Pemilik klub Chelsea, Roman Abramovich, melanjutkan ”tradisi” untuk memecat manajer yang gagal mendapatkan hasil dalam waktu singkat. Kali ini Frank Lampard yang menjadi ”korban” berikutnya.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LONDON, SENIN — Manajer Chelsea Frank Lampard akhirnya dipecat, Senin (25/1/2021), karena dinilai gagal mengangkat performa tim. Kemenangan Chelsea atas Luton Town, 3-1, pada laga babak keempat Piala FA, Minggu (24/1/2021), ternyata tidak mampu menyelamatkan kariernya. Pemilik Chelsea, Roman Abramovich, sudah memutuskan waktu bagi Lampard telah habis.
Lampard hanya sempat menangani Chelsea selama 18 bulan sejak menggantikan Maurizio Sarri pada Juli 2019. Mantan gelandang terbaik Chelsea ini berhasil mengantar timnya finis di peringkat keempat musim kompetisi 2019-2020, yang tertunda beberapa bulan karena pandemi Covid-19.
Manajer berusia 42 tahun ini kemudian mengincar pencapaian yang lebih tinggi pada musim ini dengan menghabiskan 220 juta pounds atau Rp 4,2 triliun untuk membeli pemain baru. Bintang muda Jerman Kai Havertz, striker Timo Werner, sayap serang Hakim Ziyech, bek Ben Chilwell, dan kiper Edouard Mendy pun bergabung ke Stamford Bridge.
Harapan sempat muncul ketika Lampard berhasil mengantar Chelsea ke puncak klasemen sementara Liga Inggris pada awal Desember dengan mengalahkan Leeds United, 3-1. Namun, itu adalah momen-momen indah terakhir Lampard dan Chelsea karena penampilan mereka pada laga-laga berikutnya langsung anjlok. Dalam delapan laga Liga Inggris terakhir, Chelsea menelan lima kekalahan dan hanya menang dua kali ketika melawan West Ham United dan tim papan bawah Fulham.
Kini Chelsea berada pada peringkat ke-9 klasemen Liga Inggris dengan 29 poin dan Abramovich sudah kehilangan kesabarannya. Apalagi, ketika melihat Chelsea tampil dengan performa di bawah standar saat mengalahkan Luton, yang merupakan tim dari Divisi Championship.
Pada laga itu, Chelsea selamat berkat penampilan gemilang Tammy Abraham yang mencetak tiga gol. Namun, dari segi permainan secara keseluruhan, Chelsea memiliki banyak celah.
Lampard akhirnya mengikuti jejak para manajer pendahulunya yang telah menjadi ”korban” ketidaksabaran Abramovich. Siapa pun manajer yang menangani Chelsea, sulit untuk bisa bertahan lama karena dituntut untuk mendapatkan hasil maksimal dalam waktu singkat. Nama-nama besar seperti Carlo Ancelotti, Jose Mourinho, dan Antonio Conte pun merasa kesulitan.
Reputasi Lampard sebagai anak kesayangan Abramovich juga tidak banyak membantu. Saat masih menjadi pemain pada 2001-2014, Lampard berperan besar membantu Chelsea menjuarai Liga Inggris (tiga kali), Piala FA (empat kali), Liga Champions, dan Liga Europa masing-masing satu kali.
”Ini keputusan sulit karena saya punya hubungan sangat baik dengan Lampard dan sangat menghormatinya. Dia pria dengan integritas dan etos kerja yang tinggi. Namun, dalam situasi seperti ini, kami percaya langkah terbaik adalah mengganti manajer,” kata Abramovich. Lampard adalah manajer ke-12 yang dipecat sejak Abramovich memiliki Chelsea pada 2003.
Melirik Tuchel
Setelah Lampard resmi dipecat, mantan pelatih Paris Saint-Germain, Thomas Tuchel, menjadi calon pengganti terkuat. Pelatih asal Jerman ini masih menganggur sejak dipecat PSG pada akhir Desember lalu.
Tuchel sempat melatih PSG selama 2,5 musim dan mempersembahkan dua trofi Liga Perancis dan membawa PSG ke final Liga Champions musim lalu. Sebelum bergabung dengan PSG, Tuchel pernah melatih Borussia Dortmund dan mempersembahkan Piala Jerman pada 2017.
Ini keputusan sulit karena saya punya hubungan sangat baik dengan Lampard dan sangat menghormatinya. Dia pria dengan integritas dan etos kerja yang tinggi. Namun, dalam situasi seperti ini, kami percaya langkah terbaik adalah mengganti manajer.
Jika dibandingkan dengan Lampard, Tuchel sudah lebih berpengalaman menangani tim-tim besar bertabur bintang. Kemampuan seperti inilah yang dibutuhkan Chelsea ketika sudah memiliki sejumlah bintang, seperti Werner, Havertz, Ziyech, dan bek senior Thiago Silva.
Di tangan Lampard, para pemain baru itu kesulitan untuk mencari bentuk permainan terbaiknya. Werner yang dulu menjadi penyerang ganas di RB Leipzig kini masih berusaha mengembalikan ketajamannya. Saat melawan Luton, Werner juga gagal mencetak gol dari titik penalti.
Sebuah proses
Pemecatan Lampard ini membuat banyak pihak terkejut dan mengkritik keputusan Abramovich yang mengabaikan pentingnya sebuah proses dalam sepak bola. ”Klub selalu butuh waktu, terutama ketika ada banyak pemain baru yang sedang beradaptasi. Chelsea sepertinya tidak pernah belajar dari pengalaman,” kata mantan pemain Inggris, Gary Lineker.
Mantan striker Liverpool dan Inggris, Michael Owen, menyebut pemecatan Lampard ini sebuah kegilaan. ”Saya yakin ada banyak persoalan politis di kubu Chelsea selama ini,” ujarnya.
Kesabaran menanti sebuah proses banyak ditemui di klub lain, termasuk Liverpool yang membiarkan Manajer Juergen Klopp berproses sejak 2015 dan akhirnya menjuarai Liga Inggris lagi setelah 30 tahun. Saat ini Liverpool pun harus kembali bersabar karena penampilan mereka sedang jeblok.
”Si Merah” baru saja tersingkir dari ajang Piala FA setelah dikalahkan Manchester United, 2-3, di Stadion Old Trafford, Senin pagi WIB. Ini menjadi kekalahan ketiga Liverpool dalam lima laga terakhir di semua kompetisi. Klopp pun meminta para pendukungnya bersabar. ”Tidak perlu khawatir, kami tetap mampu melangkah di jalur yang tepat,” ujarnya dikutip BBC. (AP/AFP/REUTERS)