Kelengahan yang Berujung Kemalangan Greysia/Apriyani
Ganda putri Indonesia, Greysia/Apriyani, dipaksa menelan ”pil pahit” di laga terakhir penyisihan grup Final Tur Dunia. kemarin. Mereka tergelincir dari puncak grup dan gagal ke semifinal seusai dikalahkan ganda Malaysia.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
BANGKOK, JUMAT - Bermain dalam format round robin tak berarti lebih mudah dibandingkan bersaing di turnamen dengan sistem gugur. Modal kemenangan di laga-laga sebelumnya bukan jaminan lolos ke fase berikutnya, jika tidak konsisten.
Hal itu dialami ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, pada penyisihan grup turnamen bulu tangkis Final Tur Dunia BWF di Arena Impact, Bangkok, Thailand. Bersama tiga wakil Indonesia lainnya, ambisi mereka lolos ke semifinal pupus di laga terakhir babak itu, Jumat (29/1/2021).
Padahal, Greysia/Apriyani sebenarnya memiliki syarat lebih ringan untuk lolos ke semifinal, dibandingkan tiga ganda Indonesia lainnya, yaitu hanya perlu memenangi satu gim. Realitasnya, mereka kalah 13-21 dan 17-21 dari Chow Mei Kuan/Lee Meng Yean (Malaysia).
Hanya dalam satu laga, nasib keduanya berubah drastis, yaitu dari posisi pemuncak menjadi peringkat ketiga di Grup A. Kemenangan pada dua laga awal pun menjadi sia-sia mengingat Lee So-hee/Shin Seung-chan (Korea Selatan), peserta lainnya, menang di laga terakhir.
Padahal, untuk ke semifinal, peserta harus finis di peringkat dua besar masing-masing grup. Kedua posisi itu lantas ditempati Lee/Shin dan Chow/Lee.
Berbeda dengan sistem gugur yang lebih sederhana dalam menentukan nasib atlet, sistem round robin butuh perhitungan lebih detail. Dalam kondisi minimal ada dua pemain/pasangan meraih jumlah kemenangan sama, maka penentuan posisi ditentukan faktor lainnya, yaitu antara lain selisih gim (menang-kalah) dan head to head (rekor pertemuan).
Maka, ketika tiga pasangan teratas di Grup A itu sama-sama memiliki dua kemenangan dari tiga laga, Lee/Shin berhak atas posisi puncak karena memiliki selisih gim menang-kalah lebih baik, yaitu 5-2. Adapun Greysia/Apriyani dan Chow/Lee meraih selisih gim identik, yaitu 4-3. Namun, Greysia-Apriyani tertinggal dalam head to head dari Chow/Lee, yaitu 0-2.
Eng Hian, pelatih ganda putri pelatnas bulu tangkis Indonesia, menilai, Greysia/Apriyani terlihat tegang pada gim kedua. Sebaliknya, pada gim pertama, mereka terlampau percaya diri, sehingga kalah, 13-21. Eng Hian menyayangkan hal kontras semacam itu terjadi pada pemain berlevel dunia seperti mereka.
”Ketika pemain sudah terlalu tegang, instruksi apapun yang diberikan tidak akan berjalan. Mereka harus bisa mengembalikan dulu pola pikir positif. Mereka tak menunjukkan mentalitas juara,” tutur Eng Hian.
Tak seperti pada laga-laga sebelumnya, termasuk dua edisi Thailand Terbuka, raut wajah Greysia/Apriyani terlihat panik, kemarin. Padahal, pasangan dengan beda usia 11 tahun ini memiliki kebiasaan menikmati pertandingan sehingga bisa menyelipkan senyuman, nyaris di setiap penampilan mereka.
Greysia, seperti disampaikan pada tim media BWF, berkata, ia dan Apriyani tidak bisa memperlihatkan kemampuan terbaiknya. Di lain pihak, lawan mereka lebih siap dan fokus menghadapi laga itu. Terbukti, pasangan Malaysia itu membuat kesalahan yang lebih sedikit.
”Kami harus segera melupakan pertandingan tadi dan bangkit. Kami belajar untuk harus selalu siap di sepanjang turnamen,” ujar Greysia.
Di semifinal, penampilan harus maksimal dan berusaha tampil tanpa beban.(Hendra Setiawan)
Berbeda dengan Greysia/Apriyani yang terlihat panik pada gim kedua, Chow/Lee justru melepaskan pikiran mereka dari kewajiban menang. ”Kami tak berpikir menang atau kalah. Kami hanya fokus pada setiap poin dan konsisten menerapkan taktik menekan mereka sepanjang laga,” ungkap Chow.
Wakil tersisa
Paradigma serupa membawa Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan meraih tiket semifinal dari Grup B ganda putra seusai mengalahkan Aaron Chia/Soh Wooi, Yik (Malaysia), 18-21, 21-17, 21-11. ”The Daddies” finis kedua di grup itu, di bawah Choi Solgyu/Seo Seung-jae (Korea Selatan).
”Kalah atau menang urusan belakangan. Kami hanya berusaha maksimal dan yang lebih penting adalah menikmati pertandingan,” ujar Hendra.
Pola pikir itu pula yang akan mereka bawa saat menghadapi Choi/Seo pada semifinal. ”Di semifinal, penampilan harus maksimal dan berusaha tampil tanpa beban,” kata Hendra yang dikalahkan Choi/Seo, 19-21, 16-21, pada penyisihan grup.
Hendra/Ahsan satu-satunya wakil Indonesia yang lolos dari penyisihan grup, menyusul kekalahan dua ganda campuran, Praveen Jordan/Melati Daeva dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, kemarin malam. Mereka masing-masing finis ketiga di grup. Wakil lainnya, tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting, tersingkir lebih awal, yaitu sejak Kamis.