Zlatan Ibrahimovic menjadi sosok paling "berdosa" ketika AC Milan takluk dalam derbi melawan rival sekotanya, Inter, di laga Piala Italia lalu. Laga melawan Bologna menjadi momen sempurna baginya untuk menebus dosa.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
BOLOGNA, JUMAT – Zlatan Ibrahimovich, striker veteran AC Milan, telah merugikan tim lewat kartu merah dan ucapan tidak pantas pada derbi Milan di Piala Italia, Rabu lalu. Setelah meminta maaf atas kesalahan tersebut, Ibra didukung seluruh “pasukan” Milan untuk menebus dosa dalam laga selanjutnya.
Ibra, layaknya seorang juara sejati, langsung meminta maaf kepada tim seusai kekalahan dari Inter, pada perempat final Piala Italia. Seperti diungkapkan Pelatih AC Milan Stefano Pioli, seisi tim pun meresponsnya dengan baik.
Bagi rekan-rekannya, Ibra sudah dianggap seperti sosok “Tuhan”. Karena itu, mereka berkomitmen mendukung apa pun yang dilakukan penyerang 39 tahun tersebut. “Tuhan (Ibra) selalu didukung oleh serdadunya (pemain lain),” cetus bek kiri Milan, Theo Hernandez, di akun Twitter-nya.
Solidaritas ini menjadi dorongan besar untuk “Si Merah Hitam” yang mengandalkan kolektivitas sebagai senjata utama. Apalagi, mereka akan bertandang ke markas Bologna, Stadion Renato Dall\'Ara, dalam lanjutan Liga Italia Serie A, pada Sabtu (30/1/2021) malam WIB.
Dukungan tim melenyapkan kekhawatiran rusaknya keharmonisan tim. Rasa khawatir tersebut muncul akibat tindakan Ibra. Hal paling disesalkan, Ibra mendapat kartu merah ketika Milan tengah unggul, 1-0.
Pertengkaran dengan Lukaku
Setelah bermain dengan 10 pemain, Milan tak mampu menahan gempuran Inter. Mereka pun kalah, 1-2, dari rival sekotanya sekaligus pesaing juara di Liga Italia itu. Hasil itu membuat Ibra dan rekan-rekan kalah dua kali beruntun, di seluruh kompetisi, untuk pertama kalinya pada musim ini.
Hal yang paling menjadi sorotan adalah pertengkaran Ibra dengan penyerang Inter, Romelu Lukaku. Mantan rekan setim di Manchester United ini saling bertukar hinaan. Ibra diduga menyampaikan hinaan rasial yang membuat Lukaku amat geram.
Setelah menjadi pecundang dalam semalam, Ibra akan kembali mengukuhkan dirinya sebagai pahlawan Milan. Tuan rumah Bologna berpotensi jadi korban motivasi berlipat striker yang sudah mengoleksi 12 gol ini.
Ibra berkata kepada Lukaku untuk memakai ilmu hitam “voodoo”. Permainan api sang veteran ini merembet ke segala arah. Setelah pertandingan, dia sampai dipanggil langsung menghadapi para petinggi Milan untuk menjelaskan ucapannya tersebut.
Beruntung, Ibra lolos dari hukuman klub setelah menjelaskan perkataannya bukanlah hinaan rasial. “Di dunia Zlatan, tidak ada ruang untuk rasialisme. Kami semua sama dan seimbang,” jelasnya di media sosial.
Menurut Sky Sport Italia, ucapan striker jangkung ini tidak bermuatan rasialisme. Dia hanya mengutip hinaan tersebut dari pemegang saham utama Everton, Farhad Moshiri, pada 2018. Moshiri menuduh Lukaku menolak kontrak baru dari klub karena pesan “voodoo”.
Percikan api tersebut bisa saja membakar skuad Milan, mengingat banyaknya pemain kulit hitam dalam skuad asuhan Pioli. Untungnya, "kebakaran" ini cepat padam setelah klarifikasi dari Ibra maupun tepisan dugaan rasis dari mantan rekan setimnya, Paul Pogba.
Harus fokus
Masalah Ibra sudah selesai. Milan tidak punya waktu lagi untuk mengurus persoalan tersebut. Pemuncak klasemen sementara Liga Italia ini harus fokus lagi memenangkan laga, jika ingin juara musim ini. Di belakang mereka, Inter sudah menunggu dengan terpaut hanya dua poin.
Setelah menjadi pecundang dalam semalam, Ibra akan kembali mengukuhkan dirinya sebagai pahlawan Milan. Tuan rumah Bologna berpotensi jadi korban motivasi berlipat striker yang sudah mengoleksi 12 gol ini.
Baca juga : Ibra Datang, Milan pun Menang
Ibra tidak perlu seribu kata untuk mengatakan akan bangkit di laga selanjutnya. Permintaan maaf dari pemain yang terkenal angkuh ini sudah cukup menggambarkan perasaannya. Dia pasti ingin mencari pembuktian. Permintaan maafnya bukanlah omong kosong belaka.
Pemain asal Swedia ini memang terkenal angkuh. Namun, sifat tersebut merupakan wujud lain gabungan dari percaya diri dan mental juara. Karena itu pula, selama ini, Ibra nyaris selalu menepati ucapannya yang setinggi langit.
Sejarah telah membuktikan itu. Sebagai contoh, Ibra pernah berkata, dirinya seperti anggur merah yang semakin baik seiring bertambah tua. Hal tersebut dibuktikannya musim ini. Di usia nyaris kepala empat, dia mampu menopang skuad muda Milan mendekati mimpi scudetto atau gelar juara Liga Italia Serie-A. (AFP/REUTERS)