Peluang Indonesia menambah kuota atlet ke Olimpiade Tokyo terbuka jika bisa menggelar kualifikasi di Tanah Air. Kini, para pengurus cabor menanti "lampu hijau" pemerintah agar bisa menggelar kembali kejuaraan olahraga.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Peluang Indonesia menambah kuota atlet yang lolos ke Olimpiade Tokyo masih terbuka lebar jika bisa menggelar kualifikasi di Tanah Air. Namun, harapan sejumlah cabang olahraga itu masih terbentur belum adanya izin dari pemerintah untuk menyelenggarakan sejumlah kejuaraan di tengah pandemi Covid-19 yang belum terkendali.
”Walaupun tidak mudah, peluang kami meloloskan atlet ke Olimpiade Tokyo masih ada jika bisa melaksanakan kualifikasi terakhir dalam Kejuaraan Asia 2020 di Jakarta, Maret mendatang. Namun, kami butuh dukungan kepastian perizinan dari pemerintah guna meyakinkan Federasi Panjat Tebing Internasional (IFSC) di Asia untuk menggelar ajang itu,” ujar Sekretaris Umum PB Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Sapto Hardiono dihubungi, Selasa (26/1/2021) dari Jakarta.
Sejak tahun lalu, ungkap Sapto, FPTI telah berjuang membawa Kejuaraan Asia 2020 ke Indonesia. Semula, kejuaraan itu akan diadakan di Tokyo, tetapi lantas dipindahkan ke Cakung, Jakarta Timur. Awalnya, ajang itu akan digelar pada April 2020 lalu, tetapi lantas ditunda ke Juni. Akan tetapi, akibat pandemi Covid-19, kejuaraan itu diagendakan ulang pada November.
Menjelang November, situasi pandemi di Indonesia belum juga membaik. FPTI pun meminta itu ditunda ke Maret 2021. Namun, IFSC Asia mensyaratkan kepastian perizinan dari pemerintah agar agenda itu tidak lagi ditunda. Hingga tenggat waktu 12 Desember lalu, FPTI tidak mendapatkan izin itu.
Akibatnya, IFSC Asia memutuskan meniadakan kejuaraan itu. Dua tiket terakhir ke Olimpiade Tokyo untuk Asia, yakni satu tiket putri dan satu putra, pun ditentukan berdasarkan klasemen terakhir di Asia. Kedua tiket diraih Korea Selatan.
”Pada Oktober, kami sempat meminta restu Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk menggelar Kejuaraan Asia itu. Kemenpora mendukung dan siap memberikan bantuan anggaran, tetapi kami harus berkomunikasi dengan Satgas (Penanganan) Covid-19 lebih dahulu. Sebelum itu, kami juga berkomunikasi dengan Kementerian Luar Negeri. Ternyata, Kemenlu masih melarang kedatangan atlet atau warga asing. Artinya, peluang menggelar Kejuaraan Asia tidak ada,” kata Sapto menjelaskan masalah perizinan itu.
Kendati sudah diputuskan ditiadakan oleh IFSC Asia, lanjut Sapto, masih ada celah Kejuaraan Asia itu tetap bisa digelar di Jakarta. Syaratnya, FPTI mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah. ”Jika bisa mendapatkan kepastian izin, kami bisa meminta bantuan IFSC untuk mengintervensi IFSC Asia agar kejuaraan tetap diselenggarakan,” tuturnya.
Peluang atlet panjat tebing Indonesia lolos ke Olimpiade Tokyo sejatinya sangat berat. Selama ini, pemanjat Indonesia hanya unggul di nomor speed. Indonesia memiliki sejumlah juara dunia di nomor tersebut, seperti Aries Susanti di putri dan Aspar Jaelolo di putra. Namun, Indonesia tidak unggul pada nomor kombinasi speed, lead, dan boulder yang menjadi satu-satunya nomor panjat tebing yang dilombakan di Olimpiade Tokyo.
Walau demikian, peluang pemanjat Indonesia bisa semakin besar kalau ada kualifikasi di Tanah Air. Secara tidak langsung, bermain di negara sendiri pasti memberikan keuntungan, setidaknya secara psikologis dan mental, bagi atlet asal negara tersebut.
”Kalau ada kualifikasi di sini (Indonesia), peluang kita (lolos) ada pada Alfian M Fajri (putra) dan Nurul Iqamah (putri). Peluang terbesar ada di Nurul karena punya rekam jejak meraih tiga emas dari nomor individu speed, relay, dan kombinasi putri dalam Kejuaraan Asia 2019 di Bogor,” ujar Sapto kemudian.
Raja Sapta Oktohari, Ketua Umum PB Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) yang juga Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), juga mengharapkan dukungan pemerintah bagi olahraga nasional lewat pemberian izin kejuaraan. Serupa FPTI, ISSI juga berniat menggelar empat kejuaraan internasional balap sepeda BMX di Indonesia. Kejuaraan itu sekaligus menjadi bagian seri kualifikasi Olimpiade Tokyo.
Negara tetangga kita, seperti Thailand, mencuri start untuk menggelar kualifikasi Olimpiade Tokyo. Jika tidak ikut bergerak, Indonesia bakal kecolongan.(Raja Sapta Oktohari)
Keempat ajang internasional itu yaitu Kejuaraan Asia BMX dan Kejuaraan BMX C-1 di Jakarta serta Kejuaraan BMX C-1 dan Hors Class di Banyuwangi, Jawa Timur. Namun, karena pandemi, jadwal keempat ajang itu masih menggantung.
Terkait hal itu, Okto meminta pemerintah bersedia memberikan lampu hijau yang dibutuhkan cabor untuk menggelar kejuaraan olahraga kembali. Hal itu akan membuka peluang bertambahnya tiket atlet Indonesia ke Olimpiade Tokyo.
Okto membandingkan sejumlah negara tetangga yang telah aktif bergerak menggelar kejuaraan olahraga, baik level internasional maupun nasional. Thailand misalnya, menggelar tiga kejuaraan internasional bulu tangkis beruntun, yaitu dua edisi Thailand Terbuka dan Final BWF World Tour, sepanjang Januari ini.
”Negara tetangga kita, seperti Thailand, mencuri start untuk menggelar kualifikasi Olimpiade Tokyo. Jika tidak ikut bergerak, Indonesia bakal kecolongan,” ujar Okto.
Sementara itu, Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto meminta cabor mengupayakan perizinan secara kolektif lewat KOI jika ingin menggelar kejuaraan internasional. Jadi, tidak lagi parsial. Nantinya, KOI dan Kemenpora akan membantu memfasilitasi proses perizinan itu dan berkomunikasi dengan otoritas terkait, seperti Kepolisian RI dan Satgas Penanganan Covid-19.
”Namun, kami tidak bisa menjanjikan itu pasti berhasil karena pemerintah saat ini memang sedang fokus menangani pandemi ,” ujar Gatot kemudian.