Performa Meyakinkan di Karlsruhe, Sinyal Positif Olimpiade Tokyo
Sejumlah atlet atletik elite dunia tampil mengesankan dalam kejuaraan "indoor" Tur Emas World Athletics di Jerman. Aksi mereka menjadi sinyal positif bahwa Olimpiade Tokyo sangat mungkin digelar saat pandemi.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
KARLSRUHE, SABTU — Sejumlah atlet atletik elite dunia tampil mengesankan dalam kejuaraan indoor Tur Emas World Athletics edisi pertama di Karlsruhe, Jerman, Jumat (29/1/2021) malam. Secara keseluruhan, aksi memikat para bintang atletik dunia di kejuaraan itu menjadi sinyal positif bahwa gelaran Olimpiade Tokyo sangat mungkin digelar di masa pandemi ini.
Merujuk Swr.de dan Sportschau.de, kejuaraan indoor Tur Emas World Athletics Karlsruhe menjadi seri pertama dari lima seri yang ada. Sebanyak 130 atlet dari 37 negara mengikuti kejuaraan yang berlangsung di selatan Jerman tersebut. Mereka terbagi dalam 12 nomor perlombaan, yakni enam putra dan enam putri.
Di nomor putri, terdiri dari lari 60 meter, lari gawang 60 meter, lari 1.500 meter, lari 3.000 meter, lompat jangkit, dan tolak peluru. Nomor putra meliputi lari gawang 60 meter, lari 400 meter, lari 800 meter, lari 3.000 meter, lompat jauh, dan loncat galah.
Kejuaraan berlangsung dalam protokol kesehatan ketat. Jumlah atlet dibatasi. Para peserta dan semua perangkat dalam perlombaan harus menjalankan tes usap sebelum ke Karlsruhe. Kemudian, mereka masuk gelembung atau tempat isolasi guna meminimalkan interaksi. Ajang pun digelar tanpa penonton dan awak media. Semua perlombaan disiarkan melalui televisi ataupun media sosial.
Kejuaraan tetap berjalan dengan sengit. Para peserta yang sebagian besar atlet top dunia bersaing ketat. Terbukti, walau belum ada rekor dunia baru yang lahir, hasil perlombaan menunjukkan catatan yang meyakinkan. Tak sedikit hasil yang dicapai sejumlah atlet mendekati catatan terbaiknya secara personal.
Hal itu terlihat dari performa memikat dari sprinter putri andalan Inggris, Dina Asher-Smith, dan peloncat galah legendaris asal Perancis, Renaud Lavillenie. Asher-Smith meraih emas nomor 60 meter putri dengan waktu 7,08 detik. Ada dua hal yang dicapai Asher-Smith dari prestasi tersebut.
Bagi Asher-Smith, itu emas pertamanya setelah tiga tahun absen dari kejuaraan indoor dan emas pertama di level internasional setelah setahun tidak berlombaan di luar negeri karena pandemi Covid-19. Adapun catatan waktu yang dicapai itu menyamai catatan pribadi terbaiknya, yakni 7,08 detik dalam penyisihan kejuaraan indoor Glasgow, Skotlandia pada 2018 dan ketika meraih perak kejuaraan indoor Eropa di Praha, Ceko pada 2015.
Jelas, ini tahun yang aneh dan lama sejak saya terakhir berkompetisi di panggung internasional (di Kejuaraan Dunia 2019). Jadi, saya tidak tahu harus mengharapkan apa. Tetapi, untuk membuka musim ini dengan catatan waktu seperti ini, bagi saya itu hasil sangat bagus.
”Jelas, ini tahun yang aneh dan lama sejak saya terakhir berkompetisi di panggung internasional (di Kejuaraan Dunia 2019). Jadi, saya tidak tahu harus mengharapkan apa. Tetapi, untuk membuka musim ini dengan catatan waktu seperti ini, bagi saya itu hasil sangat bagus,” ujar peraih dua emas di Kejuaraan Atletik Dunia 2019 tersebut dikutip European-athletics.com, Sabtu (30/1/2021).
Grafik meningkat Lavillenie
Sementara itu, Lavillenie meraih emas nomor loncat galah dengan loncatan 5,95 meter. Loncatan itu masih jauh dari rekor terbaiknya 6,16 meter, yang menjadi rekor dunia selama 2014-2020 sebelum dipecahkan oleh Armand Duplantis, dengan loncatan 6,18 meter.
Tinggi loncatan di Karlsruhe itu cukup progresif dibandingkan tatkala Lavillenie meraih emas dengan 5,92 meter, dalam kejuaraan di Bordeaux, Perancis dua minggu lalu.
Di masa pandemi Covid-19, Lavillenie lebih banyak menjalani kejuaraan lokal di negaranya. Namun, grafik meningkat dari kejuaraan di Bordeaux dan Karlsruhe itu menunjukkan performa atlet berusia 34 tahun tersebut tetap stabil. Bahkan, raihannya di Karlsruhe menjadi yang terbaik di dunia untuk tahun ini.
”Di Bordeaux dua minggu lalu, saya mampu melampaui 5,92 meter yang benar-benar bagus dan kali ini mencapai 5,95 meter, jelas itu tidak terduga. Saya sudah dalam jalur yang baik dan saya tahu saya bisa melewati enam meter dalam musim dingin ini, tetapi tidak tahu kapan dan di mana,” kata peloncat galah yang terakhir mencapai tinggi 5,95 meter di final Olimpiade 2016 dikutip European-athletics.com, Sabtu.
Olimpiade Tokyo
Capaian yang cukup stabil dari sejumlah atlet itu menujukkan bahwa atlet tetap bisa menjaga level kemampuannya dan kejuaraan dengan kualitas dunia tetap bisa digelar walaupun pandemi belum berakhir. Ini menjadi sinyal positif untuk Olimpiade Tokyo, walau level kejuaraan indoor Tur Emas World Athletics tidak sebanding dengan Olimpiade.
Sejauh ini, walau Komite Olimpiade Internasional dan Komite Olimpiade Nasional Jepang telah memastikan bahwa Olimpiade Tokyo tetap digelar 23 Juli-8 Agustus, masih banyak pihak yang tidak yakin Olimpiade Tokyo bisa tetap dilaksanakan. Pasalnya, wabah Covid-19 masih berkecamuk, terutama di Jepang sehingga masyarakat menyarankan Olimpiade ditunda atau dibatalkan.
Berkaca dari kejuaraan indoor Tur Emas World Athletics di Karlsruhe, kejuaraan elite tetap bisa berjalan asal panitia menyiapkan dengan matang dan menjalankan protokol kesehatan ketat. Dengan kapasitas Jepang sebagai negara maju, sangat mungkin Negeri Sakura itu menjalankan Olimpiade dalam suasana wabah.
”Penolakan terhadap Olimpiade telah bermunculan. Tetapi, kalau Anda melihat lebih luas, tetap ada kesempatan ajang itu digelar. Saya pribadi berharap Olimpiade bisa terus berlanjut,” tutur pelari Jerman Gesa Krause, yang finis kelima dalam nomor 1.500 meter putri di Karlsruhe dikutip Swr.de.