Hendra/Ahsan, Praveen/Melati, dan Hafiz/Gloria harus menjalani laga hidup dan mati pada hari ketiga penyisihan grup Final Tur Dunia BWF untuk memastikan tempat di semifinal.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
BANGKOK, KAMIS — ”Jangan mudah menyerah!” Pola pikir itu akan menjadi kata kunci untuk Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dalam pertandingan terakhir babak penyisihan ganda putra turnamen Final Tur Dunia BWF. Menang, tanpa tambahan syarat apa pun akan meloloskan Hendra/Ahsan dari ketatnya persaingan Grup B ke semifinal.
Ketatnya persaingan pada Grup B, yang tergambar sejak undian, akhirnya terwujud dengan jumlah kemenangan sama yang diperoleh empat pasangan. Dari dua pertandingan yang dijalani pada 27 dan 28 Januari, semua satu kali menang dan satu kali kalah.
Situasi tersebut terjadi setelah Hendra/Ahsan dikalahkan Choi Solgyu/Seo Seung-jae (Korea Selatan), 19-21, 16-21, pada laga pembuka hari kedua di Impact Arena, Bangkok, Thailand, Kamis (28/1/2021). Hasil Ini menjadi kebalikan yang mereka peroleh dari lawan lain sehari sebelumnya.
Setelah itu kemenangan pasangan underdog di Grup B, Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (Rusia), atas Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia), 21-19, 21-16, tak hanya menjadi kejutan. Hasil tersebut memperketat persaingan pada grup yang dihuni tiga pasangan peringkat 10 besar dunia (Hendra/Ahsan, Choi/Seo, dan Chia/Soh) tersebut.
Dengan masing-masing satu poin kemenangan, hanya selisih gim menang-kalah yang membedakan posisi keempatnya dalam klasemen sementara. Ivanov/Sozonov berada pada posisi teratas, diikuti Chia/Soh, Choi/Seo, dan Hendra/Ahsan.
Maka, tak ada skenario lain, selain menang dengan skor berapa pun, yang akan mengantarkan dua di antara keempat pasangan itu ke semifinal. Dilangsungkan dalam format round robin pada dua grup dari setiap nomor, dua peringkat teratas dari setiap grup berhak lolos ke semifinal. Persaingan setiap nomor diikuti delapan pemain peringkat terbaik dari sembilan turnamen yang masuk dalam penghitungan poin Final BWF 2020.
Hendra/Ahsan akan berebut tiket dengan Chia/Soh, sedangkan Choi/Seo dengan Ivanov/Sozonov. Berbekal enam kali lolos ke Final BWF, dengan hasil gelar juara pada 2013, 2015, dan 2019, membuat Hendra/Ahsan memiliki pengalaman lebih baik dalam turnamen penutup musim kompetisi tersebut daripada Chia/Soh. Ganda putra Malaysia peringkat kesembilan dunia itu baru lolos pada 2019 dan 2020.
Pasangan senior Indonesia yang dijuluki ”The Daddies” itu juga mendominasi enam pertemuan sebelumnya dengan lima kali menang. Akan tetapi, ada faktor yang membuat ganda peringkat kedua dunia itu tak akan dengan mudah mengulang kemenangan, seperti pada penyisihan grup Final BWF 2019 atau final All England pada tahun yang sama.
Dengan usia 36 dan 33 tahun, Hendra/Ahsan harus menahan kecepatan lawan yang berusia lebih muda belasan tahun. Mereka kesulitan menghadapi gaya main yang juga dimiliki Choi/Sei.
Berdasarkan pengalaman pertemuan sebelumnya, Hendra mengatakan, Chia/Soh, yang saat ini dilatih mantan pemain Indonesia, Flandy Limpele, memiliki pertahanan yang sulit ditembus. ”Kami harus sabar setiap kali bertanding melawan mereka,” ujarnya.
Hal itu, lanjut Hendra, adalah upaya dia dan Ahsan menjaga fokus untuk pertandingan. Dihadapkan pada situasi wajib menang pada format round robin, Hendra/Ahsan akan melakukan hal lumrah yang dilakukan semua atlet, yaitu pantang berpikir hasil sebelum laga usai.
Pola pikir itu pernah membawa mereka keluar dari lubang jarum ketika tampil pada Final BWF 2015. Berhadapan dengan skenario wajib menang untuk memperebutkan tiket terakhir semifinal dari Grup A, Hendra/Ahsan mengalahkan Fu Haifeng/Zhang Nan (China). Mereka akhirnya menjuarai turnamen pada tahun tersebut.
Kami harus sabar setiap kali bertanding melawan mereka.
Selain fokus pada perebutan setiap poin, pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis Herry Iman Pierngadi menyebut kata kunci lain untuk penampilan Hendra/Ahsan, Jumat, yaitu ”jangan mudah menyerah!”
Anthony tersingkir
Sementara itu, Anthony Sinisuka Ginting menjadi wakil pertama Indonesia yang tersingkir dari turnamen berhadiah total 1,5 juta dollar AS (sekitar Rp 21 miliar tersebut). Tunggal putra terbaik Indonesia itu mengalami kekalahan kedua pada persaingan Grup A, grup berat pada tunggal putra.
Anthony dikalahkan Chou Tien Chen (Taiwan), 19-21, 11-21, setelah sehari sebelumnya ditaklukkan Viktor Axelsen (Denmark), 17-21, 8-21. Seperti ketika dikalahkan Axelsen, penampilan Anthony menurun pada gim kedua setelah gagal merebut gim pertama.
”Saya sudah berusaha, tetapi saya membuat kesalahan pada akhir gim pertama. Pada gim kedua, Chou mengontrol pergerakan saya. Saya mencoba bermain dengan sabar, tetapi dia bermain sangat baik,” komentar Anthony, yang gagal mencapai hasil lebih baik dari Final BWF 2019 ketika mencapai final.
Dengan dua kekalahan tersebut, apa pun hasil pertandingannya melawan Lee Zii Jia (Malaysia), Jumat, tak akan mengubah nasib Anthony yang gagal lolos ke semifinal.
Pada ganda putri, Greysia Polii/Apriyani Rahayu bertahan pada puncak klasemen Grup A setelah menang atas Vivian Hoo/Yap Cheng Wen (Malaysia), 21-17, 21-17. Meski telah dua kali menang, Greysia/Apriyani harus tetap menjaga fokus untuk memenangi laga melawan ganda Malaysia lainnya, Chow Mei Kuan/Lee Meng Yean, karena posisi mereka untuk lolos ke semifinal belum aman.
”Saya senang dengan cara bermain kami hari ini, tetapi kami tidak ingin berpikir terlalu jauh ke depan. Kami hanya akan fokus pada setiap pertandingan supaya bisa bermain dengan kemampuan terbaik,” komentar Apriyani.
Di nomor ganda campuran, dua pasangan Indonesia yang kalah pada laga pertama, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, membuka peluang ke semifinal. Peluang itu didapat setelah mereka menang dalam persaingan di grup masing-masing.
Nasib Praveen/Melati akan ditentukan saat bertemu Seo Seung-jae/Chae Yujung (Korea Selatan), sedangkan Hafiz/Gloria dalam laga melawan Goh Soon Huat/Shevon Jemie Lai (Malaysia), pada Jumat.