Carlos Sainz Junior sejak kecil bercita-cita menjadi pebalap F1 bersama Ferrari dengan mobil berwarna kesukaannya, merah. Sainz ibarat ditakdirkan bersama tim “Kuda Jingkrak” di mana dia ingin menjadi juara dunia.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
MARANELLO, KAMIS – Carlos Sainz Junior merangkai ulang memori dalam hidupnya sejak berusia 10 tahun yang seperti garis takdir dirinya menjadi pebalap Ferrari.
Sainz kecil yang menyukai mobil mainan berwarna merah, sudah merasakan atmosfer spesial di garasi Ferrari saat bertemu Michael Schumacher pada 2004. Atmosfer itu kini menyelimuti pebalap berusia 26 tahun itu, yang berkomitmen mengembalikan kejayaan tim “Kuda Jingkrak” di Formula 1.
Sainz baru saja menyelesaikan tes perdana bersama Ferrari menggunakan mobil musim 2018 SF71H di Fiorano, Italia, Kamis (28/1/2021). Pebalap asal Spanyol itu melakukan lebih dari 150 lap dalam satu setengah hari tes yang menjadi bagian adaptasi dengan mobil tim “Kuda Jingkrak”. Berada di balik kemudi mobil Ferrari F1 mengembalikan kenangan masa kecil Sainz yang menghubungkan dirinya dengan tim legendaris asal Italia itu.
“Ketika saya berusia 10 tahun, saya pergi ke Barcelona dan saya cukup beruntung bertemu dengan salah satu pahlawan terhebat saya, Michael Schumacher, dan mengunjungi garasi Ferrari. Atmosfer di sana spesial, tidak ada yang seperti itu. Oleh karena itu, cara termudah menjelaskan makna bergabung dengan Scuderia Ferrari bagi saya adalah mimpi masa kecil yang menjadi kenyataan!” tegas Sainz di laman resmi Ferrari.
“Namun, menurut pandangan saya, mengenakan baju balap merah dan membalap untuk tim ini lebih dari sekadar mimpi. Sebagai pebalap, ini kehormatan sangat besar dan tanggung jawab besar yang sungguh saya nantikan untuk dialami dan didekap,” lanjut mantan pebalap McLaren itu.
Sainz juga teringat kembali dengan masa kecilnya di mana dia sangat menggemari mobil mainan berwarna merah, sama seperti warna utama Ferrari. “Pasti! Saya memiliki banyak mobil mainan merah waktu itu dan bahkan gokar pertama saya berwarna merah. Saat ini, bahkan emoji mobil balap di WhatsApp warnanya merah!" ujar dia.
Setiap pebalap dan penggemar, lanjut Sainz, tahu apa yang digambarkan oleh Scuderia Ferrari. "Dan meskipun Anda tidak mengikuti olahraga balap mobil atau bahkan andai Anda tidak menyukai mobil sama sekali, Anda masih mengenali merek dan mengaitkan warna merah dengan Ferrari. Sebesar itulah hal ini,” tegas Sainz.
Sainz tak lain pebalap asal Spanyol kelima yang bergabung dengan Scuderia Ferrari. Sebelum dirinya ada Fernando Alonso, dan jauh sebelum itu ada Marquis Alfonso de Portago. Selain mereka, ada dua pebalap penguji Pedro de la Rosa, serta Marc Gene yang masih di Ferrari sebagai pengajar para pebalap dalam program eksklusif XX dan F1 Clienti. Sainz yang mengidolakan Alonso juga ingin mengikuti jejaknya meraih gelar juara dunia F1. Alonso dua kali juara pada 2005 dan 2006 bersama Renault.
Sejak hari pertama saya memulai balapan saya hanya memiliki dua target: menjadi pebalap Formula 1 dan memenangi kejuaraan dunia.
“Sejak hari pertama saya memulai balapan saya hanya memiliki dua target: menjadi pebalap Formula 1 dan memenangi kejuaraan dunia. Setelah mencapai target yang pertama, seluruh fokus dan usaha saya kerahkan untuk meraih target kedua dan tidak ada tempat yang lebih baik selain Ferrari untuk melakukan itu,” tegas Sainz yang musim lalu finis keenam.
“Ambisinya adalah membantu menciptakan tim pemenang, mengembalikan Scuderia ke puncak tertinggi dan memenangi kejuaraan dunia,” lanjut Sainz.
Ambisi Sainz begitu besar, tetapi juga menyadari bahwa Ferrari sedang dalam kondisi yang kurang kompetitif dalam persaingan juara. Performa mobil musim lalu, SF1000, sangat buruk dan hanya bisa bersaing di papan tengah. Namun, dia tetap optimistis Ferrari akan cepat bangkit dan kembali ke persaingan juara yang didominasi oleh Mercedes sejak era turbo hibrida.
“Setiap tim pada titik tertentu melalui masa-masa sulit, ini bagian dari Formula 1. Yang terpenting adalah kemampuan bangkit. Sejarah menunjukan tim-tim yang menang di masa lalu mampu menjadi kompetitif lagi," tutur dia.
Ditambahkannya, Ferrari adalah tim tersukses dalam sejarah balap mobil, dan ada alasan di balik itu. "Jika ada tim di barisan yang bisa bangkit kembali ke puncak, itu Ferrari. Saya sangat percaya pada proyek dan meski prosesnya perlu waktu, saya yakin tim akhirnya akan kembali ke jalur kemenangan. Apa yang bisa Anda yakini adalah saya akan memberikan yang terbaik untuk memperpendek proses itu sebesar mungkin,” tegas Sainz.
Sainz juga menegaskan dirinya dan rekan setim Charles Leclerc memiliki tanggung jawab yang sama untuk mengembalikan kejayaan Ferrari. Masing-masing pebalap memiliki target sendiri tetapi mereka akan menjadikan Ferrari lebih kuat dengan motivasi dan rasa lapar akan prestasi.
Leclerc pun menegaskan bahwa, Sainz menunjukan performa yang konsisten pada musim 2020 dan dia tahu apa yang harus dilakukan di Ferrari.
Menurut Leclerc, tes dengan mobil 2018 sangat penting untuk proses adaptasi karena F1 memangkas waktu tes pramusim. Dia menjalani tes dengan SF71H pada Selasa dan memberikan mobil pada Sainz pada Rabu. Pemanasan itu mengembalikan sensasi balapan yang sudah sangat dia rindukan.
“Suara mesin Ferrari selalu magis,” ujar Leclerc yang kembali ke balik kemudi mobil F1 setelah 44 hari, sejak balapan terakhir.