkit dan menunjukkan dirinya bisa kompetitif. Mentalitas itu merupakan buah dari jalan panjang dan berliku yang sudah dia lalui sejak merantau ke Eropa saat mengikuti Formula BMW pada 2005. Perez yang baru berusia 15 tahun mengalami masa-masa sulit saat tinggal di Jerman, jauh dari kehangatan keluarganya di Meksiko.
”Saya harus pindah ke Jerman dan saya merasa kesepian, di dalam budaya yang sangat berbeda dari Meksiko. Saya harus berterima kasih kepada keluarga saya yang melibatkan diri dan meyakinkan saya untuk bertahan,” ujar Perez dalam program Talking Bull Podcast, akhir Januari lalu.
”Pada awal karier, saya beberapa kali memikirkan tentang pensiun,” ujar Perez. ”Pada beberapa kesempatan dalam karier, saya memikirkan untuk berhenti. Ketika pindah ke Jerman untuk balapan di Formula BMW, saya berpikir dua balapan Formula 1 akan digelar di sana, bahwa saya akan berteman dengan semua pebalap, dan karena itu saya akan bersenang-senang. Kemudian saya pergi ke sana dan menyadari betapa berbeda harapan saya dengan kenyataan,” ujar Perez yang tinggal di sebuah kota kecil.
Saya harus pindah ke Jerman dan saya merasa kesepian, di dalam budaya yang sangat berbeda dari Meksiko. Saya harus berterima kasih kepada keluarga saya yang melibatkan diri dan meyakinkan saya untuk bertahan.
Menumpang
Dalam laman personalnya, Perez menyebutkan dirinya tidak bisa berbahasa Jerman dan tak memiliki tempat untuk tinggal di sana. Itulah mengapa dia selama beberapa bulan menumpang tinggal di sebuah restoran milik kepala tim yang dia bela, 4Speed Media. ”Sergio sangat ingin pulang, dia merindukan keluarganya, rumahnya, dan hewan peliharaannya,” tulis deskripsi singkat karier Perez di laman sergioperez.mx.
”Saya menemukan diri saya tiba-tiba sendirian. Beberapa kali saya berpikir bahwa Formula 1 terlalu jauh dari jangkauan, bahwa saya harus pulang dan memulai kehidupan yang lebih normal. Saat itulah keluarga saya melibatkan diri dan meyakinkan saya untuk bertahan. Selanjutnya, tekad saya yang bekerja,” ujar Perez yang musim 2021 ini menjadi rekan setim Max Verstappen.
Bergabung dengan Red Bull Racing merupakan sesuatu yang besar bagi Perez karena dia akan mendapat mobil yang kompetitif untuk reguler berada di podium. Tim yang awalnya disebut ”Tim Pesta” itu kini telah menjadi tim elite dan konsisten mengusik dominasi Mercedes di era mesin turbo hibrida. Perez pun bertekad untuk melampaui harapan dalam musim pertamanya bersama Red Bull.
”Berada di sini adalah sesuatu yang luar biasa, saya tidak berpikir saya bisa berada di sini karena saya bukan bagian dari program yunior. Ini kesempatan yang telah saya nantikan selama 15 tahun, saya merasa siap dan ingin memanfaatkan itu,” ujar Perez kepada Sky Italia.
”Red Bull adalah merek fantastis. Saya pikir, tidak memiliki kesempatan berada di sini. Namun, ketika kesempatan ini muncul, saya menyambutnya, ini mimpi yang menjadi kenyataan,” kata Perez.